Lea meminum air putih dengan rakus, Jose bersandar di tembok dengan pandangan malas. Hatinya penuh dengan ketidakpuasan terhadap situasi.
"Apa yang kamu pikirkan Lea?"
"Tidak ada"
"Venom? hahaha untuk apa memikirkan orang itu, kamu tidak dihubungi sepanjang hari bahkan tidak ditemui, kemari lah Lea"
Tangan menepuk sisi kosong Jose, Lea semakin tidak senang. Jose merasa anak kucing liarnya bikin hatinya rumit tanpa sebab.
"Diam!"
Teriakan marah Lea bikin alis Jose naik ke atas, tidak senang dibentak. Bagaimana bisa menghubungi jika sepanjang hari ia melayani Jose tanpa henti?
"Nou akan tahu jika kamu disini"
"Tidak akan"
Kerutan sedalam 5cm muncul di wajah Lea, Jose tersenyum tawar. Wanita ini sangat menarik semua sarafnya untuk tetap berada disisinya, bagaimana bisa ia tidak menyadari sejak awal.
"Jangan terlalu nyakin. Aku sangat mengenal Nou"
"Tempat ini diluar catatan milik keluarga Syuhada. Kamu tenang saja"
"Aku hanya tak ingin Nou salah paham tentang kita. Aku belum beritahu Venom juga. Ini semua gara-gara kamu"
"Huh!"
Dengusan tak ringan diberikan. Banyak perkataan juga sia-sia, Jose seperti merasa Lea tidak mudah di taklukkan.
"Kamu-- tidak kerja?"
"Aku ambil cuti menikah ingat? bersama Reina selama 7 hari"
Jose bergerak turun dari tempat tidur, memakai celana panjangnya dengan gaya malas bikin hati Lea semakin dongkol, menarik sesuatu dari dompetnya.
"Ini kartu cadangan, kamu bisa pakai untuk membeli semua kebutuhan sehari-hari atau bersenang-senang"
Kartu diletakan di atas meja, Lea diam membisu. Terlalu lelah untuk mengatakan jika ia tak sudi jadi simpanan tetapi tubuhnya terus menerus mengikuti keinginan Jose, sungguh sial pikirnya.
"Lea..."
Jose tipe playboy di masa muda dan tua, baru kali ini tergila-gila oleh wanita, mana mengerti cara membujuk wanita. Kepala hendak di sandarkan pada bahu tapi Lea mengelak ke arah jendela kamar.
kring...
kring...
"Nou?"
Jose mengambil minuman dingin dari kulkas, satu botol di habiskan dengan cepat. Hatinya berdenyut tak senang mendengar nama Nou disebutkan.
"Reina Zong bebas, Lea"
"Apa!"
"Jose sudah tidak ada hubungannya dengan wanita itu. Kita harus merayakan, Lea"
"Siapa yang membebaskan?"
"Venom yang membebaskan"
"Tidak mungkin... Venom tidak mengenal baik Reina Zong, bagaimana mungkin...?"
Lea melihat ke arah Jose yang menghampiri, tangan melingkari pinggangnya dan kepala di bahu ingin turut mendengar.
"Lea, dimana kamu? aku akan pergi menemui mu. Kamu tidak sibuk bukan?"
"Aku ada rapat bersama klien di restoran Z , kamu datang saja kesana"
"Mungkin aku sedikit terlambat, aku harus mengantar Feri terlebih dahulu"
"Tidak masalah, aku selesai rapat jam 19.30 malam, kamu santai saja"
"Oke"
Lea termenung mendengar berita itu. Jose menebak berita pernikahan sudah di dengar atau belum atau, masalah Reina keluar dari penjara besar sudah di ketahui.
"Ada apa?" tanya Jose berusaha menarik perhatiannya tapi sepertinya Lea terlalu dalam masuk ke pikirannya sendiri.
"Lea..."
Handphone dicengkeram kuat, kabar yang diberikan seperti angin topan mengoyak hati Lea. Berita ini belum tentu benar, kalau iya dipastikan berita sudah ada di koran atau berita online.
"Rapat, huh?"
Bibir Jose mengecup leher Lea yang telanjang, "Lepaskan, aku harus bersiap-siap" serunya kesal karena badannya ditarik ke arah tempat tidur.
Lea sangat kesal, dipaksa pergi dari rumah Nou dengan alasan rapat lalu makan di restoran Z dan bertemu Venom tanpa sempat menjelaskan kemudian berakhir di apartemen milik Jose.
