33 "Wanita dalam Misiku"

Dramiz Plaza, Sevintera

Kestrea, Lyminael

Dua orang berjalan tergesa tanpa tujuan pasti di jalan tanah setapak penghubung utama pasar. Noah, pria berjubah merah marun dengan penutup kepala itu masih hafal kemana kakinya melangkah meskipun jalanan pasar itu telah berubah drastis dari waktu terakhir Ia berkunjung kesana. Pria itu lebih banyak menunduk menutupi wajahnya dengan jubah, tak bisa menegakkan kepala terlalu lama, khawatir seseorang akan mengenalinya. Tapi meskipun begitu, kedua ujung matanya tetap mengintai dengan baik situasi di sekitar.

Hal sama dilakukan oleh Tyra yang berjalan di belakangnya. Langkah pertamanya keluar dari butik milik Luis dibuka dengan kebingungan sekaligus kekaguman. Tyra tidak tahu apakah tempatnya saat ini berada adalah kota, desa, atau bukan keduanya. Yang jelas tempat itu sangat indah. Tyra yang merupakan penggemar film-film fantasi sejati rasanya telah masuk ke salah satu latar belakang fantasi Medieval.

Pasalnya persis sekali, mulai dari arsitektur bangunan Eropa kuno, sampai pada pakaian berbahan tebal dari wol dan kulit yang orang-orang disana. Apakah ini mimpi? Atau sungguh terbukti saat ini Ia tengah berada di Lyminael? Dunia yang disebut Noah sebagai dunia ambang batas sekaligus dunia tempat Ayahnya berasal? Karena rasanya cukup tidak masuk akal jika masih ada lingkungan yang teramat tradisional tanpa listrik dan mesin kendaraan seperti ini di Eropa, ditengah-tengah pesatnya perkembangan dunia. Ataukah ... Ia tengah berkelana ke abad pertengahan?

DUK!

"Ah!"

Lamunan dan imajinasi Tyra terhenti begitu kepalanya terbentur sesuatu. Gadis itu menabrak punggung Noah tiba-tiba. Noah lantas menoleh, kemudian sadar lebih dulu bahwa gadis itu terdorong oleh seorang pria yang membawa tas jerami besar yang entah apa isinya.

"Berhati-hatilah," pesan Noah, mengeratkan genggaman tangannya pada Tyra, menarik lebih dekat gadis itu kesampingnya, baru kembali berjalan.

"Kemana Kita akan pergi?" tanya Tyra.

Ah, ini pertanyaan yang teramat membosankan sejak kemarin, dan setiap kapanpun Noah membawanya pergi. Perintah Noah untuknya kembali usai mendengar suara-suara kuda dan prajurit Sleushus di butik milik Luis tadi itu tidak jadi terlaksana. Oh, tepatnya tidak bisa, karena entah mengapa, baik Tyra dan Noah tidak bisa membuka portal yang sama di beberapa tempat yang Noah curigai sebagai lokasi atau gerbang lain selain gerbang di Grass Falcon Forest.

"Kau harus bertahan hidup," ujar Noah.

"Hah?"

"Kau harus makan."

"Ah ..." Tyra mengangguk-ngangguk senang, "Apa Kau akan membelikanku daging rusa panggang?" tanyanya berbisik, berjinjit-jinjit menyaingi tinggi menjulang Noah disampingnya.

Noah menghembuskan nafasnya berat, melirik gadis itu datar, "Jangan meminta yang mahal, Aku tidak punya uang."

"Oh ayolah, itu enak sekali ..." rengek Tyra. Noah tetap menggeleng, "Makan saja seadanya, akan kubelikan Kau kapan-kapan."

Tyra mencebik, "Baiklah, tapi heran saja orang yang nampaknya penting seperti dirimu tidak punya uang. Bukankah Kau setidaknya punya koneksi orang dalam?"

"Berhenti bicara, masuk ..."

"Hey ..." protes Tyra, lantaran Noah yang mendorongnya agak kuat begitu mereka sampai di sebuah kedai. Namun Noah tidak membawa mereka masuk lewat pintu depan, melainkan pintu samping kedai berbata coklat terang itu.

