webnovel

Masa Lalu dan Kehidupan Baru

10 tahun lalu

Aku masih ingat kala itu, perang besar terjadi di depan mataku. Pedang yang tertancap, darah itu, api itu, dan tiba - tiba 2 naga besar pun muncul, naga hitam dan putih dengan kristal masing - masing di dahinya.

Saat itu, orang tuaku datang dengan luka dan menyuruhku lari, tapi aku hanya terdiam, hingga suatu ledakan hebat terjadi. Yang kuingat, hanya rubah merah milik orang tuaku menyelamatkanku

FLASHBACK END

2 tahun kemudian

Namaku Mina Kinoi, kelas 1 SMA. Kenangan -kenangan perang masih sangat mengganggu dan bukan hanya itu. Kenyataan bahwa aku bukan keturunan manusia sangat mendukung bahwa aku harus tinggal di dekat hutan. Tapi aku tidak sendirian, aku tinggal dengan Cafu, rubah merah ajaib yang bahkan kuanggap seperti manusia.

Pagi itu....

"Cafu, aku mau berangkat sekolah, tolong jaga rumahnya" kataku keluar rumah

"Hati - hati" Cafu sedikit berteriak

Sekolah adalah salah satu hal yang kubenci, selain membosankan, aku juga hanya dibully dan tidak punya teman.

Hingga suatu hari...

"Kelas selesai lebih cepat, ya" gumamku. "Tapi apa boleh buat, aku harus ke ruang guru sekarang"

Di ruang guru, aku sangat puas menerima tatapan tidak suka dari guru - guru. Yah.. itu sudah biasa bagiku, keturunan orang yang ikut perang memang tidak ada yang sepenuhnya manusia. Selesai dari ruang guru, aku berjalan menuju kelas untuk mengambil tas, tapi...

Duaghh!! (aku menabrak seseorang dan terjatuh)

"Aduh... maaf.. maaf.. aku tidak sengaja" kataku sambil memegang kepala dan mendongak, kulihat 3 lelaki yang auranya menyeramkan.

"Hei hei hei! Jangan harap cuma minta maaf kau bisa lolos" kata orang yang kutabrak.

"Benar itu, habisi saja dia"

"Ayo ikut aku!!" mencekal pergelangan tanganku dan hendak menyeretku.

"Tapi, aku tidak sengaja! Lepaskan aku!" kataku meronta - ronta

"Aku gak peduli, pokoknya kau harus membayarnya"

Tiba - tiba.....

Brraakkk! (seorang lelaki lain meninju orang yang mencekal pergelangan tanganku)

"Kalau kalian mau bertarung, carilah musuh yang sepadan" kata lelaki itu

"Dasar.. ayo kita mundur" gumam lelaki yang kutabrak sambil memegang pipinya yang memar.

"Apa kau tidak apa - apa?" katanya lembut sambil menjulurkan tangan

"Ya. Terima kasih sudah menolongku" (berusaha berdiri dan meraih tangan lelaki itu)

Deggg... aura ini.....

"Apa kau sama sepertiku??" tanyaku ragu

"Maksudmu?" tanya lelaki itu kebingungan

"Sudahlah kalau kau tidak mengerti tidak apa - apa, lupakan saja" kataku berusaha pergi dari situ

"Tunggu!" (lelaki itu menahan tanganku) "Kita bisa bicarakan ini baik - baik."

"Tapi bukan disini juga" (suaraku naik 1 oktaf)

"Baiklah, aku tau tempat yang bagus, setelah ini kau maukan ikut ke tempat itu?"

"Baiklah, aku rasa aku bisa percaya padamu. Tapi biarkan aku mengambil tasku dulu"

"Baiklah aku akan mengantarmu"

Sepanjang perjalanan, kami mengobrol... dan ternyata benar kalau dia bukanlah manusia biasa, namanya adalah Mikaze, Ryu Mikaze. Aku memanggilnya Mikaze dan dia memanggilku Kinoi. Aku tau kalau ini bukan hanya kejutan, tapi seperti mimpi indah jadi kenyataan. Aku sudah mengatakannya berkali - kali bahwa panggilanku adalah Mina, tapi dia tetap ngotot minta manggil Kinoi, ya.. sudahlah. Yang lebih mengejutkan lagi, dia punya nasib yang denganku, yaitu tidak memiliki orang tua. Hingga secara tidak sadar kami sudah sampai di padang rumput dimana ada sungai mengalir di dekatnya dan sebatang pohon tua nan rimbun disitu.

"Inilah tempat rahasiaku" kata Mikaze merentangkan kedua tangannya

"Wahh!!! Bagaimana kau bisa menemukan tempat seindah ini??!" kurebahkan tubuhku di bawah pohon rindang. "Sekarang ceritakan padaku tentangmu" ^-^

"Apa kau tertarik mendengar cerita dari seseorang yang bahkan dikucilkan di manapun?"

"Kenapa kau berpendapat begitu? Aku yang senasib denganmu, maka aku pasti akan berusaha mengerti apa yang kau ceritakan. Karena kita adalah 'teman'" terdapat penekanan saat mengatakan 'teman'. Hal itulah yang membuat Mikaze tiba - tiba merasa tentram.

