webnovel

Chapter 17

Arsen mematung menatap putri yang masih memeluk pria yang ternyata kakaknya, wajahnya bahkan mirip, kenapa dia tidak menyadari sebelumnya?

"Putri, maaf jika kedatanganku mengganggumu." sela Nicholas.

Putri mengangguk dan menggaet lengan Alaska, tak sadar dengan kedatangan Arsen.

"Jess, ini siapa?" tanya Alaska, tertuju pada Arsen yang terabaikan.

"Ahh, kamu. Clara ada di dalam, masuklah." sahut putri.

Dia masih merasa euforia karna kedatangan Alaska, Arsen berjalan di belakang keduanya.

'Baju kakaknya aneh sekali, apa ini baju di dunia mereka?'

Alaska memang tak memakai baju layaknya manusia bumi, dia mengenakan mantel yang mencapai mata kaki warna maroon, baju dengan sabuk besar keemasan dengan simbol petir, dan celana yang terlihat kebesaran, sepatu yang ujungnya lancip panjang.

"Arsen, sebaiknya kamu ajak Clara bermain di danau belakang, nanti aku akan menyusul." pinta putri.

Arsen berjalan mendahului mereka dan mendapati sosok Clara yang tengah asyik mengobrol dengan kedua wanita yang langsung tertuju ke arahnya.

"Clara." panggil Arsen.

Gadis kecil itu langsung menoleh dan menunjukan giginya, dan memperkenalkan Arsen pada Helena dan Olla.

"Tante, itu kakakku, kak Arsen." celetuk Clara, mata bulatnya menatap penuh pada Arsen yang kini duduk di dekatnya.

"Kak Arsen kenapa keringetan gini?" Clara mengambil kotak tisu di meja, berusaha menjangkau pelipis arsen yang berpeluh.

"Biar aku aja sweety." sergah Arsen. Tangannya mengusap keringat di dahinya, entah kenapa tiba-tiba kegugupan datang menghampirinya, mungkin karna gak pede dengan Alaska yang kalah ganteng.

"Sweety, ikut kakak sebentar yuk." ajak Arsen.

Adiknya langsung menurut dan tersenyum ke Olla dan Helena, berdadah dan akan bilang akan kembali.

Arsen terus menelusuri rumah putri, tanpa bertanya ke Olla ataupun Helena, dia terus mengitari rumah mewah itu.

"Ahhh, maaf. Apa di sini benar ada danau?" Arsen bertanya ke salah satu pelayan rumah putri.

Setelah menyimak penjelasan pelayan, Arsen terus berjalan dan menemukan pintu kaca yang memperlihatkan danau pribadi sang putri.

Danau yang ditumbuhi ilalang dan bunga lyly menyita perhatian Arsen, bahkan Clara sudah berlarian dan sibuk menangkap kupu-kupu ataupun capung.

'Gila! Ini aslikah?' pikir Arsen, mungkin saja ini buatan seperti di dongeng/ Arsen sedang berada dalam ilusinya?

"Maaf, tadi tidak sempat menyapamu." suara putri mengagetkan Arsen yang masih terpukau dengan danau yang berhasil membuatnya merasa tenang.

Arsen tidak menjawab, Clara masih sibuk dengan tangkapannya.

Putri duduk di batang kayu yang sudah disulap seperti tempat duduk, Arsen juga ikut duduk di sampingnya.

"Tadi kakakku, namanya Alaska." ujar putri. Memberi tahu tanpa ditanya.

"Iya." sahut Arsen dingin.

Suasana hening, putri melirik Clara yang terus mengajaknya untuk bermain, dan putri bergegas mendekat ke arah clara yang sudah mengumpulkan capung ditangannya.

"Putri salju! Aku berhasil nangkap 2 capung." tangan mungilnya menunjukan 2 capung yang hampir mati karna Clara menekan kuat sayap capung-capung itu.

"Putri, tolong selamatkan aku." ucap capung-capung itu.

Putri mengedipkan mata, dan membuat tubuh Clara tiba-tiba merasa geli dengan ilalang yang menggelitik kakinya.

Kpaakk..kpak.. Capung ditangan Clara berhasil terbang dan tersenyum simpul ke arah putri.

"Yah! Capungnya terbang, gara-gara kamu nih!" Clara menghentakkan kakinya dan menginjak ilalang-ilalang.

"Clara, stop!" teriak putri. Clara kaget putri saljunya berteriak kepadanya, padahal dia merasa tidak melakukan kesalahan.

"Kenapa kau marah dengan Clara?" Arsen langsung berlari dan memeluk Clara yang hampir menangis.

Putri menggigit bibirnya, dia kelepasan karna tidak tahan melihat tumbuhan dan hewan yang tersiksa.