"Tempat apa ..."

"Hah?! Demi Alam dan Segala Isinya!" seru seorang wanita paruh baya nan gempal dengan appron dan penutup berenda motif bunga senada, "Noah Clodio?!" lanjutnya heboh dan mendekat, menangkup wajah tampan Noah usai pria itu menurunkan penutup kepalanya.

Noah tersenyum simpul, "Ya, ini Aku, Madam Sofie. Lama sekali tidak bertemu, bukan?"

"Tentu saja. Ya ampun Noah, kemana saja Kau selama ini? Oh dan siapa gadis cantik ini?" Sofie akhirnya menyadari keberadaan Tyra, membuat gadis itu menunduk sopan seadanya, "Aku ..."

"Namanya Elleanor Tyra. Wanita dalam misiku," potong Noah menjelaskan, membuat Tyra membulatkan mata dan mulutnya bersamaan. Apa maksudnya? Misi apa?

Sofie menutup mulutnya terkejut, "Kau berhasil membawanya? Noah, Kau benar-benar memulainya dengan baik. Kau akan menyelamatkan negeri ini!"

Noah menggeleng, "Itu masih jauh, Madam."

Tyra semakin mengerutkan dahi, apa sebenarnya maksud pria ini? Namun tak sempat pertanyaan itu Tyra sampaikan, karena Sofie sudah memboyong keduanya menuju ruangan di sisi kanan dapur kedai. Pintu ruangan itu semula tertutup oleh selapis kain tebal berwarna senada tembok dapur, sampai Tyra bahkan tak menyadari itu adalah pintu menuju sebuah ruangan yang hanya berisi meja besar dan kursi-kursi.

"Silakan tunggu disini, Aku akan membawakan makanan untuk kalian. Apa ada yang khusus kalian inginkan?" tanya Sofie ramah. Senyum di wajahnya itu sangat menghangatkan.

"Ehm, bisakah Aku ..."

"Apa saja, Madam. Tidak perlu repot-repot," potong Noah, Tyra kembali mencebik. Namun Sofie sepertinya paham, "Jangan begitu, Noah. Katakan saja, Nona Elleanor, apa yang ingin Kau makan?"

Tyra tersenyum menang, "Bolehkah Aku memakan daging rusa?"

"Oh, tentu saja, Sayang. Tunggulah sebentar, ya," ujar Sofie kemudian menutup pintu dan berlalu, mungkin kembali ke dapur dan memasak menyiapkan makanan.

"Kau ini sangat merepotkan rupanya, Elleanor," cibir Noah langsung.

"Bagaimana lagi? Aku lapar, dan Aku tidak mau Kau hanya memberiku sup lumut seperti waktu itu," balas Tyra tak kalah menghinanya. Berbicara soal rasa sup lumut itu, Astaga ... rasanya Tyra ingin mengumpat saja. Apakah memang itu makanan para makhluk astral sejenis Noah?

Noah menatap Tyra tajam, cukup lama, "Elleanor, jika Kau sungguh ... ingin menjalankan apa yang Ayahmu katakan, berhentilah mengeluh ..."

"Jadilah kuat, dan jangan memanjakan diri ..." lanjut Noah tiba-tiba menasihati. Namun anehnya, semua kalimat itu tak dilawan oleh Tyra, "Memangnya ... apa yang akan kulakukan?"

"Bertahan ..."

"Berstrategi ..."

"Bertarung ..."

"Itu tugasmu. Ketiganya tidak bisa Kau lakukan jika Kau lemah, baik lemah tubuhmu, pikiranmu, atau perasaanmu. Latihlah dirimu dari sekarang, karena waktu Kita tak banyak."

Tyra mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap Noah tak kalah serius, "Misi apa yang diberikan padamu atasku, dan apa misi yang akan Kau berikan padaku?"

"Misiku adalah melatihmu agar dapat menggunakan kekuatanmu sebagai Ieves untuk menyatukan Clairvoyance dan menyelamatkan, serta menjaga Lyminael dari kelenyapan ..."

"Sementara misimu adalah melakukan itu semua, dan menurut padaku, Elleanor."

avataravatar
Next chapter