Soliter.
Kata tersebut selalu tertanam dalam otak seorang wanita berparas cantik bermata biru nan karismatik yang sedang menyeruput teh hijau dalam cangkir yang ia pegang sembari memandang langit malam. Genap 59 tahun ia hidup di dunia dengan mengasingkan diri dari keluarganya. Jika kau bertanya apakah ia seorang wanita tua karena umurnya yang sudah melewati setengah abad, kau salah besar. Parasnya masih terlihat muda seperti wanita yang baru saja memasuki usia kepala dua. Aura dingin menyelimuti eksistensinya. Lensa matanya yang sebiru samudra memancarkan kesendirian abadi. Cincin perak berukir bulan sabit ia tautkan di jari kelingkingnya.
Prang. Kaca jendela nan bening dari griya tawang yang ia tinggali kini pecah berkeping-keping. Pecahan itu terlempar ke segala sudut griya tawangnya. Pipi wanita itu tergores kepingan kaca yang terlempar kuat hingga mengeluarkan darah berwarna merah dan perak secara bersamaan. Ia nampak tidak terkejut sama sekali akan apa yang baru saja terjadi pada tempat tinggalnya. Ia dengan santai membasahi jari telunjuknya dengan salivanya, kemudian ia tempelkan jari telunjuknya itu ke pipinya yang tergores. Luka itu kian menutup dengan ajaibnya.
"Xu Rui Qi." Wanita itu berdiri dari duduknya sembari meletakkan cangkir teh yang semula ia pegang, "Kau lagi-lagi membuat kekacauan di kediamanku. Aku sedang lelah, kau tahu?"
Wanita itu memejamkan matanya, ia menarik napas dalam. Seketika, pecahan kaca di sekitarnya bergerak seakan terseret kekuatan magnetik. Pecahan kaca itu secara serentak membariskan diri ditempat ia berada semula, menyatu kembali menjadi sebuah jendela griya tawang yang tidak pernah pecah sebelumnya. Wanita itu membuka matanya setelah mengira apa yang ia lakukan telah selesai. Ia berjalan ke arah sakelar dan menyalakan lampu mengingat gelapnya griya tawang ini tanpa satu cahaya lampu sekalipun dari dalamnya.
"Maafkan aku wahai kawan. Aku masih belum bisa mengendalikan kekuatanku seperti semula akibat ramuan nektar palsu dari wanita tua sialan itu." Wanita bersurai biru bercampur blonde yang dipanggil dengan nama Xu Rui Qi itu lantas membantingkan dirinya ke sofa. Namun, ia membuat sofa yang didudukinya itu hancur berkeping-keping.
"Kau gila Xu Rui Qi. Aku bilang kau harus lebih berhati-hati dengan kekuatanmu. Kau mau aku padamkan kekuatanmu itu?" Ancam sang wanita bermata sebiru samudra pada Xu Rui Qi.
"Kang Ryu. Nyonya Argyros. Tolonglah ampuni kawanmu ini." Xu Rui Qi dengan segera memperbaiki kekacauan yang telah ia buat.
"Sudah aku katakan berkali-kali padamu, jangan sembarangan memanggilku Argyros. Kau mau aku diburu oleh seluruh klan harimau dan menjemput kematianku?" Wanita dingin yang bernama Kang Ryu itu kembali kepada kegiatannya menyeruput teh hijau.
"Bukan maksudku seperti itu. Lagipula, aku sudah 30 tahun ikut denganmu, namun, kabar tentangmu belum pernah tersebar ke satu harimau atau makhluk lain pun. Kau tahu artinya apa?"
"Apa?"
"Artinya aku ini pandai menjaga rahasia."
