webnovel

sembilan belas

Maka ia perlahan-lahan memutar cangkir kopinya dan merenungkan semua ini sambil menatap meja. "Tak seorang pun benar-benar tahu tentang ini," katanya dengan lembut, gigi palsunya berbunyi satu-dua kali. "Setidaknya tak seorang pun di Southaven."

"Mengapa tidak?" aku bertanya, agak agak terlalu bersemangat.

"Anak-anakku tidak tahu tentang ini.

"Uang itu?" aku bertanya heran.

"Oh, mereka tahu sebagian. Yugo bekerja dan kami banyak menabung. Ketika meninggal sekitar sebelas tahun yang lalu, dia mewariskan hampir seratus ribu dolar dalam tabungan. Anak-anakku, dan terutama istri mereka, yakin sekarang nilainya sudah lima kali. Tapi mereka tidak tahu tentang Savannah. Ah ya, mau aku ambilkan kopi lagi?" la sudah berdiri.

"Tentu." la membawa cangkirku ke counter, kemudian memasukkan sekitar setengah sendok teh kopi, air hangat, lalu kembali ke meja. Aku mengaduknya seolah-olah hendak menikmati cappuccino.

Mata kami bertemu, dan aku menunjukkan simpati. "Begini, Miss Streep. Kalau ini terlalu menyedihkan, mungkin kita bisa melewatinya. Anda tahu, ceritakan saja yang penting."

"Itu suatu keberuntungan. Mengapa mesti menyedihkan?"

Nah, tepat seperti itulah yang sedang kupikirkan, "Baiklah. Ceritakan saja, secara umum, bagaimana uang itu diinvestasikan. Saya terutama tertarik pada real estate." Ini benar. Uang tunai dan investasi cair lain pada umumnya dicairkan lebih dulu untuk membayar pajak. Sementara real estate dimanfaatkan sebagai perlindungan terakhir. Jadi, pertanyaanku bukan sekadar didasari rasa ingin tahu belaka.

"Aku tak pernah bercerita tentang uang ini pada siapa pun," katanya, masih dengan suara sangat pelan.

"Tapi kemarin Anda bilang kalau Anda membicarakannya dengan Ivan Stefanus."

la terdiam lama sambil memutar-mutar cangkirnya di atas formika. "Ya, kurasa aku cerita padanya. Tapi aku merasa tidak yakin kalau aku sudah mengatakan semuanya. Mungkin aku berbohong sedikit. Dan sudah pasti tidak kuceritakan dari mana asal uang itu."

"Oke. Kalau gitu dari manakah asalnya?"

"Suamiku yang kedua."

"Suami kedua Anda?"

"Yeah, Hary."

"Yugo dan Hary?"

"Yeah. Sekitar dua tahun sesudah Yugo meninggal, aku menikah dengan Hary. Dia dari Savannah, kebetulan melewati Southaven ketika kami bertemu. Kami hidup bersama putus-sambung selama lima tahun, terus-menerus, kerap ribut, lalu dia pergi dan pulang. Dia adalah seorang pecundang yang mengincar uangku."

"Saya bingung. Saya pikir tadi Anda mengatakan uang itu dari Hary."

"Ya, memang begitu, tapi dia tidak tahu. Ceritanya panjang. Ada sejumlah warisan dan berbagai hal yang Hary dan aku tidak ketahui. Dia punya kakak yang kaya tapi gila, seluruh keluarganya memang gila, sungguh, dan tepat sebelum Hary meninggal, dia menerima warisan besar dari kakaknya yang gila ini. Maksudku, dua hari sebelum Hary meninggal, kakaknya meninggal di Mexico. Hary meninggal tanpa surat wasiat, tanpa apa pun kecuali seorang istri. Aku. Jadi, mereka menghubungiku dari Savannah, biro hukum besar itu, dan mengatakan padaku bahwa aku, menurut undang-undang Georgia, sekarang punya banyak uang."

"Berapa banyak?"

"Jauh lebih banyak daripada yang diwariskan Yugo. Omong-omong, aku tak pernah menceritakan hal ini pada siapa pun. Sampai sekarang ini. Kau tidak akan cerita bukan, Edward?"

"Miss Streep, sebagai pengacara Anda, saya tidak bisa cerita. Saya disumpah untuk diam. perjanjian antara pengacara-klien."

"Sungguh menyenangkan."

"Mengapa Anda tidak menceritakan uang itu pada pengacara terakhir Anda?" aku bertanya.

"Oh, dia. Aku tidak begitu mempercayainya. Aku hanya mengatakan jumlah yang harus dibagikan, tap aku tidak benar-benar menyebutkan jumlah keseluruhannya. Ketika sadar aku punya banyak uang, aku ingin mencantumkan namanya dalam surat wasiat itu."

