webnovel

The Great God's Eternal Love To Empress

Ketika lahir dirinya dikucilkan dan dihina para bangsawan ibukota serta keluarga nya ... Desas-desus merebak semakin gila menghantam mental ringkihnya ... "Kemari istri ku ... ayo biarkan mereka menyesal ... jika kau ingin injak dunia lakukan lah"ucap seorang pria berjubah hitam misterius merentangkan tangan giok agungnya. Hingga segala hal menjadi lebih rumit ....

Pinku_Auntumn · Fantasy
Not enough ratings
51 Chs

Chapter 32

Keesokkan harinya, Yu Xe mendapatkan berita tentang ibunya dari surat yang diberi seorang pelayan kepercayaan ibunya hanya diam saja.

"Jika aku tak punya dukungan kuat bukankah aku akan disisihkan dan menjadi wangfei yanh ditinggalkan apalagi sekarang aku belum memberi keturunan untuk pangeran"pikir Yu Xe cemas.

Ia tak memikirkan keadaan ibunya sendiri dan hanya memikirkan keadaan dirinya sendiri bahkan saat pemakaman adik lelakinya ia hanya datang sebentar dan kemudian mengundurkan diri karena tak enak badan.

Disatu sisi pangeran Li Bai marah besar didalam ruang kerjanya, buku-buku dan lembaran-lembaran berharga yang ia tangani berserakan dimana-mana.

"Aaarrrggghhhhh bodohh kenapa bisa seperti iniii !!! Kenapa aku harus menikahi wanita tak bergunaa tanpa dukungan !!!!....."desisnya gila.

"Cepat bawa para wanita yang biasa melayani ku"ucap pangeran Li Bai pada pengawalnya.

"Baik yang mulia"ucap pengawal itu dan langsung bergegas dengan tergesah-gesah.

Tak berapa lama kemudian pengawal itu datang lagi dan membisikkan sesuatu ditelinga pangeran Li Bai.

"Aaahhh para gadis ku tercinta... kalian sangat nakal ternyata"desisnya bahagia dan mulai berjalan dengan santai menuju kearah selatan paviliunnya.

Ditengah jalan pangeran Li Bai bertemu dengan Yu Xe.

"Hormat wangfei ini pada yang mulia"ucap Yu Xe lembut hari ini dirinya berencana menyenangkan hati pangeran Li Bai.

Merasakan tak ada respon dari suaminya , Yu Xe mendongak melihat tampang datar yang tak pernah diperlihatkan Li Bai padanya. Jantungnya mulai berdetak kencang tak nyaman.

"Istirahatlah di paviliunmu .... aku ada sebuah urusan mendesak...."ucap Pangeran Li Bai dan langsung melenggang pergi.

Yu Xe menyipitkan mata melihat arah suaminya yang menuju kearah paviliun bagian selatan , di hati Yu Xe ada rasa samar dan sangat tak nyaman di hatinya.

"Bukankah itu paviliun yang tak boleh kudatangi ???... apa isi dalam paviliun itu"pikir Yu Xe penasaran tapi ia abaikan mungkin saja pangeran Li Bai punya kebutuhan mendesak dengan para menteri disana.

***

So Ah yang sudah mendengar berita tentang keluarganya hanya diam menatap kosong pemandangan diluar paviliun dan karena berita itu kepulangan dirinya dan Qi Rui Wang diundur satu hari lagi.

Kenapa hatinya tak merasakan apapun mendengar berita ini ??...

Yang membuat hatinya sedih adalah dengan kematian mama wei yang sangat ia sayangi.

Tatapan So Ah tak sengaja melihat kearah taman dan disana ia melihat pelayan muda yang masih tetap saja memakai pakaian tak senonoh.

"Mama ...."panggil so ah ringan sembari menggoyangkan sebuah tali yang tersambung dengan lonceng kecil di luar ruangan.

"Ya Wangfei .... apakah wangfei membutuhkan sesuatu ...?"tanya mama Luo sopan.

"Mama kenapa dirimu tak menegur dayang muda itu ?... akan bahaya jika salah seorang pengawal tergoda olehnya"ucap So Ah yang entah kenapa sedikit tidak enak hati melihat pemandangan itu.

"Maafkan hamba wangfei hanya saja dayang-dayang yang ditugaskan disini bukan milik kediaman Qi Rui kita"jawab mama Luo bijak.

"Tapi sekarang jika anda merasa terganggu saya akan memberikan hukuman untuk mereka"Lanjut mama Luo.

"Tak perlu mama .... biarkan saja konsekuensi apa yang ia lakukan biar dayang muda itu tuai sendiri"kata So Ah yang menatap penuh minat pada dayang muda itu.

"Mama bisakah nanti sore kosongkan dapur untukku ?"tanya So Ah.

Entah kenapa terlintas di pikiran so ah wajah suaminya dan ia ingin membuatkan suaminya itu sebuah kudapan, mungkin dirinya akan senang.

So Ah dengan anggun berjalan menuju dapur kediaman peristirahatan , melihat peralatan dapur yang lengkap dirinya sangat bahagia dan langsung menenggelamkan dirinya dalam dapur.

Tubuhnya yang ramping semampai bergerak gesit kesana kemari meracik bumbu-bumbu.

Xuan yang baru saja pulang dari istana kekaisaran Li merasakan bahwa keberadaan wanitanya tidak ada di kamar mengedarkan pandangannya.

