webnovel

Hera takut kepada KIng

King segera masuk ke dalam kamar dan bertanya kepada dokter Yuna, "mengapa dia menangis?" King bingung melihat Hera menangis dan meringis sakit. Dokter Yuna terlihat mengoles-oleskan kapas alkohol di lengan Hera yang sudah di tusuk oleh jarum infus.

Dokter Hera menjelaskan kepada King jika cairan infus berisi nutrisi ini memang menyebabkan rasa nyeri saat mengaliri pembuluh darah, salah satu cara untuk meringankan rasa nyeri dengan mengoles-oleskan kapas alkohol.

"Dokter, Bisakah infusnya dilepas saja?" Hera benar-benar tidak dapat menahannya lagi. King mengangguk tanda setuju dengannya. Dokter Yuna melihat jika cairan infus tersebut sudah setengah masuk ke dalam tubuh Hera. "Baiklah nona, saya akan melepasnya tetapi sebelumnya saya ingin bertanya terlebih dahulu, apakah anda sering pingsan seperti ini?"

Hera menjawab jika saat ini adalah pertama kalinya ia pingsan. Dokter Yuna kembali bertanya, kapankah ia terakhir makan, Karena tubuhnya terlihat sangat lemah. Dengan ragu-ragu Hera menjawab jika ia terakhir makan kemarin pagi, setelah itu ia hanya meminum air.

Mendengar itu, King langsung naik pitam dan menatap tajam ke arah Hera. "Apa lo bilang? Jadi lo terakhir makan kemarin pagi?.lo mau berencana mati hah? gue udah mengeluarkan banyak duit gara-gara lo, dan lo mau mati? Dokter Yuna, tambah dosis infusnya!"

Dokter Yuna yang mendengar suara King yang menggelegar seketika tersenyum, ternyata temannya ini otw sembuh dari sindrom kehilangan Gladis. Dokter itu menjelaskan kepada King jika dosis infus tidak perlu di tambah. Melihat Hera sudah sadar kembali, itu berarti jika energi tubuhnya sudah terisi kembali.

"Nona Hera hanya perlu teratur makan bro, dan saya sudah tulis resep beberapa vitamin yang perlu di minum oleh nona, dan buat anda nona, usahakan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi, misalnya olahan daging, susu, buah-buahan dan sayur," sambil berkata begitu dokter Yuna mulai melepaskan jarum infus yang menusuk di lengan Hera.

"Te..rima kasih dokter Yuna," ujar Hera terbata dan kembali menunduk karena King menatapnya sangat tajam. "Hei lo, lo ingat satu hal, ini terakhir kalinya gue lihat lo pingsan, awas aja jika terulang kembali!, Hera semakin takut dengan King karena suaranya yang besar.

Juyan, tebus resep ini, dan siapkan lunch segera!" serunya lagi.

Setelah selesai melepas infus Hera, dokter Yuna pamit, King mengantarnya keluar.

"Istri lo cantik juga bro, dan sepertinya dia juga cewek baik-baik, lo jaga dia baik-baik bro, jangan sampai diambil orang lain, lihat itu..," dokter Yuna menunjuk dimana saat ini dokter Leo sedang mencuri-curi pandang ke arah Hera.

King semakin naik pitam, ia segera meninggalkan dokter Yuna dan menuju ke kamar Hera dan menutup ruangan itu dengan rapat, lalu kembali menemui dokter Leo yang tersenyum ke arah King.

"Tuan King, bagaimana keadaan nona Hera?" ujar dokter Leo.

" Ngapain lo nanya nanya istri gue hah! lo bosan hidup?" Dokter Leo seketika tertawa terbahak-bahak melihat tingkah King itu.

"Kok Anda masih disini dokter Leo, apakah Anda mau saya pecat?" King juga memiliki sebuah rumah sakit terkenal di Jakarta. Disanalah dokter Leo bekerja.

"Hehehe ampun tuan, baiklah saya akan kembali ke rumah sakit, tolong sampaikan salam saya kepada nona Hera," namun King berkata, "jangan songong lo Leo!" Mendengar itu, dokter Leo segera berlalu dari situ.

Hidangan untuk lunch telah tersedia diatas meja, saat ini King dan Hera sedang menikmati makan siang mereka, King menyodorkan beberapa macam lauk di atas piringnya, membuat piringnya penuh menggunung, ia bingung bagaimana cara menghabiskan semua hidangan ini, namun karena intimidasi dari King, ia harus menghabiskan semua makanan itu.

