webnovel

The Kings: Tales Of Devour Temptation

WARNING MATURE CONTENT 21+ (KONTEN DEWASA)!! Bagi Jupiter, Ares adalah jiwanya. Bagi Ares, Jupiter seperti napas kehidupannya. Si kembar King, Jupiter dan Ares tak pernah terpisahkan oleh apa pun. Sedari kecil, Jupiter adalah kakak sekaligus perisai pelindung bagi Ares adiknya. Ia akan mengorbankan hidupnya untuk kebahagiaan dan keselamatan Ares. Ikatan cinta persaudaraan Ares pada Jupiter yang begitu besar diuji saat Putri Alexander hadir di tengah-tengah mereka. Ares jatuh cinta pada Putri semenjak mereka masih kanak-kanak. Putri adalah cinta pertama sekaligus cinta sejatinya selamanya. Namun Putri membenci Ares. Karena perilaku nakalnya, Ares ditakuti dan dijauhi oleh Putri. Sebaliknya, Putri menyukai dan dekat dengan kembaran Ares yaitu Jupiter. Bahkan ketika mereka dewasa, Jupiter malah bertunangan dengan Putri. Lalu bagaimana nasib Ares yang harus menahan sakitnya cinta tak berbalas? Haruskah ia merebut Putri dari saudara kembar yang juga sangat ia cintai hanya karena ia tak bisa melepaskan cinta pertamanya? “Kamu adalah gairah yang gak bisa Kakak miliki. Darah Kakak memanas saat kamu mendekat ... dan berhenti gigit bibir kamu! Kakak bisa gila hanya dengan memikirkannya saja!” gumam Ares dengan suara berat yang membuat bulu kuduk Putri langsung berdiri. “Kak ...” hanya gumam lembut yang terdengar dari bibir mungil Putri yang terpaku menatap Ares. “You’re such a Goddess!” desah Ares saat mencumbu lembut bibir Putri. (Novel ini adalah salah satu sekuel dari seri The Seven Wolves, selamat membaca!!) Follow my IG: @nandastrand, FB: @NandaStrand

Andromeda_Venus · Urban
Not enough ratings
427 Chs

Fall With You Again

Jupiter memasukkan kode akses dan password ketika masuk ke dalam lift pribadi milik Ares. Sambil memapah Andrew yang mabuk berat, Jupiter memasukkan kode terakhir sebelum pintu lift tertutup.

"Kita mau kemana?" tanya Andrew dengan mata hampir terpejam dan tubuh yang hampir tak bisa menopang lagi. Jupiter tak mau menjawab dan memilih menunggu sesaat sampai lift tersebut terbuka dan mereka langsung masuk ke dalam penthouse mewah milik Ares.

"Aku tanya kita ada dimana!" hardik Andrew makin marah.

"Sudah diamlah, ayo! Kamu tidak mungkin pulang ke rumahmu bukan? Atau mereka akan membunuhmu!" Jupiter mengomel sambil menarik Andrew ke salah satu kamar tamu dan separuh melemparkannya ke sebuah ranjang. Andrew terengah dan terlentang karena mabuk berat sementara Jupiter membuang waktu untuk mengurus sahabatnya itu.

"Sudah berapa hari kamu tidak mandi, huh!" gerutu Jupiter dan Andrew malah terkekeh sendiri.

"Aku sudah lama tak mendengar gerutuanmu! Hahaha!"

"Dasar bodoh, diamlah di sini. Akan kuambilkan air minum! Jangan muntah di ranjang, kita di rumah Ares!" tunjuk Jupiter memperingati Andrew. Andrew tak sepenuhnya sadar yang ia lakukan malah menggelungkan dirinya di balik selimut.

"Ah menyebalkan, gue bisa gila lama-lama!" gerutu Jupiter keluar dari kamar itu dan berjalan ke arah dapur. Sekarang ia kebingungan. Di dapur Ares tak ada gelas sama sekali.

"Ares, dimana lu sembunyiin gelas!" sungut Jupiter mulai mencari dari membuka lemari tapi tak ada selebihnya hanya furniture bersih tanpa apa pun. Sambil bersungut, Jupiter membuka kulkas dan di dalam hanya ada bir dan susu.

