webnovel

Chapter 15

Saat ini Calvino tengah berada di salah satu cafe yang berada di Surabaya barat, lebih tepatnya Spazio. Tanpa Calvino tahu tempat ini merupakan tempat kerja Damian yang merupakan saudara sepupu dari Leonard, lelaki yang paling dia benci untuk saat ini.

Dia terlihat tengah menyesap minuman dengan bermanjakan gemerlapan lampu kota. Pilihan tempat duduk Calvino sangat tepat karena berada di ujung sehingga bisa menyaksikan secara langsung lalu lalang kendaran, para pejalan kaki, dan juga keindahan dari gemerlapan lampu yang tampak memanjakan mata.

Sayangnya, hal tersebut sama sekali tidak kelihatan menarik di mata Calvino. Keindahan seperti apapun akan terasa hampa. Untuk saat ini yang menjadi pusat perhatiannya adalah Kiara. Wanita misterius yang dia yakini memiliki kesamaan fisik seperti mantan tunangannya, Samara.

Entah sudah berapa lama tenggelam ke dalam pikiran sendiri hingga suara seksi mengusik pendengaran. Dengan segera menolehkan wajahnya berpadukan dengan tatapan menajam. Sayangnya, sang wanita tidak terusik dengan ketajaman dari siluet coklat. Justru dengan lancangnya mendudukkan bokongnya pada sofa yang berseberangan dengannya.

"Lancang! Siapa yang mengijinkan Anda duduk, hah?" Berpadukan dengan ketajaman penuh.

"Dengar, Tuan ku. Saya tidak memerlukan ijin dari siapa pun untuk-"

"CUKUP!" Bentak Calvino dengan tatapan nyalang. Sialnya, sang wanita bergeming.

Seharusnya sang wanita merasa takut dan beranjak dari duduknya. Sayangnya, hal tersebut tidak dia lakukan. Justru dengan gerakan seksi mulai mencondongkan wajahnya ke depan. Refleks hal tersebut memperlihatkan belahan dada akibat potongan leher rendah. Entah ini memang di desain sendiri olehnya atau memang segaram yang di khususkan oleh suatu agency. Yang jelas belehan dada kian terlihat nyata.

Seandainya saja lelaki tersebut bukanklah Calvino, pasti akan dengan senang hati bertukar nomor ponsel. Sayangnya, Calvino tidak pernah tertarik dengan para wanita yang dengan sengaja menjual kemolekan hanya demi lembaran rupiah.

Calvino terlihat mencondongkan tubuhnya ke depan berpadukan dengan tatapan nyalang. "Tidak pernah saya ijinkan seorang wanita ja-"

"Oh, Tuan ku. Kursi mu ini kosong. Jadi, apa salahnya kalau aku duduk di sini, hum?" Potong sang wanita.

"Apa kau tahu suasana malam ini sangat dingin." Sambil memeluk kedua siku dengan sangat erat. Bersamaan dengan itu kembali ditatapnya Calvino dengan penuh minat. "Akan sangat menyenangkan kalau malam ini dilewatkan dengan kehangatan." Ucapnya sambil menggigit ujung bibirnya.

Geram? Tentu saja! Lelaki seperti Calvino merasa sangat jijik dengan godaan - godaan dari wanita yang menurutnya sudah kehabisan urat malu. "Lancang! Jangan memaksa saya berbuat kasar, Nona. Pergilah!"

"Ups, jangan marah - marah dulu, Tuan ku. Ingat, aku ga mau urat - urat mu yang menegang akan mengurangi kadar ketampanan mu." Bersamaan dengan itu memainkan bibirnya dengan sangat seksi dan juga ... menggoda.

Apakah Calvino tergoda? Jawabannya adalah tidak! Lelaki seperti Calvino hanya akan tergoda oleh satu wanita dan wanita yang sangat beruntung itu, Samara. Sayangnya, takdir memisahkan keduanya dengan cara paling kejam.

Dan ingatan demi ingatan tentang Samara hanya akan menenggelamkan Calvino pada kesedihan berkepanjangan. Entah sudah berapa lama tenggelam ke dalam pikiran sendiri. Yang jelas jentikan jemari lentik telah membawa kesadarannya kembali. Dengan segera melempari sang wanita dengan tatapan tajam mematikan.

"Uh, Tuan ku aku tahu bahwa kau sedang membayangkan tentang-"

"Apa mau mu, Nona? Cepat katakan!" Potong Calvino dengan suara menajam. Tak hanya suara, tatapannya pun menajam setajam mata pedang yang dihunjamkan secara langsung ke jantung sang wanita. Sayangnya, ancaman seperti apapun tak juga membuat nyali sang wanita menciut. Penolakan secara terang - terangan justru membuatnya semakin tertantang.

