Savana terkejut. Ia memang tak melihat pembunuhan yang dilakukan Archer. Ia hanya melihat harith yang berlumuran darah dan Archer yang menatap mayat harith.
"Kenapa..Kenapa lo bunuh dia?"Ucap Savana yang masih sesenggukan.
"Masalah?"Ucap Archer melirik tak peduli kepada Savana.
Savana terdiam. Archer nampak melepas bajunya dan celananya. Tenang! Ia mendouble baju dan celana lainnya di badannya. Kini ia hanya memakai kaos pendek berwarna abu dan celana tigaperempat berwarna coklat muda. Ia menarik pisau-pisaunya dari mayat harith. Dan membersihkannya dengan melapnya di kaos yang ia lepas. Kaos dan celananya ia buang di tong sampah dan membakarnya.
"Lo ga pergi-pergi juga? Hahaha.. biasanya orang kalo liat kek gini bakalan kabur kalo ga nelfon polisi.. lah elo? Cuma diem disini ga ada siapnya? Siapa tau gue bakalan bunuh lo karena lo saksi mata pertama dalam kasus-kasus milik gue.."
"Lo ga bakalan.. bunuh gue.."Ucap savine tanpa sadar.
"Kenapa?...Kenapa lo percaya banget kalo gue ga bakalan bunuh lo?"Ucap Archer yang berubah menjadi dingin. Ia mendekati savine.
"Karena.."
"Lo ga takut? Gue bawa pisau lho.. sakitt banget kalo kena.. walau Cuma lecet.. "Ucap Archer melempar pisaunya saat savine akan berlari ke samping kiri.
"Lo terlalu percaya diri Cuma gegara lo pernah ketemu sama gue.."Lanjut Archer melempar pisaunya lagi ke samping kanan savine saat savine akan melaluinya.
"Sekalipun lo orang luiza.. (Menancapkan pisaunya di dinding ketika sudah dekat dengan savine.. dan berhasil melukai wajah milik savine).. kalo ada yang minta lo buat mati lewat gue.. Lo bakalan susah kabur.. sama kek dia.. Jadi.. Lari aja sejauh mungkin daari gue.. apalagi gue udah hafal banget sama muka lo kek gini.. so, Keep your attitude well.. If you don't want to dead.."Ucap Archer mencabut semua pisaunya. Savana "Jadi lo disuruh buat ngelakuin hal kayak gini?"Ucap Savana saat Archer membalikkan badan.
"Harus banget gue jawab?.. Ngaca! Lo siapa?! Kalo lo tuhan, Gue bakalan jawab.."Ucap Archer tanpa membalikkan badan.
"Jangan ngelakuin ini lagi.. Gue tau lo ga sejahat itu.."Ucap Savana kembali memberanikan diri.
'Bawelnya ga berubah ya..Tapi..'Batin Archer.
Krek!
Archer memasukkan kembali peluru pada pistol eaglenya. Dan di tujukan pada savine. Savine yang melihatnya kembali membeku dan gemetaran.
'Tapi sayangnya.. itu yang paling gue benci dari dia'Batin Archer.
"Ga usah sok kenal, Savine Luiza.."Ucap Archer dengan wajah serta suara yang sangat dingin.
"Gue yakin kok.."
Dorr!!
Archer menembak tepat di samping kepala savine. Savine kembali membeku.
"Jangan pernah yakinin sesuatu yang ga ada buktinya.."Ucap Archer datar.
Suara sirene polisi terdengar.. Archer bukannya kabur malah diam dan menurunkan pistolnya.
"Yang bernama Archer?"
"Gue , pak..."Ucap Archer langsung berbalik dengan cara bicaranya yang berubah biasa saja.
"Kamu keliatan gapapa..Padahal abis ngliat pembunuhan..."
"Gue bakalan panik kalo gue juga diincer sama killer itu.. Tapi nyatanya engga.. Keterangan udah gue kirim ke kantor polisi.. Gue balik dulu.."Ucap Archer dengan santai ninggalin tempat kejadian.
Savana menatap polisi-polisi itu tak percaya. Mereka baru saja melepaskan killer paling berbahaya di dunia. Kenapa polisi sama sekali tidak curiga dengan Archer?.
"Dek?.. lho.. Nona Savana?..Kenapa anda ada disini.."
"Gapapa.. saya pulang dulu permi—" Savana berhenti ketika tak melihat pisau-pisau yang tadi tertancap di dinding. Kapan Archer ngambilnya?.
"Nona?"Panggil seseorang dengan baju formal hitam berdasi dari balik polisi.
"Ayo pulang.."Ucap Savana berjalan lebih dulu dari bodyguardnya itu.
Di markas MOT...
Archer turun dari motornya. Ia merasa ada yang menatapnya dari belakangnya. Bisa ia tebak siapa..
"MORS..(Benar, itu mors).. Yes! Gue bener.."
"Lo pake keahlian lo ya jelas bener.."Ucap mors sambil memakan hotdog.
"Yaiyalah.. masa gue make gps buat tau kalo lo ada dibelakang gue.. mana bisa.."Ucap Archer ngaco. Ia merangkul mors dan menggiringnya masuk markas.