"Oh Tuhan! Hidup lo ancur banget sih, Res!" Jupiter hanya bisa menyentuh kulkas itu dan pintunya tertutup lagi. Sekarang ia berkacak pinggang melihat apa saja yang bisa ia gunakan untuk menampung air. Sampai akhirnya, Jupiter melihat sebuah laci di dekat meja makan di tengah dapur.

Dengan sekali tarik, Jupiter langsung tersenyum. Ternyata beberapa gelas tersimpan di sana. Tapi senyumannya juga ikut berganti kernyit, sebuah foto disimpan Ares di laci itu. Ketika Jupiter membaliknya ternyata itu adalah foto saat Ares menggendong Putri ketika ia berusia 4 tahun.

Jupiter tertegun mengingat foto tersebut. Rasanya ia pernah bertanya pada Ibunya tentang hilangnya sebuah foto lama dari album keluarga. Itu adalah foto Ares dan Putri. Ternyata foto lama itu ada di sana.

"Untuk apa Ares nyimpan ini di sini? Bukannya foto ini hilang?" gumam Jupiter mengingat seperti apa waktu itu. Perasaan tak enak langsung menyergap hatinya. Entah apa yang sudah disembunyikan Ares darinya. Jupiter mendorong laci itu lagi dan menuangkan air ke dalam gelas. Lalu membawa foto itu bersamanya ke kamar tempat Andrew beristirahat.

"Minumlah!" Jupiter membantu Andrew untuk minum air putih agar ia tak dehidrasi. Andrew sedang mabuk berat dan dia butuh cairan.

"Apa kamu ingin muntah? Agar perutmu lebih baik?" Andrew mengangguk dan Jupiter membawanya ke kamar mandi agar ia bisa memuntahkan sisa alkohol di dalam perutnya. Setidaknya itu bisa membuatnya jadi lebih sadar.

Setelah membantu dan memapah Andrew kembali ke ranjang, Jupiter mengambil foto itu dan hendak memasukkannya ke dalam saku celana.

"Apa itu?" tanya Andrew. Jupiter memperlihatkan foto itu.

"Hanya foto!" Andrew bangun dan merebut foto itu dari tangan Jupiter lalu melihatnya. Ia terkekeh tak lama kemudian.

"Ini pasti Ares ya ... uhm, bayi ini ... oh aku tahu, itu Ares dan Putri!" ucap Andrew lalu memberikan kembali foto itu pada Jupiter. Jupiter masih memandang Andrew dengan kening mengernyit.

"Aku menemukannya di laci dapur!"

"Oh ya? Wah hahaha ... dasar bodoh!" umpat Andrew sambil membaringkan kepalanya yang pusing.

"Kenapa kamu bicara seperti itu?"

"Tidak ada."

"Apa yang kamu tahu?"

"Banyak!" Jupiter terdiam masih duduk di pinggir ranjang memandang Andrew yang kini meletakkan punggung tangannya di atas kening.

"Pit, seharusnya kamu lebih mengenal Adikmu. Dia pembohong paling lihai yang pernah aku kenal," gumam Andrew dengan mata tertutup. Jupiter jadi makin bingung. Apa maksudnya Andrew bicara seperti itu? Tapi Andrew tak bicara lagi dan makin terlelap dengan tidurnya. Tinggallah Jupiter dengan sebuah foto lama di tangannya dan pertanyaan tentang apa yang disembunyikan Ares darinya.

MADISON PARK RESTAURANT

"Siapa yang akan menikah?" sapa Jayden Lin dengan senyuman ketika masuk ke area dapur dan mendekat pada meja makan Mars dan Ares. Ares langsung diam dan matanya menangkap Putri yang ikut melihatnya tapi ia sedikit membuang pandangannya ke arah lain. Putri tampak memegang lengan Jayden tanda mereka datang bersama.

"Jay? Hey!" Mars bangun dan memeluk sahabatnya itu begitu pula dengan Jayden.