"Lea, aku tidak mengijinkan kamu bertemu Nou"
"Aku tidak mau ada masalah dengannya, kamu minggir"
Namun, Jose terus menekannya sampai titik tak berdaya Lea. Walau belum paham apa yang terjadi dengan diri sendiri, Jose sungguh tak ingin Lea bertemu Nou.
"Hei..."
Suara protes Lea berubah menjadi suara yang disukai, Jose merasa dunianya sempurna dengan adanya Lea dalam hidupnya.
"Kamu-- "
"Masa bulan madu belum berakhir Lea, jangan pernah berfikir untuk pergi dariku"
Mata indah Lea melotot arah Jose, "Kamu milikku, hanya milikku Lea" ucap Jose lagi bersamaan teriakan Lea yang melengking melengkapi suara-suara lainnya.
Tersisa 4 hari, Jose akan memanfaatkan waktu dengan menyekap Lea diatas tempat tidurnya. Siapa Nou? hahaha pikir senang Jose di dalam kepalanya.
~>
Kediaman keluarga Syuhada,
Feri mengamati penampilan sempurna Nou, "Bu, apa ayah akan datang lagi?" tanyanya lirih.
Gerakan tangan memberikan lipstik di bibir terhenti, Nou memandang anak semata wayangnya melalui kaca.
"Feri, ayahmu bukan sembarang orang yang bisa ditemui. Kalau ada waktu, ayahmu pasti datang"
"Bu, apakah sakitnya Feri tidak membuat bisa ayah tinggal disini?"
Nou menghela nafas, memperhatikan bentuk bibirnya yang cantik lalu berdiri untuk berbalik melihatnya.
"Ini ibu sedang usahakan. Tenanglah wanita itu tidak akan mencuri ayahmu! bantu ibu dengan jadi anak baik"
Mendengar itu, Feri bersemangat. Cepat menghampiri ibunya, Nou. Tangan menggapai, namun tidak dilanjutkan karena melihat Nou mencembik.
"Ibu pergi dulu. Tidak ada waktu lagi"
"Baik Bu"
Walau kecewa dengan sikap Nou, Feri berikan senyum terbaik untuk ibunya ini. Nou bergegas keluar kamar diikuti Feri pergi ke halaman depan, dimana mobil sudah siap mengantarkan ke restoran Z.
kring...
kring...
Terpaksa menerima telepon tersebut, "Ada apa?" tanya Nou enggan.
"Nyonya Syuhada, perjanjian kita belum lengkap. Apakah anda tahu jika melanggar resikonya sangat besar?"
"Kepala pengawas, anda terlalu banyak berfikir. Aku pasti akan melunasi tapi anda sudah mengeluarkan orang, bagaimana bisa perjanjian berlaku?"
"Hahaha, bukti ada di tanganku, apakah anda akan mengelak atau tidak itu tergantung aku bisa mengekspos pada tuan hakim"
"Kamu--"
"Waktuku hanya ada tiga jam dari sekarang, aku di jalan C no 56. Aku tunggu"
Nou tidak dapat mengatakan sesuatu lagi karena keburu di tutup. Benar-benar masalah jika ketahuan Jose.
brak!
Nou melempar handphone ke bangku samping tapi malah terlempar ke bawah. Beruntung hari ini mengendarai sendiri, iapun membelokan mobil ke jalan yang dimaksud.
~>
Rumah keluarga Xi,
Mobil berhenti depan pintu utama, Reina tidak dapat menahan decak kagum dalam hatinya. Dari pintu gerbang sampai pintu utama harus melewati taman yang sangat indah.
"Ayo, mulai hari ini, kamu tinggal disini"
Venom keluar lebih dulu, berputar ke arah pintu satunya, Bartan membukanya dengan hormat untuk membantu.
Reina melangkah keluar dari mobil, pintu utama terbuka. Beberapa orang keluar dari rumah dengan cepat begitu Reina menginjak tanah dengan stabil.
"Tuan..."
Venom memegang tangan Reina, "Perkenalkan ini Baron kepala pelayan disini, kamu butuh sesuatu tanya dia. Baron, ini nyonya Xi" katanya.
Wajah terkejut sekelebat muncul tapi Baron segera bersikap layaknya bawahan yang profesional.
"Nyonya, saya Baron"
"Senang berkenalan dengan anda"
Suara Reina yang lembut membuat Baron dan barisan pelayan untuk menyambut jadi menahan perkataan.
Venom dan Reina berjalan masuk, beberapa orang di belakangnya diam menunggu hingga keduanya berada di kamar utama.
"Ini kamar kita, kamu bisa membersihkan diri dulu, aku temui dulu Baron dan lainnya"
Reina mengganguk, Venom bergerak keluar kamar dan menemukan Bartan sedang mengotak atik handphonenya.
