webnovel

tiga puluh

DALIH yang aku gunakan untuk tidak mengikuti upacara wisuda adalah bahwa aku harus menghadiri wawancara pada beberapa biro hukum. Wawancara yang menjanjikan, aku meyakinkan Bolie, tapi ia tahu bagaimana sebenarnya. Bolie tahu selama ini aku cuma mengetuk pintu kantor-kantor dan menaburkan resume ke seluruh penjuru kota.

Cuma Bolie yang peduli aku memakai topi dan toga serta ambil bagian dalam upacara itu. la kecewa mengetahui bahwa aku tidak akan hadir. Ibuku dan Curtis sedang berkemah di suatu tempat di Maine, menyaksikan dedaunan berubah jadi hijau. Aku bicara dengannya sekitar sebulan yang lalu, dan ia tidak tahu kapan aku akan lulus dari sekolah hukum.

Aku mendengar kalau upacara itu cukup membosankan, banyak pidato bertele-tele dari hakim-hakim tua yang mengimbau para wisudawan untuk mencintai hukum, memperlakukannya sebagai profesi terhormat, menghormatinya bagaikan istri yang pencemburu, membangun kembali citra yang sudah begitu ternoda oleh pendahulu kami. Ad nauseum. Aku lebih suka duduk-duduk di Yugo's, menyaksikan Prince bertaruh pacuan kambing.

Bolie akan hadir bersama keluarganya. Emily anak-anak. Orangtuanya, orangtua Emily, kakek-nenek, bibi-paman, sepupu. Klan Harold akan jadi telompok hebat. Akan ada banyak air mata dan foto. Ia adalah orang pertama dalam keluarga yang menyelesaikan college, dan fakta bahwa ia berhasil lulus sekolah hukum menimbulkan kebanggaan tak terkira. Aku merasa tergoda untuk bersembunyi di antara penonton, sehingga aku bisa melihat orangtuanya ketika ia menerima ijazah. Aku mungkin akan menangis bersama mereka.

Aku tidak tahu apakah keluarga Anya Joy Moretz akan hadir dalam pesta itu, tapi aku tak mau ambil risiko. Aku tidak tahan membayangkan akan melihatnya tersenyum di depan kamera bersama pacarnya, Tom Evans, yang memeluknya. la akan memakai jubah longgar, sehingga mustahil untuk tahu, apakah ia benar hamil atau tidak. Tapi aku pasti tetap menatap. Mencoba sekuat tenaga, sebab tak mungkin bagiku untuk bisa mengalihkan pandang dari perutnya.

Yang paling baik bagiku adalah dengan tidak menghadiri wisuda. Dua hari yang lalu, Altha Abigail mengungkapkan bahwa setiap lulusan lainnya sudah mendapatkan pekerjaan. Banyak yang menerima kurang daripada yang mereka inginkan. Sedikitnya lima belas orang turun ke jalan untuk buka usaha sendiri, membuka kantor kecil dan mengumumkan bahwa mereka siap menangani perkara. Mereka meminjam uang dari orangtua dan paman, menyewa ruangan sempit dengan mebel murahan. la punya angka statistik. la tahu ke mana setiap orang pergi. Tak mungkin aku duduk di sana dengan topi dan toga hitam bersama 120 teman kuliahku, semuanya tahu bahwa aku, Edward Cicero, adalah satu-satunya pecundang yang tersisa tanpa pekerjaan di kelas itu. Lebih baik aku pakai jubah merah jambu dengan topi neon.

Aku mengambil ijazahku kemarin. Upacara wisuda itu mulai pada pukul dua siang, dan tepat pada jam itu aku memasuki kantor penasihat hukum Jonathan Stone. Ini akan jadi pertunjukan ulangan, yang pertama bagiku. Aku sudah ke sini sebulan yang lalu, dengan lemas menyerahkan resume kepada resepsionis. Kunjungan kali ini lain. Sekarang aku punya rencana.