"Dasar leukos yang terlalu percaya diri." Kang Ryu melempari Xu Rui Qi dengan sebuah perkamen yang tergulung. Xu Rui Qi yang belum bersiap untuk menangkap terkena lemparan perkamen itu tepat diwajahnya, tapi ia hanya meringis kesakitan tak berani protes pada kawannya itu mengingat kekuatan kawannya yang memiliki morphe argyros jauh diatas harimau rata-rata, termasuk dirinya yang merupakan morphe leukos. "Tugasmu untuk menjaga anak manusia sudah keluar. Entah mengapa para tetua harimau dari klanmu itu mengirimnya kesini, padahal ini kediamanku. Atau memang kau yang memberitahukan bahwa ini kediamanmu?" Kang Ryu menaikkan alisnya.
"Iya. Kau yang menyuruhku untuk menganggap griya tawangmu ini sebagai rumahku sendiri." Xu Rui Qi tersenyum canggung sembari menggaruk tengkuknya. Tampak kekhawatiran dimatanya kalau kalau kawannya ini akan melemparnya ke gunung api di wilayah boreas dimana dewa hades membuka pintu tartarusnya lebar-lebar.
"Terserah padamu saja, asalkan identitasku sebagai Argyros tidak terbongkar, aku tidak akan pernah mempermasalahkannya." Kang Ryu kembali menyeruput teh hijaunya pada tetes terakhir.
"Tapi Ryu. Penyamaranmu sebagai leukos harus segera kau lengkapi. Kau tahu sendiri bahwa seorang leukos setidaknya akan diamanahkan sekali dalam seumur hidupnya untuk melindungi seorang anak manusia hingga manusia itu menjemput ajal. Kau harus berpura-pura Ryu. Kita tidak bisa pungkiri bahwa semakin kesini, harimau selain morphe leukos yang sedang menjalani tugas sudah banyak yang terjun ke dunia manusia." Xu Rui Qi mengguncang tangan kawannya itu karena khawatir.
"Aku akan segera mencari anak manusia yang pantas untuk aku jaga. Kau tak perlu khawatir." Kang Ryu menggibaskan tangannya di udara dengan acuh.
"Atau cara lainnya adalah… kau berganti menyamar sebagai anomalos saja." Xu Rui Qi terkekeh kecil, entah kenapa membayangkan kawannya ini akan bersikap lemah lembut layaknya seorang anomalos membuatnya geli.
"Kau gila? Bagaimana bisa seorang dengan perangai argyros yang kuat sepertiku berpindah menjadi anomalos yang lemah." Kang Ryu berucap dengan angkuhnya. "Sudahlah, buka perkamenmu, apa yang tertulis disana." Xu Rui Qi mengangguk untuk menanggapi kalimat Kang Ryu dan segera membuka perkamen yang ia terima bersama.
Seiring dibukanya gulungan perkamen itu, torehan tinta hitam bermunculan satu persatu dengan mengeluarkan asap putih setelah tulisan itu terbentuk. Huruf-huruf tertulis satu persatu dengan aksara Yunani kuno yang tentunya membuat harimau modern seperti mereka berdua mengerutkan dahi. Huruf-huruf kotak berbahasa Yunani kuno tentunya tidak bisa mereka baca sama sekali karena keterbatasan kemampuan baca tulis aksara Yunani kuno. Wajar jika Kang Ryu tidak bisa membacanya, karena seumur hidupnya hanya ia habiskan di dunia manusia, ia tidak pernah mendapatkan pendidikan di wilayah kekuasaan para harimau baik di wilayah boreas maupun notus. Sedangkan Xu Rui Qi, ia ini sering meninggalkan kelas dan memilih pergi menemani kawannya Kang Ryu di dunia manusia daripada duduk manis mendengarkan pendidikan dasar yang harus dimiliki seorang harimau pada umumnya.
"Tamatlah sudah riwayatku. Aku tidak bisa membacanya. Begitu pula kau." Xu Rui Qi mengusap wajahnya dengan perkaman itu. "Sepertinya aku harus kembali ke wilayah notus tempat keluargaku tinggal dan menanyakan tentang isi perkamen ini. Baru aku bisa kembali lagi kemari." Ia menghela napas panjang. "Padahal aku baru kembali dua hari yang lalu. Sialnya."
