webnovel

The Hidden Smile

Nadia menghembuskan napasnya, lalu berjalan melewati Intan. "Gue denger, lo anak adopsi, ya?" tanya Intan tiba-tiba membuat Nadia seketika terhenti. "Harusnya lo tuh jadi cewek baik-baik! Udah anak adopsi, nggak tau diri pula!" kecamnya lagi. Apakah fakta tentang Nadia yang adalah anak adopsi membuat Intan semakin bersemangat untuk mengecam gadis itu, hari ini? "So, you figured it out, huh?" jawab Nadia ringan sambil memperhatikan raut wajah Intan. "Jadi, itu bener?" tanya Intan menantang. ------------------------------------- Nadia adalah seorang gadis SMA biasa yang mencoba menjalani kehidupannya yang normal dengan menjaga rahasianya dari seluruh dunia. Nadia takut bahwa jika rahasianya terkuak, hal itu akan menyakiti keluarganya, maka itu yang membuatnya dingin pada semua orang. Namun tidak setiap hari semua orang dapat menjalani kehidupan yang mereka mau. Rahasianya sedikit demi sedikit mulai terbongkar oleh orang-orang yang membencinya. Bagaimana Nadia dapat menerima situasi tersebut? -------------------------- Disclaimer : Ini adalah cerita asli tulisan sendiri dan bukan terjemahan.

Weird_Unicorn · Teen
Not enough ratings
97 Chs

Heny #15

Entah mengapa, Heny mulai terisak. Ia tidak berencana untuk menangis hari ini, namun air matanya sudah tidak dapat terbendung sejak Nadia mengatakan bahwa Ia tak lagi marah padanya.

Heny lebih berharap Nadia marah dan mengamuk padanya. Melemparkan jus ke wajahnya, memakinya, atau bahkan mencekiknya seperti Nadia mencekik Intan. Namun bagaimana bisa gadis itu malah duduk tenang di hadapannya, dan bahkan menyodorkan tissue padanya saat ini.

Nadia menunggu hingga Heny menjadi lebih tenang. Ia masih panik melihat Heny yang terus mengalirkan air mata. Apa tadi dia salah bicara?

"Nad..." Panggil Heny dengan suaranya yang parau.

Nadia menatapnya dengan sabar.

"Gue mo minta maaf..." Katanya hampir berbisik.

"Gue bego banget udah ngelakuin hal-hal bodoh ke elo. Gue... Gue bahkan udah lupa kenapa gue bisa sebenci itu sama lo. Gue... Gue nyesel udah ngejahatin lo kek kemaren, Nad..."

Nadia merasa kasihan pada Heny yang sekarang berada di hadapannya. Dia lebih memilih berhadapan dengan Heny yang selalu terlihat cantik dengan daily make up-nya. Atau Heny yang mempunyai tatapan menantang dan sinis. Bukan Heny yang terlihat memprihatinkan seperti ini.

"Gue maklumin kalau lo pernah nggak suka sama gue. Hampir semua orang nggak suka kok sama gue. Gue cuman nggak ngerti aja, alasan lo ngelakuin itu semua ke gue." Kata Nadia membuka.

"Cuman setelah itu akhirnya gue paham, kalo lo nggak pernah kenal gue. Wajar kalo lo bisa kek gitu karena hanya denger cerita sepihak dari orang-orang. Sayang aja sih, orang-orang yang lo temuin malah orang-orang yang nggak punya informasi valid dan hanya bermodalkan gossip."

Nadia menatap Heny yang menunduk. Ia kemudian menyeruput minumannya. Heny hanya menatapnya, menunggunya melanjutkan, namun Nadia mengisyaratkannya untuk minum juga.

Heny menyeruput minumannya yang tiba-tiba saja terasa lebih enak. Dia kemudian meminumnya lagi sedikit. 'Apakah rasa makanan dan minuman meningkat jika baru saja menangis?'

"Gue denger, lo nggak pernah keluar rumah?" Tanya Nadia tenang.

Heny meletakkan gelas minumannya lalu menatap Nadia.

"Kenapa gitu? Lo sakit?" Tanya Nadia lagi.

"Iya..." Jawab Heny lirih.

"Sakit apa? Udah periksa ke dokter?"

"Gue nggak ke dokter, soalnya sakitnya karena salah gue sendiri." Heny kembali menunduk.

Nadia tak yakin dengan maksud ucapan Heny, namun ia hanya diam mendengarkan.

"Kalau sama Daniel, gimana?" Tanya Nadia ragu.

"Hm... Gue yang ngejauhin diri dari dia. Gue yakin sih, dia pasti ilfeel sama gue setelah semua yang gue lakuin." Nadia mengangguk paham.

Mereka kembali terdiam lagi untuk beberapa saat. Nadia menengok jam tangannya. Hampir dua jam mereka bersama.

"Hen..." Panggil Nadia pelan.

"Gue udah nggak marah sama lo lagi. Dan gue harap, lo cepat sembuh, dan bisa jadi diri lo sendiri dan mungkin lebih baik lagi. Yang penting sekarang, gue nggak bakal nerkam elo kalo kita nggak sengaja ketemu di jalan." Kata Nadia ringan.

Heny tersentuh mendengar perkataan Nadia. Dia benar-benar takjub dengan kebesaran hati gadis itu. Dan akhirnya dia mengerti, mengapa banyak orang yang melindungi Nadia.

"Oh! Gue punya pesan..." Kata Nadia tiba-tiba

Heny menatapnya serius.

"Jangan diulangin lagi ya... Karena siapapun nggak akan terima kalo digituin. Termasuk lo juga sih, gue yakin." Kata Nadia lagi akhirnya. Heny mengangguk.

Setelah menghabiskan makanan dan minuman mereka, Heny diantar pulang oleh David yang sedari tadi menunggu mereka, sedangkan Nadia pulang bersama Alex yang juga menunggu mereka sedari tadi.

Heny mengakui, pertemuannya dengan Nadia hari ini, telah menyembuhkannya. Dia sadar bahwa, mulai sekarang, ia mulai lebih menghargai Nadia.

DON'T FORGET TO LEAVE A TRACE PLEASE...

so be kind to COMMENT AND VOTE

p.s* your power stone will be refill every 24 hours,

so spare me one of them, please.

Thank You xoxo.

Weird_Unicorncreators' thoughts