webnovel

The King Ghost Wife

Gia gadis berusia 27 tahun yang berkerja sebagai agen rahasia tiba-tiba mengalami kecelakan mobil ketika melakukan misinya. Namun, ketika ia membuka matanya dia terbangun ditubuh Putri Jialin yang tidak memiliki kekuatan, dia dibenci saudara tertuanya dan Kaisar mengasingkannya, hanya saudara kembarnya dan pelayannya yang selalu disampingnya. Gia mulai hidupnya yang baru dengan membuat benda-benda yang membuat takjub semua orang, namun sangat umun didunianya dulu. Semua orang kagum dan mencoba mendapatkan benda-benda ajaib dari Putri Jialin. Namun, yang masih membuat Gia bingung adalah kenapa tubuh Putri Jialin bisa dia gunakan sesuka hatinya seakan tubuhnya sendiri didunianya dulu? *** "Kamu harus bertanggung jawab telah mencuri bungaku" Seorang pria duduk bermalas malas sambil menatap Gia. "Siapa yang mencuri bungamu?!?!?" *** "Berhenti mengikutiku pria sinting!" "Aku tidak bisa, aku telah kencanduan tubuhmu karena kamu mencuri bungaku" *** "Istriku kamu jangan jauh-jauh dari suamimu, kamu harus sering-sering menemaniku untuk menghangatkan ranjang kita" "AKU BUKAN ISTRIMU!!!" *** "Istri jangan mendekati pria lain! Kamu hanyalah milikku!" 'Seseorang tolong singkirkan pria tak tahu malu ini! Aku menyesal telah mencuri bunganya' *** *pencuri bunga = pemerkosa *mencuri bunga = mengambil keperawanan/keperjakaan

Destiyana_Cindy · Fantasy
Not enough ratings
96 Chs

Chapter 4 - Pelajaran Untuk Pelayan

Gia telah memerintahkan Junzhi mengambil kertas dan tinta sebanyak mungkin beserta kuas untuk menggambar berbagai desain benda modern yang bisa diaplikasikan di dunia ini. Gia duduk termenung sambil berpikir benda apa saja yang bisa dia buat, matanya berkeliling melihat sekitar untuk mendapatkan petunjuk.

Cermin!

Matanya berbinar memandang cermin yang dibawa Junzhi semalam, cermin itu terbuat dari kuningan dan tidak memantulkan bayangan dengan jelas. Dia tiba-tiba teringat cermin modern yang terbuat dari pasir silika yang dilelehkan dalam suhu tinggi dan dicampur dengan bahan lainnya agar merubah kaca menjadi cermin.

Dia dengan semangat mengambil kuas dan mulai menggambar desainnya dengan pelan, menggunakan kuas yang panjang agak menyulitkannya menggambar dia sangat terbiasa dengan pensil kecil. Dia menghabiskan beberapa menit untuk menyelesaikan desainnya, padahal dia biasanya dapat menggambar dengan cepat menggunakan pesil.

"Aku harus melatih tanganku." Dia memandang kuasnya. "Tulisanku bahkan jelek sekali." Gia menghela nafas melihat hasil tulisannya yang buruk ketika menggunakan kuas.

Gia menghabiskan beberapa jam didalam kamar membuat berbagai desain benda modern sekaligus melatih tangannya agar ahli menggunakan kuas agar menghasilkan gambar dan tulisan secantik ia menggunakan pena maupun pensil didunia modern.

Kegiatan Gia sedikit terhenti ketika mendengar suara berisik yang berasal dari luar, ia menengokkan kepalanya ke luar jendela dan melihat para pelayang berlalu lalang sambil membawa berbagai benda.

Gia mengerutkan dahinya melihat mereka. "Junzhi masuklah!" Gia segera memanggil Junzhi.

Junzhi segera masuk setelah mendengar panggilan Putri Jialin. "Ada apa Tuan Putri?"

"Ada apa diluar, kenapa berisik sekali? Mengapa para pelayan berjalan cepat seolah dikejar sesuatu sambil membawa barang?" Gia memiringkan kepalanya heran.