"Pergilah Rui Qi." Kang Ryu menepuk pundak Xu Rui Qi.
"Baiklah. Aku akan pergi sekarang. Sampai jumpa Ryu." Sebelum Kang Ryu mengatakan satu hal pada Xu Rui Qi, sang harimau putih itu telah menghilang dari hadapan Kang Ryu dengan lagi-lagi meninggalkan kekacauan pada griya tawangnya, Xu Rui Qi kembali memecahkan kaca saat ia keluar dari kediaman Kang Ryu.
"Xu Rui Qi, jika kau kembali aku akan mematahkan lehermu." Gumam Kang Ryu sembari mengepalkan tangannya karena kesal dengan perbuatan kawannya yang gila itu.
"Kang Ryu." Sebuah suara lembut seorang remaja wanita memecah keheningan griya tawang Kang Ryu dan mengalihkan fokusnya. Remaja itu kira-kira berwujud seperti berusia 14 tahun, mengenakan gaun putih dengan kelip keperakan, dikepalanya bertanggar mahkota daun berbahan dasar perak yang didapatkan dari ledakan bintang purba. Dalam wujud remaja, wibawanya tetap terpancar kuat mengintimidasi sekitar.
"Dewi Artemis." Kang Ryu sang harimau perak itu sedikit terkejut akan kedatangan sang dewi ke kediamannya. Kang Ryu langsung membungkukkan diri untuk memberi salam pada dewi yang tengah berwujud sebagai anak remaja tersebut.
'Mengapa dewi yang satu ini selalu memilih wujud seperti anak kecil? Ini sangat canggung untukku' Kang Ryu sedikit protes dalam hatinya.
"Ryu. Kau tidak nyaman dengan wujudku yang seperti ini? Baiklah." Sang dewi mengubah wujudnya menjadi wanita berusia empat puluh tahunan. "Kalau seperti ini bagaimana?" Kang Ryu hanya mengangguk untuk menanggapi sang dewi bulan itu.
"Ryu. Aku kemari untuk menagih tugasmu. Apakah kau sudah berhasil memburu srigala maut yang mengganggu dunia manusia itu?" Sang dewi yang semula melayang kini menapakkan diri di lantai kediaman Kang Ryu. Kang Ryu menggeleng menjawab pertanyaan sang dewi.
Sepuluh tahun terakhir Kang Ryu memutuskan untuk mengabdi pada Dewi Artemis sang dewi bulan. Ia mengenakan cincin perak berbentuk bulan sabit di jari kelingking kanannya sebagai tanda pengikut Artemis. Ia melakukannya dengan maksud untuk mendapatkan bantuan dari sang dewi akan identitasnya sebagai argyros, harimau perak yang tidak diinginkan kehadirannya. Ia ingin sang dewi bisa melindungi dirinya dari kejaran klan jika ia ketahuan dan sedikit berharap bahwa sang dewi bisa mengubah morphe-nya menjadi leukos saja. Ia tidak pernah meminta untuk dilahirkan sebagai harimau perak langka nan berbahaya alias argyros.
"Kau masih berpikiran seperti itu Ryu? Aku sudah katakan padamu, walaupun aku seorang dewi, aku tidak bisa dengan seenaknya merubah takdir yang telah tergores untukmu. Aku tahu semua yang akan terjadi, tapi aku hanya bisa berdiam dan melihat apa yang terjadi. Aku hanya bisa membantumu dengan ini." Seakan bisa membaca pikiran Kang Ryu, yang jelas mudah saja bagi Dewi Artemis, ia melemparkan perkamen yang mirip dengan perkamen milik Xu Rui Qi pada Kang Ryu. Dengan sigapnya Kang Ryu menangkap perkamen tersebut dan membukanya. Tepat persis seperti kejadian saat ia membuka perkamen bersama Xu Rui Qi tadi, tulisannya pun berbahasa Yunani Kuno.
