webnovel

The Miracle of Death

Si kembar di bunuh oleh Putra Mahkota yang membenci kehadiran mereka, karena kehadiran mereka membuat Putra Mahkota kehilangan kasih sayang Kaisar. Tapi si kembar berhasil kembali dalam keadaan hidup. Bahkan mereka berdua memiliki sihir yang menjadi legenda Kekaisaran. Padahal mereka dulunya tidak memiliki sihir sama sekali tapi berkat seorang wanita yang mengaku dirinya sebagai Dewi membuat mereka bisa hidup dengan sihir terkuat dengan syarat mereka harus membantu sang Dewi. Mereka berniat balas dendam akan apa yang di perbuat Putra Mahkota, dan membuat dirinya sengsara. Tapi semua itu tak mudah, banyak masalah dan takdir yang mengikuti mereka, dan perjalanan mereka di mulai hari itu.

Park_Keyza · Fantasy
Not enough ratings
410 Chs

Disagree

Tujuan awal, apakah tujuan itu akan berubah selama berjalannya waktu. Apakah mereka akan melupakan tujuan mereka dan menjadi seperti Putra Mahkota yang sekarang. Keinginan untuk mendapatkan tahta Kekaisaran membuat mereka sepertinya lupa akan tujuan awal mereka. Tujuan untuk membawa kedamaian di Kekaisaran ini mulai terkikis oleh keserakahan.

Rasanya mereka menjadi terlalu berambisi untuk membuat Putra Mahkota terlihat jelek di hadapan Kaisar. Jika hal itu terus terjadi, maka mereka akan menjadi sama saja dengan Putra Mahkota. Yang hanya menginginkan sebuah tahta tanpa peduli dengan apa yang terjadi pada rakyat. Tatapan Rimonda terlihat aneh dengan manik ungu yang terlihat redup.

Dan Ramon juga mulai sadar akan apa yang mereka lakukan sekarang, mereka hanya berpikir untuk membuat Putra Mahkota terlihat tidak pantas mendapatkan tahtanya. Padahal hal itu adalah tindakan yang tidak pantas mereka lakukan. Bukankah harusnya mereka juga berpikir soal orang lain yang mengalami semua masalah itu.

Bukankah lebih baik jika dia mencari solusi tanpa harus membuat keributan tak berguna. Harusnya seperti itu tapi keduanya malah kebingungan akan tindakan Putra Mahkota. Dia yang sudah bergerak untuk meminta bantuan kuil suci itu membuat mereka malah ingin menghancurkannya. Bukan, bukan ini yang harus mereka lakukan dan Rimonda akan melakukan hal yang lebih baik.

Terlihat Rimonda yang berjalan masuk ke kamarnya, dia mengambil sebuah kertas dan tak lama terlihatlah gambaran masyarakat yang tengah merasakan kesakitan karena penyakit yang ada. Dia bukan ingin melupakan masalah kekeringan yang ada, tapi menurutnya akan lebih baik jika mengatasi penyakit yang menular ini. Pihak Kekaisaran juga terus mengirim bantuan pangan untuk tempat yang kekeringan.

Jadi Rimonda akan mulai fokus pada hal yang tidak bisa di atasi pihak Kekaisaran dulu "Caesar, kau percaya padaku bukan?? aku butuh bantuanmu sekarang" ucap Rimonda menatap Caesar yang terkejut akan ucapannya

"Ini adalah Rimonda yang aku kenal" sahut Caesar mendekati Rimonda yang tengah mengamati penyakit yang terjadi

Ramon mendekat menatap bagaimana Rimonda yang terus mencari informasi dari Caesar. Sepertinya mereka yang memiliki teman seorang rakyat biasa membuat mereka sadar akan kesalahan mereka. Rasa ingin menang dan menjadi yang terbaik itu mulai terkikis dan membuat mereka hanya ingin membantu. Dan Ramon sadar bahwa Rimonda memang cocok untuk memimpin Kekaisaran ini.

Pilihannya untuk membuat Rimonda menjadi ratu pertama di Kekaisaran membuatnya senang. Dia tak salah, dan memang sudah seharusnya Rimonda memimpin Kekaisaran ini. Pasti Kekaisaran akan menjadi lebih baik setelah di pimpin Rimonda. Dan dia akan menjadi tangan kanan adik kembarnya itu nanti.

"Benar, ciri-cirinya adalah demam dan ruam merah di tubuh penderitaan" ucap Caesar membuat Rimonda mencatat hal itu di kertasnya

Mereka bertiga duduk bertiga dengan terus saling bertukar informasi dan pendapat masing-masing. Waktu terus berlalu namun mereka tetap fokus pada pembahasan ini. Mungkin kali ini mereka bisa menjadi rekan yang baik untuk sekarang. Atau mungkin mereka akan menjadi penguat satu sama lain di kemudian hari.