Pelan-pelan, Hera mencoba menghabiskan semua hidangan yang terisi dalam piringnya. Setelah selesai makan, King menyodorkan kembali vitamin yang harus diminum oleh Hera.

"Ini juga terakhir kalinya gue lihat lo sakit! gue nggak suka perempuan lemah dan penyakitan, apa lo mengerti?" King menatap tajam ke arah Hera.

"Ba..baik tuan." Ujarnya kaku. Juyan yang mendengar semua perkataan King, semakin yakin jika rencananya ini akan berhasil, apalagi dukungan dari dokter Leo yang berpura-pura menyukai Hera, dan ia juga harus memberi perhatian lebih kepada Hera untuk memancing reaksi King serta dokter Yuna yang berperan untuk menghasut King, jika Hera akan menjadi rebutan banyak pria-pria. Ketiga sahabat King, menginginkannya sembuh dari traumanya, mereka merasa kasihan melihat King yang berpura kuat di depan semua orang.

Setelah menempuh perjalanan hampir setengah jam, King dan Hera, memasuki sebuah butik terkenal, dibantu beberapa pegawai butik, Hera memilih dress yang ia suka dan beberapa pakaian santai lainnya.

Ia sangat kaget melihat harga satu dress mencapai jutaan rupiah. "Tu..tuan, Apakah tidak ada harga dress yang lebih murah harganya?" tanya Hera, karena total belanjaan Hera bernilai fantastis dan menurutnya itu suatu pemborosan.

"Mbak, semua pakaian di butik ini yang sudah di pegang oleh istri saya, bungkus semua," ujar King, sambil meletakkan kartu debit platinum miliknya di atas meja kasir.

"Lo itu, jangan malu-maluin gue, lo itu istri gue, gue nggak mau lo berpakaian kayak gelandangan!, Apa lo mengerti?" Seru King marah. Hera hanya mengangguk, hatinya merasa sedih, karena setiap perkataan King kepadanya sangatlah kasar dan menyakitkan. Namun Hera tidak bisa berbuat apa-apa.

Saat ini mereka sedang berada di dalam mobil menuju apartemen. Mulai hari ini, Hera akan tinggal bersama King di apartemennya. Tiba-tiba ponsel Hera bergetar, ia mengambil ponselnya di dalam tas, dan membukanya, ternyata ada pesan masuk dari Ewan yang mengatakan operasi ayah mereka berhasil, tinggal menunggu Ayah siuman dan dipindahkan ke ruang perawatan. Hera seketika menitikkan air matanya dan mengucap syukur kepada Tuhan atas pemulihan ayahnya yang berangsur-angsur membaik. King, melihat Hera menangis, ia menangis diam-diam. King merasa penasaran dari siapakah pesan yang masuk di hp istrinya itu. tiba-tiba timbul rasa cemburu di hatinya.

Mereka pun sampai di dalam apartemen, ada pengawal Juyan yang sudah terlebih dahulu berada di sana. King langsung menuju sofa dan memilih duduk selonjoran, sedangkan Hera yang kesulitan membawa hasil belanjaannya langsung dibantu oleh Juyan.

Hera ingin kembali ke lantai bawah, untuk mengambil kembali belanjaannya yang tertinggal, namun Juyan mencegatnya dan berkata sudah menyuruh sopir untuk mengambilnya. Juyan menyuruh Hera untuk duduk dan dengan segera menuju lemari es dan menyodorkan minuman ringan yang langsung di buka Juyan khusus untuknya.

King seketika menatap tajam ke arahnya, "eh maaf tuan bos.." Setelah berkata seperti itu ia juga segera menyodorkan minuman ringan kepada King.

Saat ini Juyan sedang memperkenalkan kepada Hera, setiap ruangan di apartemen King.

"Nona Hera, di apartemen ini, ada satu ruang tamu, satu ruang tv, satu ruang makan, ada dapur kecil, satu ruang laundry dan ada dua kamar, satu kamar utama adalah milik bos King, dan satu kamar tamu, dan di sinilah kamar untuk nona" Juyan segera membuka kamar tamu tersebut dan mempersilahkan Hera untuk masuk.

"Anda bisa menggunakan kamar ini langsung nona, tadi saya sudah menyuruh orang untuk membersihkannya," seru Juyan. "Tapi nona, kamar ini tidak ada kamar mandi di dalam kamar, nona bisa mandi di kamar mandi di dekat dapur," ujarnya lagi.

King yang resah karena Hera dan Juyan tidak keluar juga dari kamar tamu, tiba-tiba berteriak dari luar "woi, Ngapain lo berdua lama banget di dalam."