webnovel

Chapter 25

Calvino terlihat berdiri didekat jendela. Kedua tangan tampak bersedekap ke depan dada sementara sebelah kaki menyilang dengan menyandarkan tubuhnya pada dinding.

Calvino tampak memanjakan siluet coklat dengan gemerlapan lampu kota Dubai. Jemarinya terulur membuka jendela. Saat ini Calvino sedang berdiri di balkon, kedua tangan merentang seolah menyambut udara malam yang terasa dingin menusuk tulang.

Dibawah langit malam yang sangat indah berteman hembusan angin dan ditambah dengan gemerlapan lampu kota semakin menambah suasana malam Kota Dubai memancarkan sisi keromantisannya.

"Uh, seandainya saja kau ada di sini, sayang. Pasti kita bisa menikmati malam yang indah ini dengan penuh kehangatan." Sembari mendekap erat kedua tangan ke depan dada seolah sedang memeluk erat wanita tercinta.

Manik coklat semakin memejam merasakan betapa hangatnya tubuh sang kekasih, akan tetapi seketika membuka mata ketika bayang akan Kiara melintas begitu saja.

Seharusnya yang membayanginya saat ini adalah, Lenata. Nyatanya, justru bayang Kiara lah yang datang menghampiri.

"Uh, Nona Kia ... " desah Calvino. "Belum pernah ku rasakan gejolak gairah sebesar ini. Kita belum saling bertemu, akan tetapi kenapa pesona mu mampu menyiksaku seperti ini. Bahkan merasuk ke setiap aliran darah."

Manik coklat kembali memejam merasakan betapa lembut dan manis bibir Kiara Larasati. "Uhm, bibir mu terasa memabukkan, sayang." Lirihnya sembari menyentuh bibirnya sendiri.

Ini gila. Benar - benr sudah gila. Sang billionaire larut ke dalam kegilaan. Bahkan dia tenggelam ke dalam sensasinya sendiri.

🍁🍁🍁

LUZ MANSION

Dubai, Uni Emirat Arab

07.45

Langkah kaki tegas tergesa menuju ruang makan. Dia sangat yakin bahwa saat ini Bram, dan Dreena sudah menunggui kedatangannya. Dan tebakannya pun terbukti benar. Kedua orang tuanya sudah duduk manis menghiasi ruang makan.

"Selamat pagi, Ma." Mengecup pipi Dreena. Setelah itu beralih ke Bram. "Selamat pagi, Pa." Mencium tangan kanan.

Ya, seperti itulah attitude seorang Calvino Luz Kafeel. Tampan, pengusaha kaya, bergelimang harta hingga menyandang status billionaire, akan tetapi tidak pernah melupakan rasa hormatnya kepada orang tua.

"Mama, yakin bahwa semalam kau bergadang. Mata mu bengkak."

"Apa itu benar, Vin?" Bram menambahkan.

"Tidak, semua itu tidak benar. Calvin, hanya kelelahan saja."

"Kau ini bagaimana sih, Vin? Kesehatan nomor satu. Seharusnya kau bisa membagi waktu antara kerja dan istirahat." Nasihat Dreena. Setelah itu tatapannya tampak mengunci pada suami tercinta. "Lihatlah kelakuan Putra-mu!"

"Sudahlah, tak perlu kau cemaskan hal - hal kecil seperti itu. Putra kita ini lelaki tangguh. Iya kan, Vin?" Mengangkat sebelah alisnya.

"Saran Mama, lebih baik segera cari Istri supaya ada yang memperhatikan mu."

"Itu tidak perlu, Ma. Sudah ada, Dzamira"

Jawaban putra tercinta mengiringi Dreena pada hembusan nafas lelah. "Dzamira, kepala maid. Cari wanita yang cocok dengan mu kemudian kenalkan sama Mama - Papa. Kau harus segera menikah."

"Ma, menikah perkara mudah."

"Kalau begitu masalahnya di mana?"

Frustasi didesak masalah pernikahan telah memaksa Calvino mengusap kasar wajahnya. Dan hal itu pun tak lepas dari pengamatan Bram sehingga langsung menengahi.

"Masalah ini bisa kita bahas nanti. Bagaimana kalau kita makan dulu saja? Papa, sudah tidak sabar memanjakan lidah dengan masakan, Parviz."

"Ya, Calvin juga sudah ga sabar mencicipinya."

"Papa dan Anak sama kompaknya." Desis Dreena sehingga tidak ada yang mendengar.

Saat ini keluarga Kafeel sedang melangsungkam acara sarapan dengan penuh kehangatan. Selama acara berlangsung tidak ada satu patah kata pun yang mengiringi pergerakan bibir kecuali suara decap kenikmatan dari hidangan terbaik.