Perlahan dia mulai membuka diri dan mulai menceritakan tentang semuanya, "Aku 5 bersaudara, tapi karena aku dan kak Tori saja yang tidak normal, akhirnya kami berdua hidup sendiri di desa ini, sedangkan 3 kakakku pergi ketempat yang jauh dan hanya akan mengirim uang bulanan dan tidak mau berinteraksi dengan kami. Aku dan Kak Tori adalah siluman dan yang lainnya normal"

Mikaze bercerita dengan raut wajah sedih, tetapi berusaha agar tidak menangis. Dan akhirnya aku harus menenangkannya, "Kau tak perlu sedih, kau hanya siluman, kan?"

"Apa maksudmu dengan kata "hanya"?"

"Hanya dengan menjadi siluman, kau sudah dibenci, lalu aku apa?"

Mikaze hanya bingung dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Aku benar - benar tak paham, apa aku yang tak paham atau memang kau yang membingungkan?"

(aku tersenyum)" Sebenarnya.... aku adalah siluman juga keturunan naga"

"APA??!!" Mikaze hampir tersedak ludahnya mengetahui kenyataan bahwa kenyataannya aku punya sesuatu yang mustahil diperoleh atau diharapkan daru seorang manusia. "Tapi bagaimana bisa? Kekuatan naga adalah hal yang paling mustahil untuk dikendalikan penuh oleh seorang manusia bahkan"

"Maka dari itu aku berjuang, karena kekuatan naga yang dominan, jadi aku akan lebih kesulitan mengendalikan kekuatan silumannya."

"Aku turut prihatin. Maafkan aku karena aku banyak mengeluh, seharusnya aku juga harus mengerti keadaan orang lain yang senasib denganku" kata Mikaze tertunduk

"Jangan menyalahkan dirimu sendiri, ada baiknya kau membagi semuanya dengan orang yang kau percaya, itu mungkin akan membuatmu merasa lebih tenang. Jadi, mulai sekarang kau bebas mengatakab bebanmu padaku"^-^

"Um" Mikaze mengangguk seperti anak kecil, dan tiba - tiba.....

KRUCUKK! (perut Mikaze berbunyi dan pipinya memerah)

"Mikaze, kau lapar? Kalau begitu, ikutlah ke rumahku" kataku sambil beranjak berdiri.

Kali ini aku sangat senang, entah kenapa perasaan ini datang dengab sendirinya, baru kali ini aku merasakannya kesenangan seperti ini. "Mikaze, kapan - kapan aku juga ingin bertemu dengn kakakmu, Tori" Dan Mikaze hanya tersenyum dan mengangguk cepat.

*Rumah Mina*

"Aku pulang!" kataku sembari memasuki rumah, diikuti Mikaze. "Duduklah, aku akan mengambikanmu teh". Aku segera beranjak pergi ke dapur.

Tapi Cafu menghentikanku saat akan membuat teh,"Tidak perlu, biar aku saja, kau segera ganti baju saja"

Aku segera pergi ke kamarku di lantai , sedangkan Cafu.....

"Ternyata kau, ini tehnya" Cafu berkata sambil meletakkan teh di meja depan Mikaze.

"Cafu, ternyata kau, lama tak jumpa. Bagaimana kabarmu? Aku baru tau kalau kau yang menjaganya Kinoi"^-^

"Kabarku baik dan kelihatannya kau juga masih sama seperti dulu. Aku senang akhirnya Mina punya teman yang baik. Oh iya, bagaimana kabar Tori?" tanya Cafu sembari duduk di sebelah Mikaze

"Kak Tori, baik - baik saja."

Mereka berdua berbincang - bincang lama, aku memang sengaja membiarkannya, karena waktu Cafu membuatkan teh, ekspresi senang yang jarang kutemui muncul. Akhirnya, aku sadar bahwa mereka berdua sudah saling mengenal. Tapi akhirnya saat aku bergabung, aku terjebak dengan obrolan antarpria.

Sampai akhirnya Mikaze pun angkat bicara,"Cafu, bolehkah aku mengajak Kinoi ke rumahku besok??"

"Tu- tunggu dulu, kau tak bisa memutuskan seperti itu" kataku sedikit terkejut

"Mina... kau itu juga harus bergaul. Lagipula kau kan pengangguran kan?" tanya Cafu meledek

"Ayolah Kinoi, aku akan mengenalkanmu pada Kak Tori, apa kau keberatan?"

SKAKMAT!!

"um, baiklah aku akan ikut" aku cuma bisa berkata dengan nada lemas. Dan berharap semuanya aman. Tapi, diluar dugaan, sikap Mikaze berubah mendengar kata "baiklah", dia sangat senang dan kegembiraannya sangat sulit diartikan dengan kata - kata. Aku tak mengerti kenapa dia bisa sesenang ini, apa mungkin dia menganggapku teman?? Entahlah... aku juga tak ingin menghancurkan harapannya. Lagipula, dia sudah terlanjur senang.