webnovel

THE KILLER BLOODSCARS

Seorang pembunuh handal yang paling ditakuti seluruh dunia dengan sejuta misteri didalam kehidupannya. Arsal Valantino Orlando atau lebih dikenal sebagai Archer Bloodscars after chap 10, you can read the next chapter every friday at 08.00 pm. thank you.

Ralvito · Action
Not enough ratings
27 Chs

19

"Pede bet.. Kalo bapak lo ga nyembunyiin info soal Savierre gue ga bakal sampe nglakuin kek gitu.. Lo juga pasti udah tau kan.. Gue juga ditusuk ama anak lo.. Udah maen kabur aja lagi.."

"Saya ga peduli.. Dimana kamu sekarang?"

"Katanya ga peduli tapi nanyain gw dimana"

"DIMANA KAMU SEKARANG?!!"

Membuat semua orang disekitarnya terdiam. Alvind sudah tidak kuat ingin menghantam wajah archer memukulnya hingga tak ada nafas tersisa didalam diri archer.

"Ck.. Gue ga tuli.. gausah teriak-teriak ngapa.. Ini di rumah sakit"

"Apa urusan kamu—rumah sakit?!"Ucap alvind lalu menengok kesana kemari mencari sosok archer. Dan ketemu!. Disana archer malah tersenyum bodoh sambil melambaikan tangan. Alvind menutup telfonnya kemudian berjalan cepat kearah archer.

"Pah? Papah mau kemana?"Ucap Deo menyadari ayahnya pergi

Beda dengan diran yang menatap mengikuti arah kemana ayah pergi. Gotcha! Disana ada lelaki yang melukai adiknya. Diran dengan nafas memburu berlari mendekati archer.

Dengan bersamaan keduanya mengepalkan tangan mau menonjok archer namun sayangnya archer bukan lawan mereka. Archer menahan dua tangan yang menuju kearahnya. Ketika Alvind dan diran ingin memukulnya kembali dengan tangan satunya, Archer segera memutar tangan keduanya membuat keduanya meringis kesakitan.

Alvind masih memaksakan diri untuk memukul archer namun terhenti oleh mors yang menendang bahunya.

"Eh woi stopp"

Suara archer terendam karena menghindari serangan dari diran. Ia tak bisa bergerak lebih lagi jika tidak lukanya akan membuka. Ia pun memukul leher diran saat ia tidak sedang dalam pertahanan lalu mengunci tangannya menahan tubuh diran untuk membalik ke arahnya.

Kemudian saat alvind akan kembali meninjunya, Archer mengangkat kaki kirinya menendang bagian tenggorokan alvind dan mengunci tangannya menahan tubuh alvind sama seperti yang ia lakukan pada diran.

"Eh lo! Gausah mukul.. cinta damai mode on, Mors.. ini di rumah sakit gimana kalo ada yang serangan jantung liatnya..Udah lo sini"

Begitu mors mendekat,

"Pegangin dulu"Ucap Archer menyuruh mors menahan alvind dan diran bersamaan. Kemudian..

"ADUUUHHHH SAKITT.. YAAMPUN BARU AJA SELESAI OPERASI UDAH BAKU HANTAM AE DAH.. LUKA GUE BELUM KERING.. SAKITT..T_T"Ucap archer keras-keras ia meringis dengan luka di perutnya. Menarik sedikit bajunya keatas memperlihatkan lukanya yang syukurnya masih terjahit dengan rapih.

Namun rasa sakitnya luar biasa..

"LEPASS"Ucap alvind melepaskan diri dari genggaman mors begitu juga Diran.

Keduanya menghadap archer lagi. Archer masih terfokus pada lukanya. Ia menahan sakit dengan wajah diimut-imutkan. (Walaupun malah kelihatan menjijikan)

"Berani-beraninya lo masih nafas tenang setelah bikin adek gue di ujung kematian?!!"

"Hushh.. ngomongnya sembarangan.. kalo beneran, Nangis kaga bikin orang meninggal idup lagi"

"Tutup mulut kamu.. emang kamu berhak ngomong kaya gitu dengan santainya.. gimana kamu mau bertanggung jawab sama anak saya.. Dia yang sekarang dibalas dengan kematian kamu saja ga cukup.."

"Wihh ngeri bet.. Lagian gw mati pun emang ga bisa bikin dia selamet kan?"

"Lo—"

"Pikir pake otak lu berdua.. apa sekarang waktunya baku hantam sedangkan orang yang lo pada sayang lagi nglawan rasa sakitnya?"

Alvind dan Diran mendadak diam mendengarnya. Tak lama kemudian, Natha dan Deo datang menghampiri. Memeriksa keadaan alvind dan diran.

