webnovel

TIRED OF THINKIN' (OF YOU)

29th January Tuesday, 12.05 P.M. Jennifer’s House, London, UK.

“Kenapa kau baru mengatakannya padaku sekarang, jennifer?” tanya Robert yang masih merasa kesal karena jennifer baru menceritakan masalah pesan sampah itu padanya.

“Aku –aku tidak berpikir panjang saat itu, robert. Aku bahkan tidak memikirkannya terlalu jauh. Tapi, semakin hari, pesan itu terus datang.” Keluh jennifer.

Robert menghela napasnya lalu memeluk jennifer dari samping. “Harusnya kau membeirtahuku, sayang. bagaimana jika orang itu benar-benar menemukanmu dan malah menyakitimu, hm? Apa ruby tahu?” tanya robert kemudian.

Jennifer menggelengkan kepalanya di bahu robert.

“Lain kali, jika ada sesuatu, jangan anggap hal itu sepele, jennifer. Katakan padaku jika ada sesuatu yang mengganggumu. Kau bisa mengandalkanku sekatang. Aku temanmu, aku kekasihmu. Paham?”

Jennifer menganggukkan kepalanya walau terasa ragu, namun ia juga membalas pelukan robert pelan hingga robert tersenyum melihatnya.

*****

12.26 P.M. Arthur’s Private Jet.

Bahkan saat arthur sudah mengudara, ia masih merasa khawatir telah meninggalkan jennifer. Dia benar-benar tidak meninggalkannya, walaupun sebenarnya para pengawalnya menjaga jennifer dari kejauhan. Tapi, tetap saja ia tidak bisa tenang, entah kenapa. Apalagi, memikirkan jennifer yang menghabiskan wkatu berdua bersama robert di rumah jennifer, semakin membuat hati dan kepala arthur tidak bisa beristirahat saat ini. tidak mungkin ia menghubungi dan meminta orang tua jennifer untuk menemani jennifer saat ini. apa alasan yang akan ia buat.

Alhasil, arthur hanya menghubungi pengawal yang tengah memantau rumah jennifer.

“Bagaimana?” tanya Arthur begitu si pengawal menjawab panggilannya.

“Nona jennifer bersama robert hanya menghabiskan waktu di rumah Nona jennifer. Tapi, sepertinya saat ini mereka berencana pergi ke luar.” Jelas sang pengawal.

“Terus awasi saja mereka. Jangan sampai kelewatan.”

“Baik, Tuan.”

Setelah Arthur mengakhir panggilannya, ia mencoba merilekskan tubuhnya. hati dan pikriannya butuh istirahat. Setelah ini, dia akan bertemu dengan sahabat-sahabatnya. Dia tidak ingin mengacaukan segalanya hanya karena perasaannya sendiri.

13.45 PM. Paris Airport-Charles De Gaulle, Paris, France.

Begitu arthur keluar dari pesawat jetnya, dennis dan Felix sudah menunggunya di bawah. Kedua temannya itu segera menghampiri arthur dan memberi sapaan ala para pria.

“Damn, rasanya sudah setahun tidak melihatmu.” Gurau Dennis seraya merangkul pundak Arthur.

Arthur mendengus. “Kau berlebihan. Akui saja kau tidak bisa mengganggu orang lain karena tidak ada aku.” kekeh Arthur.

Ketiganya memasuki mobil range rover felix yang ia kemudikan sendiri. Beberapa pengawal yang membawa barang-barang arthur mengikuti mobil felix dengan mobil sedan hitam. Arthur duduk di belakang sementara dennis duduk di samping felix yang mengemudi.

“Kau meninggalkan Roxanne dengan Edric, felix?” tanya arthur kemudian.

Felix mendengus. “Tentu tidak. Ada evelyne di sana.” Jawabnya.

“Oh. Ah, sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan evelyne. Bukankah begitu, dennis?” arthur tersenyum miring menunggu dennis meresponnya.

Dennis sendiri berdecih mendengarnya. “Apa? aku malah berharap tidak bertemu dengannya di hari spesialku. Tapi, dia malah datang bersama edric. Menyebalkan. Lihat saja kelakuannya ynag bar-bar. sangat tidak mencerminkan wanita yang anggun.” Gerutu dennis yang semakin menggebu.

Felix dan arthur tertawa.

“Jangan begitu. Kau berteman baik dengannya. Kau bahkan bisa mendeskripsikan bagaimana evelyne dengan begitu lancar. Lagipula, dia sudah tumbuh menjadi wanita dewasa dan cantik.” Sahut felix.

Arthur semakin tertarik untuk menjawab. “Benarkah? Wah, aku jaid semakin penasaran bagaima evelyne sekarang. Dulu dia sangat pendek. Sudah setinggi apa dia sekarang, ya.” kekeh Arthur. sementara dennis mendengus tidak terima felix dan arthur terus memuji dan membela wanita bar-bar itu.

“Dia kan seorang model. Bisa saja dia melakukan operasi pada tubuhnya. sudahlah jangan bahas dia. Kalian berencana menghancurkan moodku?” kesal Dennis.

Arthur tertawa seraya menggelengkan kepalanya karena masih tidak mengira dennis masih membenci wanita yang sudah mereka kenal semenjak highchool itu. bahkan dennis tidak pernah berpikir yang baik tentangnya. Arthur jadi semakin kasian pada evelyne.

“Omong-omong, kau tidak mengajak jennifer bersamamu?” tanya Felix, melirik arthur dari kaca spionnya.

“Tidak bisa.” Jawab Arthur singkat.

“Apa kalian sedang bertengkar?” kini, dennis bertanya.

