webnovel

PRIDE, PRESTIGE, POWER

15th January Tuesday Morning, 7.05. A.M – Jennifer’s House, London, UK.

Jennifer sedang duduk santai di sofa putihnya sembari memainkan ponselnya. Ia membuka aplikasi pesan dan menemukan beberapa pesan dari semalam yang belum ia baca.

Britt:Hey, wanita sibuk. Kau kosong besok?

Jennifer tersenyum membaca pesan Brittany. kemudian, jemarinya bergerak mengetikkan jawbaan untuk Brittany.

Ada jadwal syuting iklan dan pemotretan di tempat biasa. Malam?

Sembari menunggu jawaban, ia membuka pesan lainnya. Dari robert.

Robert (HS friend): aku sudah merindukan temanku.

Jennifer meringis membaca pesan Robert. Seketika ia terbayang-bayang akan ucapan Arthur kemarin. Ia menghela napas kasar. Kemudian, ia melihat salah satu pesan dengan nomer yang tidak diketahui, dan membukanya.

Xxxxxxxxxx: Soon, or later.

Jennifer mengernyitkan keningnya. Apa pengirimnya salah tujuan? Atau ini hanya orang asing yang sedang mengerjainya? Well, sebagai model sepertinya, bukan rahasia lagi jika ada beberapa orang atau fans yang mencoba menghubunginya seperti ini. jennifer tidak akan memusingkannya.

Sebuah pesan datang. Jennifer segera membukanya kembali.

Britt: Great. Club biasa?

Jennifer segera mengiyakan ajakan Brittany bersamaan dengan seruan ruby yang memintanya untuk segera berangkat saat ini juga. Jennifer segera menuruti ruby dan keluar dari rumahnya. Setelah menaiki mobilnya, pesan dari Brittany datang.

Britt: Baiklah. Bisa kau ajak teman barumu itu?

Ah, menyebalkan. Padahal belum genap 24 jam ia kesal dengan lelaki itu, Brittany malah meminta untuk mengajaknya ke club. Tanpa berbasa-basi lagi, tanpa berpikir panjang lagi, Ia mengiyakan permintaan Brittany. yah, setidaknya jika ia bersama Brittany juga, arthur tidak akan membahas masalah kemarin lagi, kan.

*****

13.20 P.M. Campbell Enterprise, London, UK.

God bless you, Jennifer. Baru saja memasuki gedung tempat Arthur bekerja, jennifer sudah melihat tampang lelaki itu yang sedang berjalan bersama beberapa orang. Sepertinya orang-orang penting, dilihat dari pakaian yang dikenakan orang-orang itu. jennifer juga melihat Danzell yang berjalan tepat di belakang Arthur.

Tepat saat arthur menghentikan langkahnya, menemukan jennifer yang sedang melangkah menuju lift. Tanpa disadari, arthur tersenyum dan melambaikan tangannya pada jennifer. Tapi, sepertinya perempuan itu masih sedikit kesal dengannya dilihat dari senyum miringnya yang tidak lama dan melanjutkan langkahnya.

Jennifer memasuki lift tanpa menoleh pada Arthur lagi. Tapi, tindakannya yang tidak ia duga sendiri adalah mengambil ponselnya dan mengetik sebuah pesan di sana.

Maaf mengganggu waktu Anda yang berharga, Tuan Arthur yang terhormat. Apa sore ini Anda mempunyai waktu luang?

Oh, bahkan Jennifer merasa jijik sendiri saat melihat pesan yang baru saja ia kirim. jika bukan karena Brittany, mungkin dia tidak perlu melakukan ini. ayolah, jennifer adalah salah satu dari sekian banyak wanita yang mempunya gengsi setinggi langit. ia tidak akan mengaku kalah begitu saja.

Sebuah pesan datang bersamaan dengan pintu lift yang terbuka. Jennifer mengisyaratkan pada ruby untuk duluan sementara ia mengurus masalah ini.

Arthur: Kau harus melihatku tertawa sekarang. Ada apa? Kau ingin datang ke kantorku? Well, aku tidak pernah menerima ijinmu untuk datang dan aku tidak pernah melarangmu, bukan?

Oke. Jennifer cukup tersindir hanya dengan jawaban panjang ini. jennifer mencoba untuk bersikap tenang. Hanya dengan membaca pesan ini membuatnya terbawa suasana. Jennifer jadi kesal sendiri.