"Wangye ada yang anda perintahkan ???"tanya Chui sopan.

"Dimana wangfei ???"tanya balik xuan.

"Wangfei ?... saya akan memanggil mama Luo"jawab chui bergegas mencari mama Luo.

Chui yang tergesah-gesah mencari mama Luo dikagetkan ketika melihat mama Luo yang berdiri di luar pintu dapur.

"Mama, dimana wangfei ??"tanya Chui tergesah-gesah.

"Wangfei ada di .... salam hormat kepada wangye"ucap Mama Luo terpotong dengan keberadaan Xuan.

Mama Luo melihat untuk pertama kalinya wangye berjalan kearah dapur dan mereka lebih kaget ketika diperintahkan untuk pergi dari area dapur.

Xuan bersandar di dinding melihat bahu mungil ringkih wanita itu bergerak kesana-kemari. Wajah lembutnya yang bersinar cerah ketika memasak masakan itu tanpa menyadari ada sosok yang memperhatikkannya dalam diam.

So Ah yang merasakan tatapan intens dari belakang punggungnya dalam waktu lama sedikit tidak nyaman masih memegang mangkuk berisi sup panas dirinya perlahan membalikkan badan dan kaget melihat xuan yang bersender di pintu masuk dapur karena kaget secara tak sengaja kedua tangan yang memegang sup panas sedikit tidak stabil dan jatuh.

So Ah menutup mata ketakutan berfikir bahwa dirinya akan merasakan kesakitan karena terkena pecahan mangkuk dan siraman sup panas tapi tak mendengar pecahan mangkuk atau siraman sup panas melainkan dekapan hangat seseorang, so ah langsung membuka kedua matanya melihat tangan kiri xuan yang memegang mangkuk itu sedangkan tangan kanan xuan meraih pinggang rampingnya.

"Xuan maafkan aku .... ahh ti..tidak itu itu sup panas .... tangan mu akan melepuh xuan"ucap so ah khawatir dan berusaha melepaskan dirinya dari pelukan suaminya demi mengambil sup panas itu.

"Tidak perlu ...."ucap Xuan datar dan langsung menaruh mangkuk sup itu dimeja samping mereka.

Entah kenapa ketika mendengar bibir mungil merah muda yang mengucapkan namanya dengan khawatir, xuan puas mendengar wanita ini memanggil namanya apalagi suara yang sejuk bergemerincing itu membuatnya ketagihan tanpa ia sadari dirinya sendiri mulai mengeratkan pelukannya, lebih erat pada tubuh mungil ini.

"Apakah kau sudah selesai ?"tanya Xuan.

"Ya aku sudah selesai memasak xuan hanya tinggal kue bulan saja yang belum ku angkat"kata So Ah gagap.

"Maafkan aku ...."ucap So Ah lagim

"Kenapa ?"tanya Xuan santai.

"Aku aku tidak memanggil mu wangye"jawab so ah takut-takut karena posisinya yang membelakangi xuan, so ah tak tau bagaimana ekspresi pria yang sudah menjadi suaminya ini. Kadang so ah berfikir pria dibelakangnya ini berbahaya bukan seperti pria yang biasa menemuinya bahkan so ah bisa merasakan bahwa jiwa mereka berbeda tapi dirinya hanya diam mengabaikan karena mungkin itu hanya firasatnya.

Kekehan terdengar dari belakangnya, suara berat lelaki yang menggoda terdengar tepat di sebelah telinga kirinya dan itu sukses membuat bulu kuduk so ah merinding geli.

"Tetapkan nama itu untukku"kata Xuan tegas kemudian dirinya membawa soah menuju keruang makan dalam kediaman peristirahatan itu dan untuk pertama kalinya ruang makan itu digunakan.

"Mama, panggil para pelayan untuk membawa makanan kemari"perintah Xuan datar sambil melirik Chui ia berkedip memberi isyarat mata.

"Baik wangye"ucap mama Luo dan langsung mengundurkan diri.

Isyarat mata dari Wangye dipahami oleh chui dan dirinya langsung mengikuti mama Luo menuju dapur.

Disatu sisi, Tong Er merasa senang karena wangye menugaskan mereka melayani di ruang makan dengan tergesah-gesah memakai baju yang Ia rasa terbaik bahkan dirinya dengan gila memakai bibir merah merona di bibirnya bukan hanya Tong Er yang bersikap seperti itu tapi para dayang muda itu juga merona merah bahagia punya kesempatan melihat dan melayani Qi Rui Wang.

Ketika mereka datang kedapur, aroma makanan lezat merebak memasuki indra penciuman para dayang muda.

"Salam kepada dayang senior"ucap serentak para dayang muda yang berjumlah enam orang dayang muda.

"Kalian bawa makanan ini ke ruang makan dan sajikan dengan sopan... jika ada yang berani mencuri pandang akan kucongkel mata kalian"perintah mama Luo tegas.

Mata jeli mama Luo melihat satu dayang muda yang paling mencolok dandanannya tapi ia hanya membiarkan saja karena dirinya tau seperti apa prilaku wangye jadi dirinya hanya tenang dan acuh tak acuh.

Tong Er yang merasakan tatapan meneliti dari dayang senior menjadi berkeringat dingin dan langsung cepat-cepat mengambil kue bulan yang terlihat sangat indah itu dan mengikuti para dayang yang lain.