Gia meletakan telapak tangannya didahi. "Mereka membuatku terganggu." Keluhnya.

"Putri, di istana sedang menyiapkan acara ulang tahun Kaisar untuk nanti malam. Oleh karena itu semua orang sibuk." Junzhi coba mengingatkan Putri Jialin akan ulang tahun Kaisar.

"Oh." Dengan singkat Gia membalas dan mengalihkan perhatiannya kembali pada desain yang ia kerjakan.

Junzhi sedikit terkejut melihat respons Sang Putri. "Tuan Putri apa anda tidak menyiapkan hadiah ulang tahun untuk Kaisar?" Dengan pelan Junzhi bertanya pada Putri Gia.

"Dan apakah hadiahku dulu diterima Kaisar?" Gia sudah menebak bahwa percuma saja ia memberikan hadiah pada orang itu jika akhirnya tidak diterima dan malah dibuang.

"Bu... bukan maksud nubi begitu Tuan Putri." Junzhi dengan gugup mencoba menjelaskan pada Putri Jialin.

(Nubi = Cara pelayan wanita memanggil dirinya sendiri a.k.a aku)

Gia mengibaskan tangannya pelan. "Sudahlah Junzhi lupakan saja! Sekarang aku bukan Jialin yang dulu lagi jadi lupakanlah hal-hal bodoh itu!" Gia mulai tidak mood dalam menggambar desain dan mulai merapikan peralatan menggambarnya, dia menatap Junzhi yang mulai gugup.

"Ta... tapi Tuan Putri anda selalu menunggu saat-saat ulang tahun Kaisar." Suara Junzhi mulai mengecil setiap kata yang dikatakannya.

Gia menghentikan kegiatannya dan mencengkram kedua bahu Junzhi. "Junzhi dengar! Apapun hal bodoh yang dulu pernahku lakukan dulu lupakan saja. Sekarang aku hanya ingin hidup dengan menatap masa depan, jadi janganlah berpaku pada masa lalu." Gia mencoba menjelaskan pada pelayan setianya bahwa ia tidak memperlukan kasih sayang dari Kaisar, Gia sudah terbiasa sendiri hingga membuat hatinya membeku akan kasih sayang.

Junzhi dengan lemah mengangguk. "Baik Tuan Putri."

o0o

Malam pun telah tiba, semua orang bergegas memasuki taman bunga kekaisaran, tempat acara ulang tahun Kaisar berlangsung. Mereka mengenakan pakaian terbaik dalam acara tersebut sambil membawa hadiah-hadiah berharga bernilai ratusan koin emas.

Beberapa penjabat istana mulai membentuk kelompok masing-masing sambil membicarakan suatu hal, tak ketinggalan istri resmi mereka juga ikut hadir dalam acara ini dan salling berkumpul dengan istri-istri penjabat lain sambil membicarakan gosip terbaru. Putra dan putri mereka juga ikut untuk memeriahkan acara tersebut.

Ada sebuah tradisi lama dalam Kekaisaran Xue Ying mengenai sebuah acara atau perjamuan, setiap acara mewajibkan tuan rumah untuk menyediakan panggung pertunjukan bagi generasi muda untuk menunjukan bakat mereka dan saling bertukar petunjuk guna memperlihatkan potensi diri. Tradisi ini sudah lama terjadi dan diteruskan sampai sekarang, tanpa panggung pertunjukan sebuah acara hanyalah omong kosong.

Suara musik terdengar menghibur para tamu undangan yang tengah menunggu kehadiran Kaisar untuk memulai acara tersebut, para penari dengan gemulai menggerakkan tubuhnya mengiringi musik yang mengalun lembut, beberapa orang terkadang melirik para penari yang menghibur.

Dikediaman Kaisar, sekarang beliau tengah mengganti pakaian dibantu para pelayannya. Jubah emas yang megah ia kenakan dengan ornamen naga yang menyimbolkan seorang Kaisar dan tak lupa mahkota kekaisaran yang telah diturunkan turun temurun ia kenakan menambah wibawanya sebagai Kaisar.