“Astaga. kami berteman, untuk apa bertengkar? Dia sedang bersama kekasihnya saat ini.” akhirnya, mau tidak mau arthur harus mengungkapkan alasan detailnya.

“Aku heran kenapa kau terus menyebutnya dengan teman, teman, dan teman. Dan sekarang dia berakhir dengan orang lain. Kau tidak cemburu?” tanya dennis asal.

“Ada apa denganmu? Jangan bilang kau sedang menjodohkanku dengannya.” Tebak arthur.

Felix berdeham. “Well, semua itu berawal dari pertemanan, bukan?”

Dennis merubah posisi duduknya menyamping secara spontan. “AHA! SEE? Akhirnya, pukulan telak oleh seorang pria yang sudah menikah!” seru dennis bangga. Jika felix tidak sedang menyetir, mungkin dennis akan memeluknya saat itu juga.

Arthur memutar kedua matanya dengan jengah. “Diamlah. Aku sudah cukup lelah hari ini.” ucap arthur pelan. Felix bisa melihatnya dari kaca spionnya, dan terdiam.

Rasanya Arthur tidak ingin membahas apapun tentang apa yang sedang terjadi. Walaupun itu hanya gurauan sekalipun. Dia lelah. Benar-benar lelah.

15.10 P.M. Dennis’ Mansion, France.

Roxanne menyambut kedatangan suaminya di depan rumah Dennis. Roxanne mengernyitkan keningnya saat melihat arthur.

“Oh? Kau tidak mengajak jennifer bersamamu? Kukira kau akan –”

Felix memberi sinyal pada Roxanne untuk tidak melanjutkan ucapannya dan berhasil. Arthur sendiri menghela napasnya pelan walaupun ia terlihat tersenyum. Senyum lelah.

“Sepertinya kalian terlalu dekat. Kalian semua terus menanyakannya.” Ucap Arthur yang kemudian langsung masuk ke rumah dan bertemu dengan evelyne. Roxanne yang melihatnya hanya kebingungan, namun felix segera memberi tahu istrinya apa yang ia pikirkan semenjak menjemput arthur siang tadi.

Arthur memberi evelyne sapaan dan pelukan setelah sekian lama tidak bertemu. “Hei, sudah lama tidak bertemu. Wah, kau sudah tinggi.” Gurau Arthur.

“Ish, kau kira aku tidak akan tumbuh tinggi.” Evelyne mengerucutkan bibirnya kesal.

Arthur tertawa. “aku hanya tidak mengira kau setinggi ini. kau juga cantik.” Puji Arthur seraya merangkul bahu evelyne dan berjalan menuju ruang tengah.

“Wow, apa ini? tumben sekali kau memujiku.” Kekeh Evelyne.

“anggap saja itu perwakilanku dari dennis yang sering mencelamu.” Bisik arthur di depan telinga evelyne.

“tidak mau! Aku tidak memintamu mewakilkannya.” Balas evelyne. “hei, kau pasti sudah punya kekasih, kan?” goda evelyne. Kini, mereka duduk bersebelahan di sebuah sofa panjang.

“Bukan kekasih, tapi teman.” Sela felix saat dirinya ikut duduk di sofa yang berseberangan bersama dengan Roxanne.

Arthur berdecih. “Jangan mulai, Jullian.” Peringatnya.

“Aku tidak akan percaya. Siapa yang ingin berteman denganmu dan bertahan dengan sikap menyebalkanmu itu?” sindir Evelyne.

“Namanya Jennifer, Eve. Oh, dia seorang model. Kau pasti tahu dia. Dia cukup terkenal saat ini.” sela felix, lagi.

Evelyne menoleh pada felix kembali. Kemudian, ia tampak berpikir mengingat beberapa wajah yang mungkin ia ketahui. “Hmm, jennifer, ya. ada banyak nama jennifer. Siapa nama panjangnya?” tanyanya kemudian.

Felix hendak menjawab jika saja dennis tidak menyelanya.

“Kenapa kau sangat ingin tahu?”

Evelyne menoleh pada dennis dengan kesal. “Kenapa kau ikut campur?” balasnya.

“Arthur sahabatku. Kau tidak lihat dia sedang lelah sekarang? Aku tidak ingin pestaku akan kacau hanya karena tidak ada arthur di sana.”

Evelyne semakin kesal dengan sikap dennis. Akhirnya, arthur mencoba untuk melerai mereka berdua.

“Sudahlah. Kenapa kalian jadi ribut begini. Aku ingin istirahat dulu.” Ucap arthur.

“Aku sudah menyiapkan kamarmu seperti biasanya.” Balas dennis yang kemudian meminta pelayan untuk membantu arthur membawa barang bawaannya menuju kamar yang sudah disiapkan.

Roxanne yang sedari tadi terdiam, menoleh pada felix. “Aku yakin ada yang mengganggu pikirannya saat ini.” ucapnya.

Felix berusaha menenangkan Roxanne yang tampak khawatir dengan arthur. “Sudahlah, sayang. mungkin dia hanya banyak pikiran. Biaarkan dia istirahat dulu. Aku yakin setelah itu dia baik-baik saja.”

Memasuki kamarnya, arthur segera membuka pakaian atasnya dan membiarkannya dadanya terpampang dengan jelas. Bahkan ia tidak menunggu pelayan wanita untuk keluar terlebih dahulu. Ia merebahkan dirinya pada ranjang dan mengatur napasnya perlahan.

Ia akan mencoba untuk mnegistirahatkan pikirannya. Ini hanya masalah sepele, tapi otaknya tidak ingin berhenti memikirkannya.