"Dewi Artemis. Anda tahu kan bahwa aku tidak bisa membacanya. Apa ini?"
"Itu surat tugas yang biasa leukos dapatkan untuk menjaga anak manusia. Kau mendapatkannya sekarang, walaupun itu bukan dari Apollo langsung. Tetapi aku mengambilnya satu dari sekian banyaknya gulungan perkamen yang kembaranku itu simpan." Kang Ryu sampai melupakan bahwa Artemis sang dewi bulan ini merupakan kembaran Apollo sang dewa matahari. Dikala Artemis diamanahkan untuk menjaga klan srigala, Apollo mendapatkan tugas untuk mengurus klan harimau. Namun, Kang Ryu yang seorang harimau malah turut menjadi pengikut Artemis bukannya Apollo.
"Aku tahu ini surat tugas. Tapi aku tidak bisa membacanya wahai dewi bulan nan tidak peka." Kang Ryu berkata dengan sinis tanpa takut pada sang dewi. Artemis hanya tersenyum, kemudian ia menunjuk perkamen tersebut dengan jari telunjukknya. Seketika huruf-huruf yang semula beraksara Yunani kuno bertransformasi menjadi huruf-huruf latin yang bisa dibaca berbahasa inggris.
---------------------------------------------------------------------------------------------
Jeon Wonwoo
Usia manusia: 32 Tahun
Lahir: 12 September saat Apollo membawa kereta mataharinya mengintari setengah bumi.
Mati: 22 Agustus tahun depan saat Artemis melayangkan panahnya ke gunung himalaya.
---------------------------------------------------------------------------------------------
"Apakah ini adalah anak manusia yang harus aku jaga dewi? Ia sebentar lagi mati." Kang Ryu berujar santai. "Terimakasih karena kau memilihkan manusia yang sebentar lagi mati untukku sehingga aku tidak perlu berlama-lama menjadi penjaganya." Kang Ryu tersenyum kecil. "Jeon Wonwoo."
"Ada satu lagi yang akan aku berikan padamu." Artemis memberikan botol kaca kecil yang berisi cairan perak bercampur putih. Botol itu disumbat dengan kayu oak agar cairannya tidak keluar. Kang Ryu menerimanya lalu memperhatikan cairan itu dengan heran, apalagi yang sang dewi berikan padanya. "Itu akan membantumu menyamarkan aura argyrosmu. Belakangan ini sudah banyak makhluk kuno yang masuk ke dunia manusia. Akan lebih aman jika kau menggunakan cairan itu sehingga kau tidak perlu bersembunyi terus-menerus. Cairan itu hanya bertahan beberapa jam, kau harus memakainya dengan bijak. Aku lagi-lagi harus mencurinya dari kembaranku. Lagipula mengapa kau malah terlahir menjadi seorang harimau bukannya srigala. Merepotkan."
"Mana aku tahu dewi. Kau yang seorang dewi seharusnya lebih tahu dariku." Kang Ryu mengendikkan bahunya seakan sang Dewi Artemis ini adalah temannya. Tidak sopan sekali terhadap seorang dewi kau Kang Ryu.
"Kalau begitu aku harus kembali. Ingatlah tugasmu untuk memburu srigala pengganggu manusia itu. Jangan terlena dengan penyamaranmu sebagai leukos. Kau tetap harus menjalankan tugasmu sebagai pengikut Artemis." Sang dewi melesat menghilang begitu saja seperti tertelan gelapnya langit malam yang tanpa bulan, tentu saja sang bulan sendiri baru saja berkunjung ke kediaman Kang Ryu.