Setelah selesai menyantap sarapan, Calvino bergegas ke kantor. "Calvin, berangkat dulu ya, Ma - Pa."

"Hm, hati - hati. Ingat, jangan pulang terlalu malam karena Papa sudah booking restaurant pavorit Mama-mu."

Calvino tidak menjawab kecuali melempari sang ayah dengan kerlingan.

"Lihat kelakuan Putra-mu! Dia benar - benar mewarisi sifat genit mu."

"Dan Earl, Putri-mu mewarisi sifat mu yang keras kepala." Bantah Bram.

Menyebalkan! Seenaknya saja menghakimiku. Memangnya dia fikir dia itu lelaki paling sabar apa? Dasar maunya menang sendiri. Kesal Dreena beriringan dengan langkah kaki meninggalkan suami tercinta yang masih saja menghujaninya dengan tatapan nanar.

Dreena melenggang menuju halaman depan. Satu hal yang dia harapkan bahwa putra kesayangan masih ada di sana. Sayangnya, Dreena harus berbesar hati merelakan keinginan tersebut ketika mobil yang membawa Calvino pergi tampak meninggalkan halaman utama Luz mansion.

"Tambah kecepatan!" Perintah Calvino pada Khair.

"Baik, Sir." Bersamaan dengan itu mobil melaju dengan kecepatan tinggi membelah Kota Dubai.

Setelah beberapa saat berteman dijalanan. Kini, mobil yang membawanya pergi telah sampai pafa gedung menjulang tinggi bertuliskan Luz Company.

Para bodyguard langsung berlarian membukakan pintu mobil untuk sang billionaire sembari membungkukkan badan. "Good morning, Sir."

Calvino tidak menjawab kecuali melenggang begitu saja menuju lift dengan diekori oleh para bodyguard. Para karyawan tampak menundukkan wajah disuguhi aura mencekam dari kehadiran sang billionaire yang selalu memasang rahang tegas dipadupadankan dengan bibir membentuk garis lurus.

Namun, sayang hal seperti itu tidak berlaku bagi sekretaris Calvino - Bechara Qallshen - yang selalu berpakaian super seksi sehingga memperlihatkan belahan dada.

"Good morning, Sir." Sapa nya dengan menggigit ujung bibirnya.

Tidak ada jawaban dari Calvino. Bibirnya masih saja membentuk garis lurus berpadukan dengan tatapan tajam mematikan sebelum melenggang ke dalam ruangan kebesarannya.

"Uh, Tuan ku Calvino. Apakah kau tidak tahu bahwa dengan sikap mu yang dingin seperti ini semakin memancarkan aura mu yang memikat dan tentunya menantang. Uh, rasanya aku ingin berada di antara lengan kekar. Merasakan otot - otot perut mu yang six pack dan tentunya urat berotot yang ... uhm, nikmat." Lirihnya dengan meremas kulitnya sendiri sembari menggigit ujung bibirnya.

Reflsk para bodyguard yang berjaga di depan ruangan CEO dibuat panas dingin karenanya. Tak ayal mereka pun dibuat berulang kali menelan kasar saliva.

"Apa lihat - lihat, hah? Ku colok mata kalian baru tahu rasa." Bentaknya.

Para bodyguard saling tersenyum smirk. Seolah mengejek sekretaris Calvino. "Cantik dan seksi tapi, sayang ... jalang." Lirihnya pada kata terakhir.

Bechara langsung mendekat. "Kau bilang apa, hah? Ulangi!"

"Kami tidak mengatakan apa pun."

"Bohong! Aku mendengar kalian-"

"Kami mengatakan bahwa Anda cantik dan seksi, Ms. Bechara." Sahut bodyguard yang lain.

Bechara mengulas senyum penuh percaya diri. "Ya, yang kalian katakan sangat benar. Tidak ada wanita cantik dan seksi selain, Bechara Qallshen." Mengibaskan rambutnya sehingga mengenai wajah salah satu bodyguard.

Tak ayal hal itu pun membuatnya melayang. Ingin rasanya menyeret Bechara ke atas ranjang kemudian menindihnya dengan sangat posesif. Liar dan juga luar biasa menggoda. Itulah kau, Bechara. Batinnya sembari mengusap bibirnya sendiri seolah mengusap air liur yang menetes deras.

🍁🍁🍁

Next chapter ...

Hai, guys!! Terima kasih ya masih setia menunggu kelanjutan dari cerita Calvino. Dukung selalu dengan memberikan power stone atau komentar, karena itu sangat berarti untuk kelanjutan dari cerita ini. Peluk cium for all my readers. HAPPY READING !!

Yezta_Auroracreators' thoughts
Next chapter