Yaa.. persahabatan mereka memang seperti ini. Terlalu sulit untuk dipisahkan dan terlalu indah untuk diceritakan.
Malamnya di markas mot..
Archer dan Mors tengah membaca buku. Karena mereka tidak pernah sekolah.. Mors hanya lulus sekolah dasar sedangkan Archer sama sekali tidak pernah sekolah. Keduanya selalu belajar lewat buku atau pengetahuan apapun. Jadi sekarang paham kan kenapa kecerdasan mors dan Archer tak dapat terkalahkan.. J.
Namun.. Inilah yang sering mereka lakukan apabila terlalu santai dalam belajar..
Kamar yang saat ini sudah seperti perpustakaan yang terkena gempa. Buku berserakan, Bantal dan selimut yang sudah ada dilantai. Archer yang membaca buku ekspedisi alam dan Mors yang tengah membaca buku sains. Mereka duduk dengan punggung bersentuhan saling menyandar.
"Bentar lagi salju ya.. bersihinnya lebih susah deh(Yang dimaksud itu bersihin bukti-bukti dari setiap tugas yang dilakuin Archer and mors).."
"Perkiraan gue.. Salju nya bakalan turun lusa.. suhu awalnya 2 derajat.. tapi kemungkinan pas pertengahan ada beberapa hari yang suhunya nyampe minus .."Ucap mors.
"Lebih tepatnya 1 minggu di pertengahan dan derajatnya naik perharinya dari 4 derajat sampe minus dua derajat celcius.."Ucap Archer nyaut.
Archer langsung menatap pintu tanpa berniat membukakannya.
"Masuk, Ga.."Ucap Archer setelah mengetahui alasan yoga menemuinya.
'Gimana bisa—ahh gue lupa kapten bisa baca pikiran..ck!'Batin yoga membuka pintu itu.
Terlihatlah....
"Rapi seperti biasanya ya, Kapten.."Ucap yoga sampai membuka sepatunya.
Yaaa.. dengan cepat Archer dan mors membersihkan semuanya hanya dalam waktu 20 detik. Dan yang dilihat hanyalah dua kasur milik Archer dan mors. 3 lemari berisi buku dan 2 lemari berisi pakaian mereka. Dan semua tertata RAPIH.
"To the point.."Ucap mors tanpa basa basi.
"Eee.."
"Gue tetep dalam niat gue buat ngeluarin azri or duel sama azri.. "Ucap Archer tanpa penolakan.
"Tapi kapten..."
"Kalo cuma mau ngomongin itu.. usaha lo sia-sia aja.."Ucap mors
"Study fight your problem to decide your future.."Ucap Archer lalu pergi kekamar mandi.
Yoga terdiam mendengarnya.
Malamnya..
Yoga datang ke kamar azri. Namun tak melihat adanya azri.
"Dia.. Ga mungkin kan?"Ucap yoga sudah khawatir duluan.
Yoga segera berlri ke lantai 3. Lantai dimana hanya ada 3 ruangan yaitu tempat kerja milik Zegas, kamar Zegas, dan kamar Archer -mors. Begitu kakinya menginjak lantai 3 markas. Terlihatlah Azri yang tengah ragu berdiri didepan pintu sambil memegangi surat.
"AZRI!!"Teriak yoga berlari ke arah azri. Azri yang mengenal suara itu segera menengokkan kepalanya.
"Yoga??..Lo... bukannya ada tugas?"
"Gausah bahas itu... lo sekarang apa-apaan.. lo mau mundur? Mau keluar?"
"yoga.. gue udah pikirin baik-baik.. ni pekerjaan emang ga sesuai ama gue.."Ucap Azri menunduk
"Az! Lo tu gede ama gue.. dan lo kerja kaya gini tu ga setahun dua tahun.. dan sekarang lo mau keluar? Siapa yang terima lo yang cuma lulus sma? GA ADA!"Ucap yoga menjelaskan.
"Tapi ga.."
"Udah.. balik ayo ke kamar.. kita pikirin gimana cara lo sedikitnya bisa goresan ke kapten.. setidaknya itu doank jalan keluarnya.."Ucap Yoga menyeret azri kembali ke kamar azri.
Di sisi lain..
Archer mendengarnya walau dalam kamar mandi. Padahal ia tengah mandi dan ia seakan merasa ada yang brisik di depan pintu kamarnya..
"(Smirk)Coba aja, ga.. kasih saran sebanyak yang lo bisa.."Ucap Archer memakai handuknya dan keluar dari kamar mandinya. Terlihatlah mors yang baru saja menguping dengan berdiri menyandar di pintu kamar.
"Kalo dia ragu-ragu.. ngapain ngelakuin ini dari dulu.."
"Hh.. mors.. lo aja pernah ragu.. gausah mikirin tu anak.. paling lusa dia udah di rumah sakit.."Ucap Archer tersenyum sinis.
'Gue bukan orang baik, Az.. jadi jangan pernah mikir buat lari dari gue..'Batin Archer.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Waiting for the next part.