webnovel

The Hunters: Jackson Wang

Jackson Wang mengalami kecelakaan dan koma selama dua tahun, saat ia terbangun dari komanya Jack menyadari bahwa ada yang aneh dalam penglihatannya. Ternyata benar, sejak ia tersadar dari komanya Jack bisa melihat mahluk yang tak kasat mata dan para arwah bengis yang terus mengganggu manusia. Suatu hari, temannya dari anggota kepolisian meminta bantuannya untuk menyelidiki kasus kematian seorang yang sedang ia tangani. Sejak saat itu, Jackpun bertekad untuk membantu seseorang yang membutuhkan bantuannya, dan tanpa Jack sadari ia kini telah menjadi seorang pemburu mahluk halus bersama rekannya. Jalan hidup Jack tidaklah mudah, terutama dalam kisah cintanya dengan seorang arwah perempuan cantik yang membuat hati Jack terpikat.

Rysaken_22 · Horror
Not enough ratings
6 Chs

Stasiun Kereta

"Kumohon! Tolong lepaskan aku!" Rintih seorang wanita dengan luka lebam di wajahnya, ia berusaha sekuat tenaga membuka tali yang mengikat kuat lengannya. Darah segar terus menetes dari sudut bibirnya dengan luka lebam yang sama seperti di bawah mata kirinya. Dan hanya tamparan keraslah yang ia dapat dari setiap kata yang ia ucapkan.

Plakkk!!!

Satu tamparan keras dilakukan lagi oleh seorang pria dihadapannya. Wajah cantik itu seketika tersungkur ke lantai, dan luka lebam barupun nampak jelas di wajahnya.

Pria itu menjambak rambutnya, ia lalu menatap wajah wanita yang penuh lebam itu karna ulahnya. "Kau baik-baik saja, apa kau terluka?"-Pria itu memandangnya dengan mata berkaca-kaca-" Kemarilah!" dia mendekap erat wanita itu di dada bidangnya seakan-akan dia tidak berbuat apa-apa dan dialah yang telah menyelamatkannya.

Pria itu berbisik halus sembari membelai rambut panjang seorang wanita yang ia dekap di dadanya. "Sudah kubilangkan, aku butuh uang! Jadi, kau harus bekerja lebih giat lagi. Paham? " bisiknya lembut pada wanita itu. Ia lalu memeluk erat tubunya sembari semejamkan mata menikmati hayangatnya tubuh seorang wanita yang tak lain adalah istrinya sendiri.

Wanita itu mengangguk pelan. "Baik. Aku mengerti, " jawabnya yang tampak hanyut dalam pelukan suaminya meskipun ia tau betul sifat asli suaminya itu.

****

Pagi hari, tepatnya pukul 06.30 pagi.

Seorang pria telanjang dada berjalan pergi meninggalkan kamar mandi dengan sehelai handuk kecil yang melingkar di pinggangnya. Pria itu memiliki postur tubuh yang cukup kekar, dengan bahu melebar dan otot-otot berisi.

Dia berjalan ke sudut dapur, lalu membuka kulkas dan mengambil dua lembar roti tawar dan meletakannya di piring yang berada di atas meja makan. Tak lupa ia juga mengoleskan selai coklat dan memakannya saat itu juga.

Beginilah pagi hari seorang pria lajang yang hidup sendiri di rumah sewa yang ia tempati. Jauh dari keluarga dan tidak punya teman kencang hanya untuk sekedar membuatkannya sarapan.

Jackson wang, seorang pria tampan yang berumur 27 tahun. Jack adalah seorang mahasiswa jurusan hukum yang sedang berjuang untuk mewujudka mimpinya menjadi seorang pengacara. Mau bagai mana lagi, teman-teman seusianya sudah lulus kuliah dan bekerja, tapi ia justru baru masuk Universitas 2 tahun yang lalu setelah melakukan pemulihan seusai koma, dan akhirnya Jack dinyatakan sembuh total dan bisa beraktivitas kembali seperti biasa.