Tunggu saja.

Sebuah jawaban singkat dari jennifer yang mengakiri aktivitas berkirim pesan mereka. Jennifer segera memasuki ruang ganti dan bersiap-siap sebelum Ruby meneriakinya.

*****

19.25 P.M. Arthur’s room –Campbell Enterprise, London, UK.

Jennifer sudah tidak mgnhitung berapa lama ia sudah menghabiskan waktu berdua di ruang kerja Arthur. Kali ini, ia patut disebut bermalas-malasan. Ia sudah bosan setengah mati sementara menunggu Arthur menyelesaikan dokumen-dokumen sialan itu. arthur seperti workaholic yang tidak bisa diganggu sama sekali.

“Kau belum selesai juga?” suara lemah Jennifer menginterupsi Arthur. Arthur menoleh pada jennifer.

“Harusnya tadi kau pulang saja dulu. Aku bisa menjemputmu lagi malam ini.” jawab Arthur.

“kau tega sekali membiarkanku pulang sendirian.” Celetuk Jennifer.

“Hah?”

Arthur merasa heran kenapa ia disalahkan begitu saja. Padahal, ia tidak tahu apa-apa. Ia hanya bermaksud membiarkan Jennifer beristirahat dulu di rumah atau mungkin mengganti pakaian yang lebih nyaman. Terlebih dia tidak bisa meninggalkan rapat mendadak dan beberapa dokumennya.

“Sudahlah. Cepat selesaikan pekerjaanmu. Jangan banyak bicara lagi.” Gerutu jennifer. Lagi-lagi, arthur tertawa melihat jennifer yang kesal hanya karena kebosanan dan lelah menunggu arthur bekerja.

“Baiklah, baiklah. Ayo kita makan malam dulu lalu ke club.” Ujar Arthur kemudian, membereskan beberapa dokumen yang berantakan, dan mengambil black coatnya.

Sebenarnya, jennifer senang karena arthur langsung menurutinya. Tapi, ingat. Jennifer tidak akan menunjukkannya saat ini. ia hanya berdeham dan merapikan rambut pirang gelapnya yang tergerai.

Arthur membuka pintu ruangannya dan memersilahkan jennifer untuk keluar seraya berkata, “Ladies first.”

Jennifer melengos. Melangkah dahulu meninggalkan Arthur yang terkekeh geli dengan sikap jennifer yang menjunjung tinggi gengsinya.

*****

22.35 P.M. X Club, London, UK.

Begitu Arthur menghentikan mobilnya, jennifer mengernyitkan keningnya. Ia melihat sebuah mobil sport mewah yang ia kenali. Saat ia sadar siapa pemiliknya, ia pun menghela napasnya kasar.

“Ada masalah?” tanya Arthur, mengerutkan kedua alisnya.

“They’re here.”

Awalnya, arthur bingung siapa yang dimaksud Jennifer. Bahkan perempuan itu tidak menjelaskan lagi siapa yang dimaksudnya saat ini.

Beruntung otak cerdasnya selalu bisa bekerja dengan baik, sehingga ia langsung menyadari maksud Jennifer. Mereka –sepasang wanita yang memusuhi jennifer.

Sebelum jennifer turun dari mobil, arthur mencekal lengan Jennifer. “Apa kau mau kita pindah tempat saja?” tawar Arthur.

Jennifer tersenyum sekali. “Kau perhatian sekali. tapi, tidak perlu. Brittany sudah di sini. Dan lagipula aku tidak pernah takut dengan mereka.” Jawab Jennifer dengan sombong.

Arthur mengedikkan bahunya. Menuruti perkataan jennifer. Arthur akan mengikuti kemuan jennifer malam ini. ia melepas sabuk pengamannya dan turun, menyusul Jennifer yang sudah menampakkan wajah angkuhnya –seperti saat pertama kali mereka bertemu.

Semoga saja Arthur tidak salah mengambil keputusan untuk mengikuti permainan Jennifer malam ini. karena begitu mereka berdua masuk, jennifer sudah menggeram kesal saat perempuan itu melihat Brittany yang sudah dipojokkan oleh para jalang sialan. Bahkan perempuan itu menghiraukan beberapa orang yang protes karena jennifer yang menyeruduk mereka. Arthur, yang berada di belakangnya, hanya bersikap santai seraya membatin.

Jennifer dan sikap beraninya. Oh, dia akan melihat pertunjukan yang heboh.