~
Sinar mentari yang telah terpancar menghangatkan eksistensi pulau Dalos, tempat kelahiran sang kembar Apollo dan Artemis. Kini sudah waktunya Apollo bertugas menunggangi kereta mataharinya, sebagai tanda siang telah tiba. Namun, sepertinya ia lagi-lagi menyuruh kereta mataharinya itu untuk pergi sendiri mengelilingi bumi untuk menghangatkannya.
"Artemis…" Apollo berteriak dari dalam ruangannya memanggil sang dewi bulan kembarannya itu. Ia nampak linglung mencari sesuatu yang hilang.
"Kau berisik Apollo." Artemis menghampiri Apollo. Ia tampak kaget dengan ruangan Apollo yang seperti habis diserang para titan tetua. Perkamen-perkamen yang sebelumnya Artemis lihat tersususn rapi di ruangannya kini berubah menjadi gunungan-gunungan perkamen nan berantakan.
"Artemis, apa kau mengambil perkamen ku?" Artemis seketika gugup, jelas ia yang mengambil satu perkamen surat tugas itu untuk Kang Ryu. Tetapi, mengapa Apollo menyadarinya, bukankah semua perkamen ini sama saja?
"Ti..tidak." Gagapnya.
"Berarti kau yang melakukannya. Kembalikan padaku." Apollo menagih Artemis dengan sangat yakin bahwa kembarannya inilah yang telah mengambil perkamen penting miliknya.
"Sudah aku berikan pada harimau leukos pengikutku." Alibinya.
"Apa yang kau katakan. Aku yang mengurus semua harimau di muka bumi ini. Mengapa kau repot-repot mencuri perkamen hanya untuk seorang leukos yang jelas-jelas akan langsung mendapatkannya dariku nanti setelah waktunya tiba."
"I..itu." Artemis sedikit terbata lagi. Ia hampir melupakan bahwa kembarannya ini pasti mengetahui semua harimau yang lahir karena itu adalah tanggung jawabnya.
"Kau memberikannya untuk Argyros?" Raut wajah Apollo menjadi lebih mencekam. Artemis hanya bisa mengangguk. Lagipula memang ini adalah salahnya karena ia mencuri perkamen milik kembarannya itu.
"Kau tahu, yang kau berikan padanya bukanlah surat tugas biasa untuk leukos, perkamen itu akan aku berikan pada Chrysos." Apollo membalikkan badan.
"Apa? Jadi di kali ini… Chrysos dan Argyros lahir di zaman yang sama?" Artemis sedikit terkejut. "Apa yang sebenarnya akan terjadi?" Artemis memejamkan mata lalu mengangguk paham setelah melihat semuanya.
"Ini adalah kali kedua setelah ribuan tahun silam Argyros dan Chrysos lahir di zaman yang sama. Sebelumnya, aku harus berurusan dengan peperangan sengit sang Chrysos dan Argyros yang berakhir pada takdir mengenaskan keduanya, juga turut memporak porandakan seperempat populasi manusia yang berakibat pada kemarahan dewa hades karena antrian panjang manusia yang mati untuk memasuki dunia bawah. Sepertinya ayah sedang mengujiku lagi kali ini." Kalimat Apollo disusul oleh petir yang menggelegar membelah langit. Tentu saja itu ulah ayahnya mereka yang baru saja mereka sebut. Dewa Zeus, sang dewa petir, pemimpin para Dewa.
"Jangan sebut dia Apollo jika kau tidak ingin pantat tampanmu terbakar karena sambaran petir." Artemis mendengus. "Lupakanlah. Lalu jika itu bukan surat tugas, mengapa sangat persis dengan perkamen surat tugas leukos? Dan isinya pun sama persis."
"Aku hanya ingin menyamarkannya wahai kembaran. Kau tahu itu adalah…"
Apollo menjelaskan detailnya pada Artemis. Sang dewi bulan hanya mengangguk dalam diam dan langsung mengambil perkamen lain yang benar-benar merupakan surat tugas leukos. Artemis berniat untuk menukar perkamen yang diberikan pada Kang Ryu ketika malam tiba.