Seorang kasim datang ingin melapor. "Yang Mulia Kaisar, semua tamu undangan telah tiba di taman bunga kekaisaran, diperkenakan anda untuk datang." Acara sudah siap dan diharapkan Kaisar segera hadir untuk membuka acara tersebut.

Kaisar mengangguk dan bertanya. "Apakah Jialin sudah datang?" Tiba-tiba ia teringat dengan anak yang dia abaikan selama ini.

"Lapor Yang Mulia, nucai tidak melihat kehadiran putri ditaman bunga kekaisaran."

(Nucai = Cara pelayan pria memanggil dirinya a.k.a aku)

Kaisar membalikkan tubuhnya. "Apa Jialin tidak datang?" Tidak biasanya anak itu melewatkan acara ulang tahun Kaisar, tahun-tahun lalu dia pasti datang paling awal.

Kasim menangkupkan tangannya dan menjawab. "Benar Yang Mulia."

"Panggil Putri Jialin untuk segera hadir di acara ulang tahunku." Perintah Kaisar.

"Baik Yang Mulia Kaisar." Kasim itu segera meninggalkan kediaman Kaisara dan berjalan menuju Paviliun Teratai Hitam tempat Sang Putri berada.

o0o

"Tuan Putri, Kasim Cao diluar ingin menemui anda." Junzhi seger melaporkan kedatangan Kasim Cao pada Putri Jialin.

"Siapa Kasim Cao?"

"Kasim Cao adalah kasim dari kediaman Kaisar." Jelas Junzhi.

Gia menaikan salah satu alisnya."Untuk apa dia mengirim kasimnya?"

"Junzhi cepat panggilkan Kasim Cao!"

"Baik Tuan Putri." Junzhi segera keluar memanggil Kasim Cao dan membawanya di ruang belajar tempat Putri Jialin berada.

Kasim Cao sedikit membungkuk dan menangkupkan tangannya. "Salam kepada Putri Jialin, nucai kesini atas perintah Kaisar bahwa anda harus hadir dalam acara ulang tahun Kaisar." Kasim Cao mengatakan perintah Kaisar.

"Dan kenapa aku harus kesana? Membosankan saja." Dengan malas Gia menyenderkan tubuhnya di kursi dan mengabaikan Kasim Cao.

"Putri anda harus hadir di pesta Kaisar sekarang!" Dengan berani Kasim Cao memerintah Putri Jialin seolah melupakan bahwa ia hanyalah seorang pelayan dan Sang Putri adalah tuannya juga.

Gia yang mendengar Kasim Cao memerintahnya segera menatapnya dingin yang membuat Kasim Cao tersentak kaget, ia melihat mata dingin yang sangat menyeramkan, ia sedikit gemetar ketakutan ketika melihat mata itu yang mirip ketika Kaisar marah.

Gia bangkit dari tempat duduknya. "Pelayan rendahan sepertimu berani sekali memerintah seorang Putri Kekaisaran Xue Ying, kau hanyalah pelayan yang harus menghormatiku sebagai tuan karena aku adalah seorang Putri. Junzhi cepat ambilkan cambuk!" Gia sangat marah atas perlakuan Kasim Cao yang memandang rendah Putri Jialin, kehidupan Putri Jialin sangat menyedihkan bahkan para pelayan berani memandang rendah dirinya.

"Baik Tuan Putri." Junzhi tersentak kaget mendapati Putri Jialin yang sangat marah dan dengan berani melawan Kasim Cao, walaupun terdengar normal namun Putri Jialin tidak berani melawan dan marah hingga menghukum para pelayan yang dulu pernah menindasnya.

Junzhi datang dengan membawa cambuk.

"Junzhi cepat cambuk kasim ini hingga dia mengetahui tempatnya berada!" Masih dengan pandangan dingin Gia melihat Kasim Cao yang sekarang tengah berlutut memohon maaf.

"Baik Tuan Putri."

Ctarrr~~~~

"Ampun Tuan Putri nucai tidak berani tolong maafkan nucai." Kasim Cao belutut memohon maaf pada Putri Jialin. Dia sangat menyesal tidak mendengarkan perkataan orang-orang bahwa seharusnya ia tidak bisa memprovokasi Putri Jialin yang sekarang. Sebab Sang Putri sangat berbeda

dengan yang dulu.

