webnovel

The Kingdom of NETERLIANDIS

NETERLIANDIS sebuah kerajaan yang melibatkan bentuk mata dan fantalis sihir dalam penentuan kasta dari takdir seseorang. Hingga pada suatu ketika, lahirlah seorang bayi yang akan merangkai takdirnya sendiri. Seorang bayi pemilik fantalis berbeda yang akan mencoba menciptakan perubahan di kerajaan Neterliandis. Percintaan, pemberontak, penghianatan serta ribuan rahasia akan terungkap dalam perjalanannya membentuk keadilan. Akankah keadilan benar-benar tercipta di tangan seorang bayi yang akan menjadi dewasa nantinya? Atau malah kehancuran yang akan di dapat oleh kerajaan Neterliandis. Note: Cerita ini belum direvisi, bisakah kalian membantu saya untuk mencari paragraf yang mana typo dan sebagainya dalam cerita ini? jika iya kalian hanya perlu memberi komentar pada paragraf yang sebaiknya perlu saya revisi. 07 Oktober 2021

Aksara_Gelap · Fantasy
Not enough ratings
40 Chs

Sahabat Terbaik

Ruangan pribadi Raja Indra masih menyala lampunya. Di sana tengah ada perbincangan yang cukup serius antara Raja Indra dan Orang kepercayaannya, Gandara. Mereka masih membahas dan mencari tahu tentang cara melepaskan bara kristal merah di tangan kiri Pangeran Dinata secara aman tanpa resiko besar.

Gandara tampak membolak-balik buku sihir kuno miliknya dengan teliti, mencari jawaban atas pertanyaan yang begitu sulit ini. Ia sesekali mengucek matanya karena terlalu penat membaca.

Sedangkan Raja Indra tengah sibuk memeriksa beberapa berkas tentang karakteristik gunung berapi Negalitipus yang besarnya mengelilingi hampir seperempat dari wilayah kerajaan Neterliandis. Tercatat pernah terjadi ledakan besat sekitar 4 abad lalu yang membumi hanguskan pusat kerajaan Neterliandis.

Perekonomian di kerajaan Neterliandis saat terpuruk saat itu, korbannya mencapai ribuan orang. Hektaran lahan tani dari rakyat gagal, puluhan ribu ekor sapi mati sia-sia. Butuh waktu sampai 90 tahun untuk kerajaan kembali berjaya lagi setelah letusan gunung berapi Negalitipus.

"Sepertinya tidak ada cara yang bisa kita lakukan, selain mencoba melepaskan bara kristal merah dengan menariknya menggunakan fantalis sihir api dari anda sendiri, Raja Indra" ucap Gandara sambil meregangkan otot lehernya.

"Sepertinya begitu, Gandara. Saya benar-benar tak siap bila resiko terburuk itu terjadi, tapi demi ribuan nyawa sepertinya saya harus ikhlas. Selebih itu Dinata sendiri sudah siap untuk melakukannya dan menerima segala resiko."

"Kalau begitu kapan kita melakukan ritual pencabutan bara kristal merah itu, Raja Indra?"

"Setelah seleksi tahap dua pemilihan putra mahkota dilaksanakan. Saya masih ingin melihat tatapan takjub dari semua orang di arena pada putra saya, Dinata. Apakah bisa dilakukan, Gandara?"

"Tentu Raja Indra, selagi gunung berapi itu belum menunjukkan aktivitas lavanya kita masih bisa menunda, tapi saya harap jangan terlalu lama."

"Iya, Gandara. 5 hari lagi seleksi tahap dua dilaksanakan, malamnya semua akan kita mulai dan selesaikan."

"Siap, Raja Indra. Oh iya bagaimana hasil pemilihan putra mahkota tahap pertama kemarin, saya tidak sempat untuk melihatnya."

Raja Indra menutup berkas-berkasnya yang ada di meja dan kemudian meregangkan otot-otot tubuhnya di sebuah kursi yang terlihat nyaman.

"Hasilnya hampir sama dengan perkiraan kita, Gandara. Antoni dan Ryan menduduki posisi pertama dengan poin sama, sekarang bagaimana menurut kamu untuk hasil seleksi tahap dua nanti?"

"Saya tidak dapat memastikan hasilnya Raja Indra, Pangeran Ryan memiliki kemampuan yang sangat baik dalam segihal kekuatan tapi tidak kecerdasan. Sedangkan Pangeran Antoni memiliki kekuatan dan kecerdasan tetapi tidak punya pendirian yang pasti, hal ini bisa membuat keputusan yang ia ambil dipengaruhi oleh orang yang memiliki kepentingan lain."

"Kau benar, Gandara. menurut saya juga Antoni calon yang paling kuat dalam seleksi pemilihan putra mahkota ini. Tapi bila memang ia terpilih nanti kita harus berusaha menjauhkannya dari Perdana Menteri Suliam, Antoni itu cerdas, tapi mudah terpancing dan dipengaruhi. Apalagi ayahnya sangatlah licik dan mementingkan diri sendiri, dia perlu kita waspadai dalam hal ini."

"Iya, tapi saya yakin Pangeran Dinata yang akan menjadi putra mahkota dalam seleksi ini. Saya tahu persis dia memiliki kecerdasan intelektual yang luas biasa karena saya adalah gurunya saat pendidikan dulu, apalagi gurunya sangat cerdas seperti saya," ucap Gandara menatap wajah Raja Indra dan menahan tawanya.

"Yah.... Kau memang sangat cerdas Gandara, tapi kau akan menjadi bodoh bila didekat wanita bukan."

"Hey, jangan membicarakan itu. Saya hanya mendadak bisu saat melihat wanita cantik."

Hahah.....

Tawa mendadak pecah karena Raja Tak mampu menahan tawa atas ucapan yang ia dengar tadi. Raja Indra dan Gandara memanglah sangat santai saat berbicara, tak ada batas antara atasan ada bawahan bagi mereka. Raja Indra dan Gandara adalah teman sejak kecil, Gandara ditugaskan Raja terdahulu menjadi pengawal pribadi sekaligus sahabat bermain untuk putranya, Indra. Hal itulah yang membuat hubungan mereka seperti saudara sendiri sekarang.

"Yasudah, kini malam sudah sangat larut. Saya pamit pulang dulu Raja Indra."

pembicaraan malam ini pun akhirnya dapat berakhir dengan suasana bahagia, walaupun hanya dapat dirasakan sementara.