webnovel

CALM DOWN

12.45 P.M. Everton’s Family Mansion, Cambridge, UK.

Sepasang mata itu tengah menatap jennifer dan arthur yang sedang bersenda gurau. Bahkan mereka terlihat dekat, terlampau dekat. Erica pun langsung akrab dengan Arthur. Ia –Robert –cemburu melihat keakraban mereka, seolah keberadaannya kini tersingkirkan begitu saja.

Robert sudah berusaha keras untuk tidak bersikap bosan dan cuek di sini. Namun, semakin melihat kedekatan arthur dan jennifer semakin membuatnya dongkol. Menahan semua amarahnya di depan banyak orang membuatnya hampir kewalahan. Akhirnya, ia terus menghela napasnya seraya menyenderkan kepalanya pada kepala sofa.

“Sejak awal kau memang penguntit.” Ucap Jennifer.

“Apa ada penguntit tampan sepertiku di sini, huh?” sombong Arthur. jennifer ternganga.

“Tampan apanya. Jika kau tampan harusnya kau sudah punya kekasih, bukannya menguntit seperti ini.”

“Terserah aku.” kilah Arthur, menjulurkan lidahnya –sengaja membuat Jennifer semaki kesal.

“Ish, pergi sana!”

“Mr.Andrew yang mengundangku kemari. Hanya dia yang bisa mengusirku. Ah, tapi, dia tidak mungkin mengusirku pergi seenaknya begini.”

“Mom tahu, dia memang menyebalkan seperti itu. mungkin hanya aku, satu-satunya wanita yang betah padanya.” Sombong Jennifer, bergelayut pada lengan Erica.

Erica tertawa. “Kau juga sama saja, jennifer.” Sahut Erica, mencubit hidung mancung jennifer.

Arthur kembali menjulurkan lidahnya. “Kau percaya diri sekali. memang hanya kau satu-satunya wanita yang dekat denganku.” Goda arthur kembali.

Jennifer ternganga tidak percaya arthur mengatakannya seolah tidak mengingat bagaimana pertemuan awal mereka sampai pria itu sendiri yang mengejar dan memintanya memberikan nama.

“KAU SENDIRI YANG MENGATAKANNYA!” seru Jennifer dengan kesal. Erica sampai menggelengkan kepalanya melihat tingkah Jennifer.

Tawa Darius terdengar saat ia tengah melangkah mendekati mereka. Ia baru saja mengganti pakaiannya yang lebih nyaman.

“Jennifer memang selalu seperti itu, Arthur.”

“Daddy seharusnya membelaku!” kesal Jennifer, bertingkah seperti anak kecil lagi.

Erica tak sengaja menangkap tingkah Robert yang seakan sedang bosan dan terdiam di depannya. Melihatnya seperti itu, membuat Erica segera menutup mulutnya dan beralih mengajak mereka semua untuk makan siang bersama.

Robert yang mengambil tempat duduk tepat di samping jennifer, membuatnya lebih leluasa untuk mendekati jennifer. Tanpa diminta, robert mengambil beberapa lauk untuk jennifer, sementara jennifer hanya diam dan menuruti robert..

“Robert dan jennifer memang sudah sangat dekat sejak highschool. Bahkan aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri. Mereka terlalu dekat.” Celetuk Darius yang terdengar oleh Arthur, di samping kirinya.

Arthur hanya menganggukkan kepalanya menanggapi. Namun, kedua matanya tak lepas dari gerak-gerik Robert pada jennifer. Bahkan saat semuanya sudah memulai makan, sesekali arthur mencuri pandang pada jennifer dan robert. Robert terus saja memberi perhatian yang berlebihan di depan semua orang. Pria itu seolah bertindak sebagai asisten pribadi jennifer, yang tanpa diminta menuruti segala kebutuhan dan keinginan jennifer saat ini. arthur hampir saja memuntahkan makanannya saat robert mengusap pipi jennifer yang terkena saus.