Ctarrr~~~ Ctarrr~~~ Ctarrrr~~~

Suara cambuk terdengar keras hingga mengagetkan pelayan Paviliun Teratai Hitam yang diluar, mereka mencoba mengintip dan melihat Kasim Cao yang dicambuk Junzhi atas perintah Putri Jialin.

Semua pelayan gemetar ketakutan melihat amarah Putri Jialin, ini pertama kalinya mereka melihat Putri Jialin yang menakutkan!

"Tu... tuan.... Putri nu... nucai mohon maaf atas ke...kelancangan nucai tolong ber..berhenti Tuan Putri." Kasim Cao mulai merintih kesakitan karena cambuk yang melukai tubuhnya.

"Junzhi hentikan!" Junzhi segera menghentikan cambukkannya. Gia melihat Kasim Cao yang berlutut menahan rasa sakit dari cambukkan itu, Gia puas memberikan hukuman untuknya dan sebagai pelajaran untuk semua pelayan di Paviliun Teratai Hitam bahwa dia bukan orang yang bisa di provokasi lagi.

Gia mengangkat dagunya dengan bangga. "Katakan pada Kaisar aku akan datang bila dia mencabut hukumannya!" Gia segera memerintah Kasim Cao untuk menyampaikan pesannya pada Kaisar.

"Ba..baik Tuan... Putri..." Dengan menahan rasa sakit Kasim Cao mulai meninggalkan Paviliun Teratai Hitam.

o0o

Dengan menahan rasa sakit Kasim Cao berjalan menuju kediaman Kaisar dan memasuki ruang belajarnya, dengan lemah ia berlutut dihadapan Kaisar.

Kaisar menaikkan alisnya melihat penampilannya. "Ada apa Kasim Cao? Kenapa pakaianmu berantakan?" Kaisar bingung dengan pakaian Kasim Cao yang lusuh seperti habis dipukuli.

"Ya... Yang Mulia Putri Jialin sangat keterlaluan pada nucai. Beliau mencambuk nucai ketika nucai menyampaikan perintah anda dan Putri Jialin tidak ingin datang bila Yang Mulia tidak mencabut hukuman anda" Kasim Cao melaporkan kejadian tadi pada Kaisar. Dengan mudah ia membalikan hitam dan putih dan menyalahkan semuanya pada Putri Jialin, dia seakan lupa tentang pelajaran yang diberikan Putri Jialin.

(Hitam dan Putih = Kebohongan dan Kebenaran)

"Dan kenapa dia mencambukmu? Jialin yang sekarang tidak akan menghukum orang tanpa alasan yang jelas." Kaisar memandang curiga pada Kasim Cao, kemudian dia ingat bahwa Jialin pernah disiksa oleh para pelayannya, jadi apakah Kasim Cao memprovokasinya dulu?

"Nu.. nucai..." Kasim Cao yang terlalu gugup tidak pernah mengira bahwa Kaisar mulai memperhatikan Putri Jialin, dulu Kaisar mengabaikan semua penderitaan Jialin dan membuat para pelayan semakin bebas memperlakukannya.

"Prajurit!!! Bawa Kasim Cao dipenjara dan hukum mati dia karena berani menghina Putri Jialin" Sekarang Kaisar semakin yakin setelah melihat Kasim Cao yang gugup, ia tidak menyangka bahwa kasim itu berani menghina putrinya.

Kasim Cao sangat panik mendengarnya. "Tolong yang mulia nucai tidak bermaksud begitu, tolong jangan hukum mati saya." Suara Kasim Cao semakin terdengar panik ketika para prajurit membawanya ke penjara.

"Kasim Yun katakan pada Jialin bahwa aku mencabut hukumannya bila ia hadir diacara ulang tahunku." Kaisar memerintahkan Kasim yang berada disamping untuk menyampaikan perintahnnya pada Jialin.

"Baik Yang Mulia."

-TBC-