Hati mulai sore, tak ada yang membuat mereka berniat untuk berhenti sekarang. Bahkan mereka bertiga masih dengan semangat mencocokan berbagai gejala dari penyakit itu. Sampai Ramon mendapatkan ide yang menarik untuk bisa meneliti lebih jauh lagi soal penyakit ini.

"Kita langsung ke sana saja bagaimana, bukankah akan mudah melihat langsung apa yang terjadi. Dan mungkin kita bisa mendapatkan informasi pada mereka yang terjangkit" ucapan Ramon memang benar

Tapi resiko untuk ke sana sangat tinggi, bagaimana jika mereka ikut terjangkit penyakit itu. Bukankah hal itu akan menjadi resiko yang semakin besar untuk mereka. Dan Caesar merasa bahwa itu tidak perlu mereka lakukan, apa pun yang terjadi dia tidak setuju dengan saran itu. Tapi sepertinya Rimonda malah setuju dengan manik ungu yang berbinar.

"Ini bukan liburan monda" sahut Caesar menatap Rimonda yang mengangguk tau

"Melihat secara langsung adalah hal yang penting, memangnya ada penelitian tanpa harus melihat langsung yang terjadi" ucapan Rimonda benar

Tapi Caesar merasa bahwa itu adalah tindakan yang tidak masuk akal untuk sekarang. Jika saja ada hal yang membuat mereka terhindar dari penularan penyakit itu mungkin Caesar mau melakukannya. Dan Ramon malah setuju-setuju saja akan keputusan Rimonda, apa pun itu dia akan ikut bersama adik kembarnya itu.

"Aku tetap tak setuju" ucap Caesar dengan manik menatap Rimonda tajam

Tidak seperti dulu saat mereka baru awal bertemu, mereka yang terlihat canggung sekarang melakukan tindakan yang di luar etika. Tapi ketiganya tak peduli karena mereka adalah teman, dan teman tak akan butuh sebuah etika di dalamnya. Itu menurut Rimonda dan Ramon, tapi Caesar waktu itu tak setuju karena keduanya adalah keturunan Kekaisaran yang harus di hormati.

Dan Ramon terus saja memarahi Caesar sampai dia lelah sendiri dan mau berteman baik dengan mereka. Mungkin jika di luar mereka akan menjadi etika mereka tapi jika hanya bertiga mereka akan bertindak semaunya tanpa peduli pada etika sama sekali "kau gila ya, ini adalah satu-satunya cara" teriak Rimonda menatap Caesar yang membalas tatapannya

Ramon menghela nafas dan langsung menengahi mereka berdua, keduanya selalu saja bertengkar di saat ada masalah kecil. Dan Ramon sangat hafal dengan Rimonda yang pasti akan menantang bermain pedang. Walau mereka masih kecil tapi kemampuan pedang Rimonda bukan main-main. Walau dia memang lebih jago dengan menggunakan panah, tapi dia juga bisa menggunakan pedang.

"Sudahlah berhenti, kalian ini tak ada kegiatan lain apa. Bukankah lebih baik kita istirahat dan besok berangkat untuk meneliti lebih jauh lagi" ucap Ramon dengan harapan bahwa semuanya akan selesai dengan cepat

"Benar sekali"

"Aku tak setuju"

Mereka berdua mengucapkan hal itu secara bersamaan membuat Ramon terkekeh "sepertinya kalian ini jodoh" Ramon hanya bercanda tapi keduanya malah menatap Ramon tajam

"Ah.. Baiklah-baiklah aku hanya bercanda, tapi kita akan tetap pergi bukan" ucap Ramon lagi membuat Rimonda mengangguk setuju kecuali Caesar

"Jika kalian sakit bagaimana, jangan berpikir keuntungan kalian saja tapi coba pikiran resiko yang ada juga" sahut Caesar kembali menolak keinginan si kembar

"Aku sudah bilang kita harus pergi" Rimonda kembali bersuara membuat Caesar kembali menatapnya tajam

"Sudah!!, aku bilang sudah bukan. Ini sudah mau malam dan tak baik berada di kamar perempuan sekarang" ucapan Ramon membuat Caesar ingat bahwa mereka masih ada di kamar Rimonda saat ini

Mungkin jika itu Ramon tak masalah tapi dia adalah orang luar membuat Caesar berniat keluar "aku tetap tidak setuju" ucapnya sebelum keluar

Aku kembali.., bagaimana kabar kalian masih tetap sehat di pandemi sekarang. Aku berharap kalian semua sehat-sehat saja, sampai jumpa lagi..

Park_Keyzacreators' thoughts