Disisi lain, Kang Ryu sedang menyibukkan diri memata-matai seorang lelaki yang telah ia cari semua informasinya. Anehnya, Kang Ryu tidak menemukan apapun selain informasi bahwa lelaki itu merupakan CEO Perusahaan Properti yang cukup terkenal. Apakah karena ia seorang CEO jadi informasinya tidak bisa ditemukan? Tapi mustahil jika Kang Ryu menggunakan kekuatan pengelihatan Apollo yang diwariskan pada Argyros, tidak bisa menembus informasi seorang anak manusia.
Dengan rasa penasaran, wanita bermata biru itu ikut memasuki restoran dimana lelaki bernama Jeon Wonwoo berada. Kang Ryu terus memerhatikan lelaki itu dari jauh, tidak ada yang aneh dengan gerak geriknya, ia hanya seperti anak manusia biasa yang sedang mengerjakan aktivitasnya. Ia sedang melakukan negosiasi sengit mengenai bisnis dengan kliennya. Membosankan, itulah yang terlintas di benak Kang Ryu, tapi ia tidak meninggalkan tempat dan tetap memantau pergerakan Jeon Wonwoo layaknya seorang leukos yang tengah menjaga anak manusia.
Bayangan hitam yang bergerak cepat layaknya hambusan angin topan berlalu-lalang di sekitar restoran. Kang Ryu baru menyadari hal tersebut, ia memasang kondisi siaganya. Bersiap-siap untuk menyerang jika makhluk dibalik bayangan hitam itu menampakkan dirinya. Semakin Kang Ryu menunggu, makhluk itu semakin pudar menghilang. Tetapi, kembali datang tiba-tiba dengan mengejutkan dan lebih cepat dari sebelumnya.
'Tidak mungkin ia adalah harimau. Apakah ia adalah monster-monster tartarus biasa yang sedang berkeliaran? Tapi gerak-geriknya terlalu mencurugakan.' Batin Kang Ryu sembari terus meningkatkan kewaspadaannya.
Brag. Suara keras nan lantang mengalihkan perhatian Kang Ryu.
Tiga orang pengunjung restoran yang baru saja keluar dihantam oleh sebuah truk besar bermuatan berat. Truk itu oleng dan menabrak ketiga pengunjung tersebut hingga tewas mengenaskan. Korban pertama mati karena terpental sejauh sepuluh meter dan terbentur besi tumpul lampu lalu lintas hingga besi tersebut bengkok, tulang punggung korban patah, tulang rusuknya sudah tidak berbentuk, darah menghiasi daerah tempatnya tewas bak genangan air hujan. Korban kedua mati karena terlindas dengan isi perutnya yang berantakan keluar. Dan korban terakhir mati karena terjepit badan truk dan tiang listrik, ia mati dengan matanya yang masih terbuka lebar. Kang Ryu sangat tahu ulah siapa kejadian barusan.
Jeon Wonwoo yang juga melihat kejadian barusan karena hendak keluar dari restoran turut terperangah. Ia seperti panik dan segera menghubungi pihak berwenang. Sekretarisnya yang juga ikut panik mencoba meminum air, tapi sepertinya ia lupa cara menelan saking terkejutnya hingga ia tersedak dan air itu malah kembali keluar melalui hidungnya. Kang Ryu melihatnya hanya menyeringai. Ia sudah bisa pastikan bahwa lelaki bermarga Jeon ini adalah anak manusia tulen yang harus ia jaga mulai saat ini, walaupun bukan merupakan tugasnya.
Kang Ryu segera mengejar bayangan yang sedari tadi menganggu perhatiannya dalam wujud harimau putih alias leukos. Ia tidak mungkin mengejarnya dalam wujud manusia, ia bisa kalah telak. Menggunakan wujud leukos saja sudah kurang menguntungkan bagi Kang Ryu mengingat wujud asli argyros-nya sangat kuat dan tahan banting. Kang Ryu mencoba menambah kecepatannya mengejar bayangan hitam yang menyerupai angin topan itu.