Sesekali, darius dan arthur berbicara di sela makan siang mereka. Tapi, arthur tidak bisa mengalihkan kedua matanya pada jennifer dan robert yang terlihat berbicara sendiri. Bahkan, arthur sempat melihat robert yang menyuapkan satu sendok sup pada jennifer. Diam-diam, arthur menghela napasnya, mengalihkan perhatian dari sana, dan melanjutkan makannya dengan tenang.

Selesai makan, robert meletakkan alat makannya di samping piring, dan kembali menoleh pada jennifer. Ia tersenyum.

“Ah, seharusnya kau mengajakku liburan juga kemarin. Siapa yang akan menjaga pola makan berantakanmu ini, huh?” goda Arthur, sengaja menekankan kalimat ‘liburan’.

Jennifer sontak menatap robert sebelum menoleh pada kedua orang tuanya. Bisa-bisanya robert menyinggung masalah liburannya di sini, sedangkan jennifer teringat jika sebelum pergi belribur, ia tidak sempat meminta ijin pada kedua orang tuanya. Jennifer merutuki kebodohan robert. Atau mungkin, pria itu sengaja.

Menyadari kedua orang tuanya hanya terdiam menatapnya, jennifer berusaha menyusun kalimatnya untuk memberi alasan yang tepat. Arthur menyadari gelagat jennifer hingga ia ikut terdiam.

“Oh, hm, aku lupa mengabari kalian saat itu. aku sempat berlibur ke skotlandia semalam bersama arthur dan temannya.” Jelas jennifer secara singkat. Karena ia yakin, kedua orang tuanya pasti sempat melihat berita tentangnya pagi itu.

“Ah, mom sudah menduga berita itu tidak benar. Tapi, kenapa kau tidak mengabari kami dulu?” tanya ibunya kemudian.

Jennifer hendak menjawab ketika sebuah suara mendahuluinya.

“Ah, Tuan, Nyonya, semua itu salahku. Saat itu saya meminta jennifer menemani saya berlibur karena saya berpikir jennifer pasti suka di sana. Seharusnya saat itu saya meminta ijin dahulu pada kalian. Saya minta maaf.” Sesal arthur pada Erica dan darius.

Jennifer ternganga. Kenapa arthur membuat alasan seperti itu jika kenyataannya saja arthur tidak ingi jennifer pergi bersamanya saat itu. ah, bahkan pria itu juga sempat menolak tidak ingin pergi dnegan alasan saat itu Roxanne dan felix sedang berbulan madu.

“Orang-orang mungkin akan mengira jika kau menghasut jennifer untuk pergi berdua bersamamu, arthur.” celetuk robert –membuat arthur mengernyitkan keningnya tidak suka. Cara bicara robert pun terdengar sinis di telinganya. Namun, ia lebih memilih mengabaikannya.

“Mom, Dad, aku benar-benar lupa mengabari kalian saat itu. aku pikir kalian sedang sibuk saat itu, jadi –”

Jennifer mengatupkan bibirnya saat melihat satu tangan Darius terangkat, menandakan jennifer untuk berhenti bicara. Jennifer berusaha menelan air ludahnya dengan susah payah, membayangkan ayahnya yang marah padanya.

“Tidak, bukan masalah itu.” darius menurunkan tangannya, menyenderkan punggungnya pada kursi, dan kembali berkata, “kenapa hanya semalam? Seharusnya kemarin kau mengabari kami kalau kau ingin berlibur. Jika hanya semalam, apa kau puas? Jika masih memikirkan jadwalmu yang masih padat, daddy bisa mengatakan pada pihak managamentmu untuk memberi hari libur.”

Arthur dan jennifer sempat melemparkan pandangan sebelum menoleh pada Darius bersamaan, ternganga. Tak terkecuali robert yang terkejut dengan jawaban tak terduga itu.