Jackson, atau akrab dipanggil Jack. Dia mengalami kecelakaan saat usianya 20 tahun dan koma selama 2 tahun disalasatu rumah sakit di Singapura. Jack bahkan sempat tidak bisa berbicara dan berjalan selama beberapa bulan setelah bangun dari komanya.

Beruntung, sekarang Jack bisa kembali beraktivitas seperti orang sehat pada umumnya. Dan percaya atau tidak, setelah dia bangun dari komanya, Jack bisa melihat dan berkomunikasi dengan seseorang yang sudah tiada. Bisa dibilang arwah, atu mungkin semacam mahluk halus yang tak kasat mata.

Jack melirik ponselnya yang tergeletak di atas meja, ternyata ada notifikasi pesan baru yang masuk dari temannya. Dia pun mengambil ponselnya, niat hati ingin membuka pesan dari temannya. Tapi tak lama temannya itu justru menelponnya, dan tanpa pikir panjang Jackpun langsung mengangkatnya.

"Ada apa?" tanya Jack dengan mulut yang masih penuh dengan sarapannya.

"Jack! Cepat datang kekantorku, aku ingin meminta bantuanmu! " ujar temannya.

"Aku harus ke kampus hari ini!" balas Jack malas.

"Ayoklah aku butuh bantuanmu, ini sangat penting! " pintanya.

"Baiklah, aku akan datang. "

"Hari ini? "

"Mungkin sore, atau mungkin malam ini,"

"Baiklah, aku akan menunggumu. Sampai jumpa. "

Klik. Jack menutup telponnya.

Ia lalu menaruh kembali ponselnya di atas meja dan berjalan menuju lemari pakaian, bersiap untuk pergi ke kampus hari ini.

Jack hanya memakai sweater tebal berwarna abu dengan celana Jeans yang tidak terlalu mencolok, dan tak lupa ia memakai ransel berwarna hitam di pundaknya. Meskipun begitu, Jack tetap terlihat tampan dan menawan meskipun hanya memakai pakaian sederhana.

Setelah dirasa rapih dan wangi, Jack pergi meninggalkan rumahnya dan berjalan kaki menuju halte bus. Setiap hari, Jack memang selalu menggunakan transportasi umum untuk berpergian, meskipun mobil berjejer rapih di garasi rumahnya yang berada diluar kota. Jack bisa saja mengambilnya, tapi untuk saat ini ia terlalu malas menyetir mobil di jalanan yang selalu macet dan sesak setiap saat.

Setelah sampai di halte bus, Jack berdiri di halte sembari memainkan ponselnya menunggu bus datang, sampai akhirnya buspun datang dan Jack langsung masuk kedalam bus. Ia duduk di kursi belakang seperti biasa.

Hari ini, Jack pergi pagi-pagi sekali karena harus mengikuti kelas yang akan di mulai pukul 08.30 pagi.

***

"Selamat pagi Jack. " Sapa Yeri sembari tersenyum manis menatap Jack yang sudah duduk di dalam kelas, dan mulai pokus pada laptop yang ada dihadapannya.

Jack menoleh, "Yeri? Kapan kau datang? Aku mencarimu di bus tadi, kupikir kau tidak masuk hari ini." Ujar Jack.

"Baru saja, aku pergi dengan Taxi karena bangun terlambat pagi ini. Aku berlari sangat kencang tadi, tapi busnya melaju begitu saja meskipun aku berteriak dan berlari sekuat tenaga! " Ujar Yeri yang nampak kesal setelah menceritakan apa yang ia alami pagi ini.

Jack hanya tertawa kecil mendengarnya, ia lalu sedikit bergeser agar Yeri bisa duduk di sampingnya seperti biasa.