"Bartan, bagaimana keadaan Nou?"
Bartan mengangkat kepalanya, "Ada pertemuan dengan nona Lea di restoran Z, tetapi nona Lea sedang bersama Jose" jawabnya.
"Tuan, semua keluarga besar sudah diberikan pengumuman terkait, tapi mengenai nyonya besar..."
"Masalah ibuku, biar aku yang urus tapi mengenai nyonya Xi, aku tidak mau ada masalah untuk sebulan ke depan"
"Baik tuan"
Baron segera mengundurkan diri dari hadapan Venom, langkahnya cepat ke arah barisan pelayan yang menunggu.
"Kamu awasi Nou secara ketat dan juga Lea. Aku nyakin, salah satunya akan membuat kesalahan"
"Baik tuan"
Bartan cepat pergi tinggalkan rumah keluarga Xi sementara Venom pergi ke ruang kerjanya, mengambil dokumen yang diperlukan lalu pergi ke kamar utama.
klik.
Venom masuk dan menemukan Reina masih berpakaian yang sama, "Mengapa kamu belum berganti pakaian?" tanyanya mendekati Reina yang sedang melihat pemandangan taman belakang.
"Rumah ini sangat indah, apa kita akan keluar malam ini? aku tidak ingin bertemu orang sekarang"
Dokumen diberikan pada Reina, walau tak mengerti maksudnya, dibuka dan dibacanya.
"Ini tentang bagaimana kita hidup di masa mendatang"
"Uji coba tiga bulan?"
Reina melangkah ke arah sofa kamar, meletakan dokumen di atas meja agar bisa membacanya secara seksama.
"Aku buat secara sederhana mungkin. Pernikahan kita termasuk kilat, aku tidak mau kamu merasa dirugikan"
Venom duduk di depannya, matanya menangkap bermacam-macam emosi yang berasal dari Reina. Kegelisahan jelas muncul di wajah Reina bikin hati Venom merasa bersalah karena sudah memanfaatkan wanita lemah.
Tangan Reina gemetaran setiap kali membuka lembaran kertas, "Ini hanya ingin memastikan posisi masing-masing saja diluar pernikahan resmi kita" ujar Venom.
"Aku-- mengerti"
Kerutan di dahi Venom semakin dalam, apa maksudnya mengerti disini pikirnya kacau.
"Reina pikir baik-baik sebelum tanda tangan"
"Aku-- "
Tampak bingung tapi tangan sudah memegang pena, terdengar suara goresan di atas kertas.
"Reina..."
"Aku tidak mau berfikir terlalu lama, ini sudah bagus untukku"
Venom membaca sekilas pada tanda tangan Reina, goresan sederhana tapi terlihat kuat di permukaan.
"Kamu nyakin ingin menyerahkan hidupmu kepadaku?" tanyanya pelan tetapi tatapan matanya memperingati ulang.
Namun, Reina mengelengkan kepala berulangkali agar tekadnya bertambah kuat, "Ya, aku serahkan" jawabnya pasti setelah mengepalkan tangan dengan kuat di atas meja kerja Venom.
"Kamu--bodoh, apakah kamu tahu itu?"
"Aku tahu tapi jika aku disudutkan pada pilihan antara kembali ke penjara atau disini, aku pilih disini"
"Reina..."
"Jangan minta aku untuk berfikir lagi, please. Aku sangat berterimakasih padamu telah mengeluarkan dari sana, sejujurnya aku tidak tahu apakah bisa bertahan atau tidak"
"...."
Reina bangkit berdiri, melangkah ke arah jendela yang menghadap taman. Terlihat cantik di malam hari. Seumur hidup tidak pernah melihat dunia lain selain rumah, sekolah dan kamarnya.
Venom menghampiri, menarik perhatiannya dengan membalikan badannya menghadap arahnya.
"Kamu harus tahu, pernikahan bukan sebuah permainan. Aku buat perjanjian ekstra agar kamu tidak merasa di manfaatkan olehku"
"Aku-- "
"Kamu bebas lakukan apapun di rumah ini, aku tidak akan mengganggumu dengan tugas seorang istri. Jangan khawatir, aku tahu batas"
"Tapi, ini tidak benar walaupun aku berterima kasih. Aku seharusnya membalas kebaikan mu"
"Depan umum saja. Kita masih panjang umur untuk mengenal, jika dalam tiga bulan kita tak cocok maka kamu bebas dan utuh"
Reina memandang wajah tampan Venom, berfikir berapa banyak wanita yang bakal patah hati jika tahu telah menikah wanita bekas narapidana.
"Reina...."