Aku sudah melakukan sedikit riset tentang biro hukum Stone, begitulah tempat itu biasanya dikenal. Karena Mr. Stone tidak percaya untuk berbagi kekayaan, ia adalah partner tunggal di situ. la punya dua belas pengacara yang bekerja untuknya, tujuh orang dikenal sebagai trial associate, dan lima lainnya adalah associate muda, menangani segala macam pekerjaan. Tujuh trial associate itu adalah advokat pengadilan yang terampil. Masing-masing punya seorang sekretaris, seorang paralegal, dan si paralegal bahkan punya satu sekretaris. Ini dikenal sebagai trial unit. Setiap trial unit bekerja secara otonom, lepas dari yang lain, dengan Jonathan Stone sekali sekali ikut memberikan masukan. la menerima kasus kasus yang ia inginkan, biasanya kasus-kasus dengan potensi besar untuk menghasilkan vonis besar. La suka menggugat ahli obstetri dalam perkara kesalahan penanganan bayi, dan akhir-akhir ini mendapatkan banyak uang dalam litigasi asbes.

Setiap trial associate menangani sendiri stafnya, bisa mempekerjakan dan memecat, juga bertanggung jawab untuk mendapatkan kasus-kasus baru. Aku dengar kalau hampir delapan puluh persen bisnis biro hukum ini adalah pindahan dari pengacara-pengacara lain, pengacara picisan dan real estate yang kadang-kadang terantuk pada klien korban kecelakaan. Pendapatan seorang trial associate ditentukan oleh bes berapa faktor, termasuk berapa banyak bisnis baru yang ia dapatkan.

Robin Gibson adalah bintang muda yang sedang menanjak dalam biro hukum ini, trial associate yang baru saja diangkat dan berhasil menuntut seorang dokter di Mississippi sebanyak dua juta dolar Natal lalu. la berumur 34 tahun, cerai, hidup di kantor, studi ilmu hukum di Southaven Law School. Aku sudah mendapatkan informasi tentang dirinya. la juga memasang iklan mencari seorang paralegal. Aku melihatnya di Berita Harian. Kalau aku tak bisa mulai sebagai pengacara, apa salahnya jadi para legal? Itu akan jadi kisah hebat kelak, sesudah aku sukses dan punya biro hukum besar sendiri; Edward muda tak bisa mendapatkan pekerjaan, jadi ia mulai bekerja di dalam ruang surat di kantor Jonathan Stone. Sekarang lihatlah dia.

Aku janji bertemu dengan Gibson. pukul dua. Sang resepsionis menyambutku dengan heran, tapi akhirnya membiarkanku. Aku sangsi ia mengenaliku dari kunjungan pertamaku. Sudah seribu orang datang dan pergi sejak saat itu. Aku bersembunyi di balik majalah di sebuah sofa kulit, mengagumi karpet Persia dan lantai dari kayu keras serta balok tiga puluh sentimeter di atasnya. Kantor-kantor ini terletak di sebuah gudang tua dekat distrik medis Southaven. Menurut laporan, Jonathan Stone menghabiskan tiga juta dolar untuk merenovasi dan mendekorasi monumen ini untuk diri sendiri. Aku sudah pernah melihatnya terpampang pada dua majalah yang berlainan.

Sesudah beberapa menit, aku diantar seorang sekretaris melewati labirin serambi dan jalan menuju sebuah kantor di lantai atas. Di bawahnya ada perpustakaan terbuka tanpa dinding atau pembatas, hanya berderet-deret buku. Seorang mahasiswa duduk di depan meja panjang dengan buku-buku risalah bertumpukan di sekitarnya, tenggelam dalam banjir teori vang bertentangan,

Kantor Gibson berbentuk memanjang dan sempit, dengan dinding-dinding bata dan lantai berkeriat keriut. Ruangan itu dihiasi barang-barang antik dan aksesoris. Kami berjabatan tangan dan mengambil tempat duduk masing-masing. Ia bertubuh ramping dan fit. Aku ingat pernah melihat di majalah, foto ruang olahraga yang dibangun Mr. Stone untuk biro hukumnya. Di sana juga ada sauna dan ruang mandi uap.

Gibson sedang sibuk, tak diragukan ia harus rapat menyusun strategi dengan trial unitnya, bersiap menghadapi kasus besar. Teleponnya ditempatkan sedemikian rupa, sehingga aku bisa melihat lampu-lampunya berkedip-kedip ramai. Tangannya tenang, tapi ia tak tahan juga untuk tidak melihat jam tangan.