Yeri membanting tasnya di atas meja dengan menekuk bibirnya sebal. Ia lalu duduk disamping Jack dengan wajah yang masih terlihat kesal karna harus mengeluarkan uang lebih untuk membayar Taxi.

"Sudahlah, itu cuma perkara bus saja. Lagi pula kau tidak terlambat pergi ke kampus hari ini." Ujar Jack.

Yeri melirik Jack dengan sorot mata tajam. "Apa? Cuma perkara bus saja kau bilang?" Ucap Yeri dengan suara pelan namun terdengar cukup mengerikan ditambah dengan tatapannya yang tajam.

"Ada apa? Itu memang benar kan?" balas Jack dengan tatapannya yang datar dan terlihat biasa saja.

Melihat Jack bersikap seperti itu, Yeri haya memalingkan wajahnya dari pandangan Jack.

"Sudahlah kau tidak akan mengerti. Ini bukan tentang fisiku yang lelah berlari, tapi ini tentang isi dompetku yang terkuras habis." Gumamnya.

"Jadi seperti itu... Ku pikir kau kesal karena berlari mengejar bus." ujar Jack.

"Sudahlah! Pokonya hari ini kau harus mentraktir ku makan siang dikantin!" Tegas Yeri.

"Baiklah!"

"Hari ini apanya! Setiap saat aku memang selalu meneraktirnya makan siang dikantin! " gumam Jack.

"Hey jaga mulutmu! Kau itu kan kaya, apa salahnya mentraktir ku!" Tegas Yeri. Padahal Jack dulu adalah kaka kelasnya yang disegani dan dihormati saat masih SMA. Tapi sekarang justru berubah drastis ketika satu kata mengikat mereka berdua dalam satu hubungan yang dinamakan teman.

***

Semua kelas hari ini telah usai, Jack berjalan kaki meninggalkan kampus dan pergi ke stasiun kereta bawah tanah terdekat untuk menemui temannya sembari berusaha menelpon kaka perempuannya kembali, karena Panggilannya tak sempat ia jawab tadi. Kelas hari ini memang cukup padat, tidak seperti biasanya.

Sudah beberapa kali Jack coba untuk menghubunginya, tapi tetap saja, kakanya itu tidak menjawab panggilannya.

"Ada apa dengan kaka? " gumam Jack heran.

Setelah sampai di stasiun yang tak jauh dari kampusnya, Jack melihat ke sekeliling stasiun kereta. Ada banyak sekali wajah samar yang ia lihat disana, dari yang tidak mempunyai bola mata sampai tubuh dengan lilitan usus yang keluar dari perutnya. Jack merasa sepertinya arwah itu adalah korban kecelakaan lalu lintas yang tak jauh dari stasiun tempat ia berada.

Aroma bau menyengat tercium hebat saat mahluk halus itu perlahan mendekati Jack. Awalnya, Jack terlihat biasa saja walaupun ia memang mengetahui jika mahluk itu ingin berkomunikasi dengannya.

Aroma mereka tercium seperti bangkai, bahkan Jack merasa ingin muntah saat mahluk itu semakin mendekatinya.

Ia benar-benar tidak tahan dengan aroma yang tercium seperti bau bangkai yang sudah dikerumuni belatung. Siapa yang tahan memang dengan bau menyengat seperti itu, Jack pun akhirnya memutuskan pergi dari sana.

Sekarang Jack tidak bisa menahannya lagi, ia berlari kencang meninggalkan stasiun kereta sembari menutup mulutnya yang terasa seperti ingin muntah.

"Gila! Baunya sangat menyengat!" Ujar Jack yang berdiri di trotoar setelah meninggalkan stasiun kereta bawah tanah yang penuh dengan mahluk halus tak kasat mata.

"Taxi!" Teriak Jack saat Taxi melintas dihadapannya. Taxi itupun berhenti dan tanpa pikir panjang Jack langsung masuk dan menyuruhnya untuk jalan.