Grep. 'kena kau' Kang Ryu menyeringai.
Belum sempat Kang Ryu menarik makhluk topan tersebut, Kang Ryu sudah terpental jauh membentur dinding bangunan di sebelahnya hingga temboknya sedikit retak. Elakan dari makhluk itu dapat dengan ganasnya melempar tubuh Kang Ryu yang berwujud leukos. Tak suka dengan kekalahan, Kang Ryu kembali mengejar makhluk itu sekuat tenaga dengan bunyi gemeletuk taringnya yang manandakan sang harimau dalam keadaan marah.
Kali ini Kang Ryu berhasil menangkap tubuh makhluk topan tersebut dengan menggigit lehernya kuat. Setelah dilihat, makhluk itu bukanlah monster tartarus, melainkan srigala hitam alias black werewolf, srigala maut yang menjadi buruannya sebagai tugas dari dewi Artemis. Seakan tak mau kalah dengan si harimau, srigala hitam itu mengelak dan lagi-lagi berhasil menghempaskan Kang Ryu yang kemudian membentur kap mobil yang terparkir hingga mobil tersebut ringsek. Srigala itu tidak melarikan diri seperti yang sebelumnya ia lakukan, kali ini dia menyerang Kang Ryu habis-habisan.
'Sial. Dasar leukos lemah.' Ia terus mengumpati wujudnya yang berbentuk leukos itu dengan berbagai macam jenis umpatan, dari berbahasa korea hingga berbahasa spanyol. Ingin sekali Kang Ryu merubah wujudnya menjadi wujud asli sang argyros.
"Ahh… Tidak akan kuampuni kau srigala bedebah." Kang Ryu berhasil melempar Srigala itu hingga terkapar saking marahnya. Terdapat cekungan pada aspal tempat dimana srigala itu terjatuh setelah dilempar oleh Kang Ryu. Kang Ryu yang marah kini berusaha menyerang sang srigala hitam dengan ganasnya. Sayang seribu sayang, sekawanan Srigala datang mendekat untuk menyelamatkan, seperti tak ingin si srigala hitam tersakiti, mereka berancang ancang untuk menyerang balik Kang Ryu secara bersama-sama.
'Tolonglah, aku tidak ingin ketahuan bahwa aku seorang argyros. Aku tak ingin menggunakan wujud asliku. Mengapa tubuh leukos lemah sekali sih?' untuk keseribu kalinya Kang Ryu memberikan umpatan anarkis pada wujud leukos. 'Bisa-bisanya Xu Rui Qi betah dengan wujud seperti ini'.
Braghh…
Kali ini suara dentuman yang dihasilkan kerasnya bukan main. Itu adalah suara benturan antara tubuh Kang Ryu dengan tiga buah mobil yang kap depannya langsung tidak berbentuk. Kang Ryu diserang oleh sepuluh srigala sekaligus. Tentunya sangat tidak adil bagi Kang Ryu, ia tidak memiliki kawan untuk bertarung, ia hanya bertarung sendirian. Ditambah lagi, ia harus bertarung dengan mempertahankan identitas leukosnya, agar identitas aslinya tidak menyeruak keluar. Kang Ryu bangkit dan langsung menyerang srigala-srigala itu. Beberapa dari mereka terpental, tapi sisanya menyerang Kang Ryu sebagai balasan, tentunya Kang Ryu lagi-lagi harus terpental jauh. Sangat sial.
'Gawat. Kakiku mati rasa.' Kang Ryu mencoba untuk menggerakkan kakinya. Selagi ia sibuk dengan kakinya, ia melihat srigala-srigala itu datang mendekat dengan senjata ditangannya. 'Pedang berbahan dasar emas imperial. Aku bisa mati. Aku tidak akan bisa menyembuhkan lukaku sendiri jika tergores pedang itu'.