"Hai Om," sapa Ares setelahnya dan tersenyum. Mars ikut menyapa dan memeluk Putri yang akan menjadi calon menantunya kelak.

"Apa kami boleh bergabung?"

"Tentu saja!" jawab Mars cepat. Dua kursi lantas disiapkan lagi masing-masing Jayden di sisi Mars dan Putri di sisi Ares. Ares mendehem pelan dan sedikit menggeser kursinya agar bisa sedikit lebih jauh tapi tak bisa karena Jayden bisa menyadarinya.

"Aku dengar ada yang akan menikah," tanya Jayden lagi dan menatap Ares. Ares makin salah tingkah dan langkahnya diselamatkan oleh Mars.

"Tidak ada yang menikah, aku bicara soal bisnis pada Ares," jawab Mars dan Jayden pun memberikan anggukannya. Hidangan untuk Putri dan Jayden tiba beberapa saat kemudian dihidangkan langsung oleh Brema.

"Senang bisa melihat keluarga berkumpul lagi!" ucap Brema tersenyum. Ia bahkan sedikit mengucek rambut Putri yang merupakan saudari termuda.

"Makan yang banyak!"

"Makasih Kak!" ucap Putri tersenyum lebar. Ares melirik pada wajah itu ketika ia tersenyum cantik dan itu membuat ia ikut tersenyum. Putri lalu melirik pada Ares dan dengan cepat mata Ares menunduk. Mars dan Jayden akhirnya sibuk bicara satu sama lain meninggalkan Ares dan Putri tidak saling bicara satu sama lain.

"Kenapa kalian saling mendiamkan? Aneh ya, aku tidak pernah melihat kalian bicara satu sama lain sama sekali!" tegur Mars pada Ares dan Putri. Ares hanya terus memotong makanannya dan tak menjawab begitu pula dengan Putri.

"Bukannya kalian akan menjadi Ipar? Tidak baik bermusuhan," sambung Jayden memandang Ares lebih tajam. Ares menaikkan pandangan mendengar kalimat Jayden lalu bola mata Jayden mengarah pada bola coklat yang baru disajikan sebagai pencuci mulut. Jayden tengah memberi kode pada Ares untuk menawarkan itu pada Putri.

Ares pun melirik pada Putri dan memberanikan diri untuk bicara pada akhirnya. Mars dan Jayden pun kembali mengobrol.

"Cobain," gumam Ares dengan lembut dan menggeser pencuci mulut itu ke dekat Putri. Putri tertegun melihat Ares yang kemudian meminta pelayan untuk mengangkat piring agar Putri bisa menikmati pencuci mulutnya. Ares lebih memilih cheesecake dan memberikan coklat dengan stiknya untuk Putri.

Putri tak bicara selain mencicipi lelehan coklat dalam cake yang lembut berlapis ice cream dan stik coklat kesukaannya. Putri tersenyum usai mencicipinya sampai ia melirik pada Ares yang menunduk sambil ikut makan desert nya perlahan. Putri lalu mengambil salah satu stik dan menusukkannya pada cheesecake milik Ares.

Ares menoleh dan membulatkan matanya. Tapi Putri malah tersenyum padanya.

"Kak Brema bilang keju juga enak dimakan dengan stik coklat," gumam Putri dengan suara kecilnya. Ares ikut tersenyum lalu menuruti yang dikatakan Putri. Ia melapisi ujung stik dengan toping keju dan mencicipi lalu mengangguk.

"Kamu benar," balas Ares ikut bergumam. Putri makin menaikkan senyumannya. Ares lalu mengambil satu stik lagi dari hidangan Putri dan melapisi dengan keju di hidangannya lalu memberikannya pada Putri.

"Cobain. Kamu pasti suka," ucap Ares memberikan stik tersebut pada Putri. Putri yang sedikit tertegun lantas mengambil stik tersebut lalu ikut mencicipinya. Ares langsung tersenyum manis. Ujung mata Jayden akhirnya menangkap senyuman manis Ares pada Putri. Senyuman yang sama yang pernah ia lihat saat dahulu Ares memberikan stik coklat miliknya untuk Putri.