"Maaf, maaf ya Clara. Aku hanya tidak suka kamu menyiksa capung itu." lirih putri.

Clara menyeka air matanya dan kembali ke putri, memeluk putri saljunya.

"Aku juga minta maaf putri, karna tidak tahu kalau putri sangat menyukai capung." jawab Clara polos.

Putri memanggil pelayan untuk mengantarkan Clara pada Helena, Clara menurut dan meninggalkan mereka berdua di danau.

Setelah memastikan Clara sudah tak terlihat, putri fokus ke arah Arsen yang menyalakan rokok.

"Apa? Kenapa menatapku? Apa ada tulisan NO SMOKING AREA?"

"Aku juga minta maaf karna menciummu." kali ini Arsen yang menatap putri, apakah ada penyesalan dimatanya? Apa putri menyesal mencium Arsen?

"Kau menyesal?" tanya Arsen, berharap tidak hanya dirinya yang menyukai ciuman tadi pagi.

"Aku tidak menyesal." balas putri. Arsen melihat mata putri, tidak ada kebohongan disana. Dia tersenyum lega.

Mereka kembali menatap danau, dan tidak menyadari ada perasaan yang tumbuh diantara keduanya.

"Boleh aku memegang tanganmu, Valent?" pinta Arsen.

Putri tidak menolak, jemari Arsen menelusuri jemari putri, halus dan hangat.

"Heyyyy!" mereka bersamaan menoleh ke sumber suara.

Alaska terbang dan mendarat tepat dihadapan mereka. Tentu saja arsen kaget dengan aksi pria yang merupakan kakak putri.

Pria ini sudah memakai baju yang lebih cocok untuk dilihat.

"Kak Alaska! Jangan gunakan kekuatanmu di bumi!" seru putri kesal.

Alaska hanya terkekeh dan memisahkan tangan mereka yang masih menyatu.

"Akhro thrak shokkra khrau mnhyenthuruh tanghran jheshica." Alaska beradu pandang dengan Arsen, tatapan kesal terukir jelas dari raut wajah Alaska.

"Kak jangan pake bahasa dunia kita, dia gak faham!" gerutu putri.

"Maaf lupa." singkat Alaska.

"Siapa kau? Kau ayah anak kecil yang memakai pakaian bulat-bulat?" Arsen sedikit berfikir, dan mengingat Clara yang memang memakai motif polkadot.

"Aku arsen, kakaknya anak kecil tadi." Arsen mengulurkan tangan pada Alaska, alaska tersenyum jail dan membalas uluran tangan Arsen.

"Aww!" teriak Arsen, menarik tangannya yang memanas.

Alaska kembali terkekeh. "Payah!" ejek Alaska.

"Kak Alaska!" gerutu putri.

Putri hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan nakal Alaska.

"Ayo masuk, aku lapar menunggumu dari tadi, ternyata kamu asyik berdua dengan si lembek ini. Heh! Kau juga masuk!" imbuh Alaska, dan berlalu meninggalkan mereka.

"Kakakku memang suka jail sama orang." jelas putri.

Arsen tersenyum kecut, nyalinya menciut berhadapan dengan manusia aneh lagi, itupun Arsen tak yakin kalau Valent dan kakaknya manusia sepertinya.

Mereka masuk dan duduk di ruang makan, juga dengan Alaska, Helena, Olla, Nicholas, Aron dan Clara.

'Apa hanya aku dan Clara manusia biasa di sini? Apa mereka werewolf? Vampire? Siluman? Atau makhluk aneh lainnya' otak Arsen terus memecahkan pertanyaan yang sama.

Para pelayan sibuk menghidangkan berbagai makanan, Clara takjub dengan makanan yang sudah memenuhi meja panjang, mengambil nasi untuk setiap orang dan menuangkan minum di gelas perak yang terlihat mahal.

'Gila! Peralatan makan aja udah kayak di istana negara!' batin Arsen.

Mereka sudah sibuk dengan makanan mereka masing-masing.

Arsen mengambil udang crispy di depannya, haappp! Sendoknya tertahan sumpit Alaska, Arsen mengalah dan berganti ke chicken balutan abon, happp! Alaska sengaja menahan tangan Arsen lagi.

Nicholas sedikit tertawa melihat tingkah pangeran Alaska, dia pasti sedang menguji kesabaran pria yang berusaha mendekati adiknya.

Arsen mengurungkan niat untuk mengambil sesuatu lagi, dan pasrah, mengalah dan mulai menyuapi mulutnya dengan nasi putih tanpa tambahan apa pun.

"Nih" Alaska berbaik hati membagi lauknya, dan tersenyum jail.

"Thanks, brother." sahut Arsen getir.