"Uh, sepertinya Tuan ku ini sangat tidak sabaran ya."

Bermanjakan sikap wanita asing yang menurutnya sangat membosankan. Calvino kembali mencondongkan tubuhnya ke depan berpadukan dengan tatapan nyalang. Sementara, sang wanita balik melemparinya dengan tatapan penuh godaan. Sungguh, wanita ini bisa dikategorikan bahwa jam terbangnya sangatlah tinggi dan hal tersebut terlihat jelas dari cara dia dalam menghadapi Calvino.

"Cepat katakan apa mau mu?!"

Pertanyaan yang menyapu pendengaran dan juga sikap Calvino yang tak sabaran telah membuat sang wanita beranjak dari duduknya. Dia terlihat mendekat ke arah Calvino, hendak mendudukkan bokongnya pada ruang kosong, akan tetapi gerakannya tertangguhkan oleh kata - kata sarkastik.

"Jaga sikap Anda, Nona. Jangan memaksa saya berbuat kasar."

"Uh, Tuan ku saya paling suka di perlakukan dengan kasar. Terasa lebih menantang." Sambil menjilat lidahnya sendiri.

"Shiitttt, dasar jalang. Dengar ya, jika tujuan Anda menjual diri hanya demi lembaran rupiah ... " jeda sejenak. Calvino terlihat melempari sang wanita dengan tatapan jijik. "Maka, ambillah ini dan pergilah!" Melemparkan segepok uang bernilai seratus ribuan ke atas meja. Sang wanita sangat yakin bahwa uang tersebut bernilai 10 juta. Hanya saja hinaan yang telah Calvino lemparkan padanya telah melukai harga dirinya dengan sangat kejam.

"Dasar laki - laki menjijikkan! Jadi, kau pikir aku sedang menjual diri ku, hah?"

"Hai, Nona. Kalau tidak menjual diri lalu apa, hah? Kau pun menawari keintiman dan juga kehangatan. Jangan kau lupakan itu!"

"Hai, Tuan mesum. Menawari mu dengan kehangatan bukan berarti menjual diri. Tapi aku ingin menghangati tubuh mu dengan ini." Mengayunkan botol minuman ke udara. Ya, botol minuman tersebut adalah salah satu merk alkohol terbaik. Bukannya marah, Calvino malah mengulas senyum geli dengan sikap sang wanita. "Duduklah!" Pintanya.

"Kau sudah merendahkan ku jadi, aku tidak menjual minuman ku padamu."

"Tunggu!"

Sang wanita langsung menghentikan langkah, akan tetapi tidak ada niatan untuk melihat ke arah Calvino. Meskipun di dalam hati terdalam sangat ingin berbalik dan bermanjakan ketampanan bak Dewa yunani. Lagi dan lagi. Namun, hinaan yang dilemparkan padanya benar - benar melukai harga dirinya.

"Bagaimana kalau saya membelinya 2 kali lipat?" Tawar Calvino. Sialnya, sang wanita bergeming.

"Bagaimana kalau 3 kali lipat?" Sialnya, sang wanita tetap saja bergeming.

Calvino terlihat menghembus nafas kasar. "5 kali lipat dan ini tawaran terakhir, Nona." Bersamaan dengan itu sang wanita berbalik. Dengan segera mendudukkan bokongnya pada sofa yang berseberangan dengan Calvino.

"Uh, Tuan ku. Kau lah lelaki pertama yang menawar dengan harga yang sangat tinggi. Biar ku tuang ke gelas Anda ya."

Calvino langsung mengayunkan sebelah tangannya, pertanda bahwa dia sedang tidak ingin minum. "Kalau begitu untuk apa Anda membeli minuman saya, hum?"

Menyerahkan kembali botol minuman tersebut ke tangan sang wanita, begitu juga dengan segepok uang. "Ambil saja. Saya tidak memerlukannya. Saya tahu bahwa menjual minuman seperti ini sangat tidak mudah. Tidak seharusnya Anda bersikap melecehkan diri Anda sendiri. Sangat di sayangkan jika keluarga besar harus menanggung malu atas sikap Anda, Nona."

🍁🍁🍁

Next chapter ...

Hai, guys!! Terima kasih ya masih setia menunggu kelanjutan dari cerita Calvino. Dukung selalu dengan memberikan power stone atau komentar, karena itu sangat berarti untuk kelanjutan dari cerita ini. Peluk cium for all my readers. HAPPY READING !!

Yezta_Auroracreators' thoughts
Next chapter