Mata jernih menelan bulat perkataan Venom, keduanya berciuman tanpa ada jarak. Sengatan listrik menyiksa bagian tubuh, Venom segera menghentikan.
"Ini latihan depan umum"
"..."
Kosong dan ada perasaan aneh dalam diri Reina jadi ia memilih untuk diam. Venom melepaskan Reina dengan mengambil dokumen diatas meja.
"Kamu tidurlah. Aku akan menyimpan dulu dokumen ini"
Venom cepat keluar kamar utama menuju ruang kerjanya, langkahnya panik karena desakan kuat primitif harus diselesaikan dalam kamar mandi ruang kerja segera dengan hati mengutuk dalam hati karena membuat alasan berciuman yang konyol.
Kepergian Venom yang mendadak menyebabkan Reina mematung canggung di tempatnya. Tangan menyentuh bibirnya yang bengkak, rona merah malu sudah menjadi kebiasaan satu hari terakhir, sungguh aneh.
"Venom..."
~>
Rumah jalan C no 56,
Mobil Nou tepat berhenti depan pintu gerbang, penjaga rumah segera membukakan. Perlahan masuk dan memarkirkan di jalan masuk rumah.
"Nyonya, tuan sudah menunggu di kamarnya"
Langkah besar Nou segera masuk, sepi kesan pertamanya. Tak perlu susah payah menemukan pintu kamar yang dimaksud.
Gagang pintu didorong ke dalam, menemukan kepala pengawas berada di atas tempat tidur sambil merokok.
"Kamu mau apa! gagal mengurus wanita itu dan sekarang minta melunasi, apa kamu sudah gila bahkan kamu tidak beritahu aku!"
Teriakan Nou tidak pantas membuat kepala pengawas bergerak, "Nou, aku berada di posisi ini tidak mudah. Pengacara Xi sudah berikan kompensasi tapi aku belum bertemu tuan hakim, apakah kamu berfikir tuan hakim akan melepaskan masalah ini dengan mudah" katanya.
Nou melangkah masuk mencari botol minuman keras dari kulkas mini di atas meja. Meminum langsung dari botolnya.
"Itu masalahmu, bukan masalahku"
"Menurutmu tuan hakim akan mengusir mu jika tahu rahasia lama dan..."
"Diam! apa mau mu?"
"Tidak banyak, sama seperti dulu"
Gerakan tangan Nou terhenti, kepala pengawas memperlihatkan miliknya dengan senyum arogan.
"Berapa lama?"
"Tergantung apakah tuan hakim akan melepaskan atau tidak"
"Bantu aku cari tahu dimana wanita itu sekarang, aku tak mau ada unsur kejutan tambahan"
"Itu bisa menunggu tapi ini.... tidak bisa menunggu, Nou"
Botol dibanting ke meja, Nou segera menghampiri kepala pengawas dan menatapnya langsung tepat di matanya.
"Penuhi tugasmu"
"Aku tahu"
"Aku ada janji dengan Lea jam 19.30, aku tak mau dia curiga tentang hubungan kita" lanjut Nou.
"Tidak akan. Dia sangat sibuk sekarang ini"
Tangan kepala pengawas meraih kepala Nou untuk mendekat, perjanjian ekstra sudah dibuat demi menjaga Nou berada disisinya. Arti kata renovasi dari pengacara Venom sangatlah jelas, mana berani untuk menyinggung pemimpin keluarga Xi.
Kepala pengawas dan Nou merupakan teman lama dalam artian segalanya, selama ada keuntungan maka mereka berdua akan membaginya di setiap kegiatan di belakang layar. Namun, cinta terkadang menyelip di antara sejumlah kepentingan.
"Nou...."
Walau kepala pengawas alias Chardy adalah adik Jose tapi tak ada kata terlambat untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
~>
Ruang kerja Venom,
tok... tok...
"Tuan..." , Bartan masuk membawa sejumlah dokumen diletakan atas meja kerja.
Venom menutup laci meja kerja, baru saja selesai di kamar mandi dan hendak melanjutkan rencananya, namun lembaran foto menarik mata.
"Nou? berapa lama bersama Chardy?"
"Kurang lebih 7 tahun, tepat waktunya masih dalam penyelidikan"
Foto berisi pose Nou dan Chardy sangat luar biasa, "Tuan hakim?" tanyanya geram, meremas salah satunya dan membuang ke dalam tempat sampah.
"Tidak tahu"
"Siapkan mobil!"
Kegelapan hati Venom di ambang batas, bagaimana bisa Nou melakukan ini di belakangnya selama ini, apakah Jose mengetahui sesuatu yang tidak diketahui olehnya pikirnya.
Hati manusia tidak bisa di tebak.