"Apa kamu.. Archer?"

Archer menatap natha bingung. Kemudian menjawab.. "Iya, Tante.. kan tadi udah liat di rekaman CCTV.. Masa cepet banget lupa.."Ucap Archer tersenyum ramah.

"Gimana kamu bisa tau?"

"Panjang ceritanya kayak umur tante.."

"Makasi.."

"NATHA! Jangan deket-deket sama dia.. dia bahaya"

"Ar..(menelan ludah).. Kamu.. bisa bantuin vierre?"

"BUNDA!" "NATHA!"

Archer dan natha masih terdiam. Keduanya saling menatap.

Archer bisa tau sekarang natha gemetar ketakutan melihatnya. Apalagi bicara dengannya. Buktinya dalam sekali llihat saja, detak jantungnya bisa diperkirakan 150 per detik.

"Bunda.."Ucap archer memegang kedua bahu natha menyamai tinggi natha menatap matanya dengan suara yang sangat lembut. Natha juga menatap mata archer. Senyum terukir di bibir archer. Secara ajaib, Detak jantung natha menurun kembali ke normal.

"Dah tenang?"Ucap archer tetap dengan senyumnya

Natha ikut tersenyum lalu mengangguk.

"Bunda kenapa percaya sama archer? Kan archer yang bikin vierre kaya gitu?"

"Hahh.. Bunda gatau mau minta tolong ke siapa.. kalo vierre dibawa keluar negri, Bunda ga yakin vierre bakalan baik-baik aja.."Ucap Natha menangis memeluk archer.

"Nath—"

Ucapan Alvind dihentikan oleh Archer dengan gerakan tangan.

"Lho kok bunda nangis lagi.. tadi udah tenang kok.. Kalo ga tenang, Archer males bantuin ah"

Natha segera mengusap air matanya. "Udah... Bunda udah tenang.."

"Senyum kalo gitu"

Natha tersenyum manis. Mengingatkan archer pada vierre yang dulu sangat polos mengikuti bundanya ini.

"Aduh.. sakit.. jantungan liat senyum bunda..Yaudah ayo cepet bikin vierre sembuh.."

Namun saat archer dan natha berniat masuk segera dihentikan oleh alvind dan juga diran.

"Elah ini bapak anak ampun dah.. mau vierre bangun ga?!"

Keduanya bingung menjawab apa. Namun tetap menghalangi jalan archer dan natha.

"Yaampun ni berdua..MORS!! RINGKUS!!"Ucap archer sebelum mors datang menahan pergerakan bapak dan anak itu untuk menghalangi archer.

"Ah iya.. Jangan ada yang masuk sampe gue selesai.. Mors, jagain.."Ucap archer diangguki mors

Archer dengan memakai pakaian khas ruang operasi berwarna biru muda, Menggunakan sarung tangan mencuci semua alat operasi. Tidak menggunakan antiseptik karena tidak bagus untuk luka kali ini. Masih ada peluru didalam tubuh vierre.

Tidak ada siapapun yang membantunya seperti yang ia inginkan. Ia mulai membius Vierre dan juga menginfusnya. Menggunakan segala alat di ruang operasi. Ia memfokuskan diri membuka bagian dimana ia menembak archer.

Setelah beberapa menit, Ia berhasil melihat peluru yang ia tanamkan di tubuh vierre. Ia melirik detak jantung vierre. Tangannya berhenti ketika ingin mengambil peluru itu. Ia melepas sarung tangannya. Mencuci tangannya dengan Alkohol. Mengambil peluru itu dengan tangan kosong.

Sangat pelan hingga tak menyentuh menggerakkan bagian tubuh yang lain. Ia berhasil mengambil peluru itu dengan helaan nafas lega. Ia melanjutkan operasinya. Bukan satu-dua kali, Melakukan pengoperasian. Sesekali archer menatap vierre.

Tanpa sadar, Ada rasa takut archer melukai vierre. Ada rasa khawatir setelah ini vierre tidak membuka mata.

"No. You're the strongest women that i know.."Ucap Archer dengan suara bisikan sambil tetap menjalankan operasinya.

1 setengah jam berlalu..

"Kalo ada apa-apa sama Vierre, Gw ga bakal nglepasin lo berdua.."Ancam Diran menatap tajam mors

"Sebaiknya lo ingetin sama bapak lo buat ga nurunin anak perempuan satu-satunya dalam bahaya.."Ucap Mors santai

"Apa maksud lo?!"Ucap Diran kesal

"Ini peringatan dari archer buat ga bikin anak yang kalian sayangi dalam bahaya.."Jawab Mors dengan serius. Memang benar apa katanya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Waiting for the next part.