"Tapi Anda tidak pernah menceritakan segalanya?"

"Tidak."

"Anda tidak mengatakan berapa jumlahnya?"

"Tidak."

Kalau aku menghitung dengan benar, surat wasiatnya yang lama mewariskan sedikitnya 20 juta dolar. Jadi, pengacara itu sedikitnya tahu sejumlah itu sejak ia menyiapkan surat wasiat tersebut. Pertanyaan yan sederhana sekarang adalah: berapa banyak yang dimiliki oleh perempuan kecil ini?

"Apakah Anda akan mengatakan pada saya berapa jumlahnya?"

"Mungkin besok, Edward. Mungkin besok."

Kami meninggalkan dapur dan menuju teras belakang. la punya pancuran air baru di samping semak mawar yang ingin ia perlihatkan padaku. Aku mengamatinya dengan penuh perhatian. Sudah jelas bagiku sekarang. Miss Streep adalah perempuan tua yang kaya raya, tapi ia tak mau siapa pun tahu dirinya yang sebenarnya, terutama keluarganya. la selalu hidup berkecukupan, dan sekarang tidak menimbulkan kecurigaan sebagai janda delapan puluh tahun yang hidup dari uang tabungan yang lebih dari memadai.

Kami duduk di bangku besi hias dan meneguk kopi dingin dalam kegelapan, sampai akhirnya bisa mengumpulkan cukup alasan untuk meloloskan diri dari sana.

Untuk menunjang gaya hidupku yang mewah, selama tiga tahun terakhir ini aku bekerja sebagai bartender dan pelayan di Yugo's, sebuah tempat berkumpul mahasiswa, tak seberapa jauh dari kampus, terkenal dengan onionburger-nya yang lezat dan bir hijaunya. Tempat itu gaduh. Saat tiba waktunya jam makan siang sampai tutup merupakan happy hour berkepanjangan. Satu pitcher bir ringan berharga satu dolar pada Monday Night Football dan dua dolar pada hari-hari lain.

Tempat itu dimiliki oleh Prince Yugo, seorang jagoan dengan rambut buntut kuda dan tubuh kekar serta ego yang lebih besar lagi. Prince adalah salah satu tokoh kota itu, wiraswastawan sejati yang menyukai fotonya terpampang di koran dan wajahnya muncul di berita malam televisi. la menyelenggarakan pub crawl dan kontes T-shirt basah. la mengajukan petisi agar pemerintah daerah mengizinkan tempat minum seperti miliknya buka sepanjang malam. Kota itu sebaliknya memperkarakannya karena berbagai macam dosa. Tapi ia menyukainya. Sebut saja kejahatannya, dan ia akan mengumpulkan satu kelompok dan berusaha mengesahkannya.

Prince mengelola Yugo's dengan santai. Kami, para pegawai, mengatur jam kerja sendiri, menyimpan tip sendiri, mengurus pekerjaan tanpa banyak perintah. Pekerjaan itu memang tidak rumit. Sediakan cukup bir di depan dan cukup daging sapi di dapur, maka tempat itu akan terkelola dengan ketepatan mengagumkan. Prince lebih suka mengurus bagian depan. la suka menyapa tamu-tamu cantik dan menunjukkan tempat duduk mereka. la akan main mata dengan mereka dan secara garis besar memperolok diri sendiri. la suka duduk di meja dekat layar lebar televisi dan memasang taruhan pada pertandingan yang sedang berlangsung. Ia laki-laki bertubuh besar dengan lengan kekar, dan kadang-kadang suka terlibat perkelahian.

Ada sisi yang lebih gelap pada diri Prince. la didesas-desuskan terlibat dalam bisnis pornografi. Klub-klub topless merupakan industri yang sedang meledak di kota ini, dan orang-orang yang diduga keras sebagai partnernya punya catatan kejahatan. Itu pernah ditulis di koran. Dua kali ia pernah diajukan ke pengadilan karena perjudian, jadi bandar, tapi kedua dewan juri tak bisa mencapai kata sepakat dalam memberikan vonis. Sesudah tiga tahun bekerja untuknya, aku yakin akan dua hal: Pertama, Prince mengutip sebagian uang tunai dari Yugo's. Kuperkirakan jumlahnya paling sedikit dua ribu dolar seminggu, seratus ribu setahun. Kedua, Prince menggunakan Yugo's sebagai kedok untuk menutupi kerajaan kecilnya yang kotor. la mencuci uang melalui tempat itu, dan tiap tahun melaporkan kerugian untuk menghindari pajak. la punya kantor di bawah, sebuah ruangan tertutup tanpa jendela, tempat ia rapat dengan rekan-rekannya.