Sreet…
Puluhan anak panah menghujani kawanan srigala yang hanya berani main keroyokan itu. Srigala-srigala tersebut langsung mati seketika karena tertancap anak panah berbahan dasar perak murni, bahan yang bisa membuat srigala melemah. Mereka semua mati dan kembali kedalam wujud manusia sebelum akhirnya menghilang menjadi abu yang menguap, kecuali si srigala hitam yang masih mencoba untuk kabur. Kang Ryu tanpa ragu langsung menghadangnya dan memberikannya gigitan kuat walaupun kakinya terluka. Si srigala hitam kehabisan tenaga akibat serangan bertubi-tubi dari Kang Ryu sebelumnya. Ia kembali kedalam wujud manusia dalam gigitan Kang Ryu si harimau berwujud leukos. Kang Ryu pun ikut merubah wujudnya menjadi manusia, ia memborgol lelaki beridentitas srigala hitam itu dengan borgol bulan sabit Artemis yang membuat siapapun yang di borgol tidak memiliki kekuatan sama sekali.
Terlihat wajah Kang Ryu yang memiliki banyak luka goresan dan memar biru, punggungnya pun cedera karena berkali-kali terbentur. Kakinya? Jangan kau tanyakan. Kakinya banyak dihiasi memar dan dan darah yang sedikit mengalir dari lututnya. Darah peraknya ikut keluar bersamaan dengan darah merah miliknya. Ia cepat-cepat menutup luka itu agar tidak ada yang mengetahui bahwa ia memiliki darah perak yang merupakan penciri seorang argyros.
"Kang Ryu. Kau bermain sendirian lagi kawan." Seorang wanita mengenakan gaun putih selutut dan cincin yang persis dengan milik Kang Ryu mulai mendekat diikuti dengan pasukannya yang semuanya adalah seorang wanita berjumlah tujuh orang. Bisa dilihat bahwa mereka adalah wanita-wanita pengikut Artemis, seperti Kang Ryu. Sebagian dari mereka adalah srigala beta dan sebagian lagi srigala omega. Namun, mereka selalu bergerak dalam kelompok, berbeda dengan Kang Ryu yang selalu melakukan segala hal secara soliter.
"Hikaru. Terimakasih telah membantuku." Kang Ryu berkata pada pimpinan pasukan Artemis itu. Ia masih bisa melihat ekor putih srigala yang masih belum tertutup milik Hikaru, sang srigala beta. "Bertransformasilah secara sempurna Hikaru, kau tidak ingin membuat manusia terkejut kan?" Kang Ryu menegurnya.
"Maaf." Hikaru segera memperbaiki wujud manusianya. "Dia." Hikaru menunjuk srigala hitam yang sudah tergeletak dengan borgol ditangannya. "Biar aku saja yang membawanya menghadap dewi Artemis. Kau kembalilah obati lukamu wahai harimau putih, kau harus banyak-banyak meminum nektar." Setelah menyelesaikan kalimatnya, Hikaru dan pasukannya segera melesat dengan kecepatan angin membawa si srigala maut penganggu manusia menghadap dewi Artemis.
Kang Ryu sudah menutup semua luka yang ia dapatkan hasil pertempuran tadi. Ia tak perlu menggunakan obat seperti yang Hikaru sarankan. Ia bisa menyembuhkan dirinya sendiri dengan saliva peraknya. Pada harimau biasa, mereka tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri, mereka biasa menggunakan ramuan dan meminum nektar untuk mempercepat proses penutupan luka. Namun, kalau ditanya apakah Chrysos juga bisa menyembuhkan lukanya sendiri, Kang Ryu tidak paham mengingat ia tidak pernah belajar pendidikan dasar harimau di tempat asalnya, wilayah boreas.
Kang Ryu pernah mendapatkan dongeng dari Xu Rui Qi bahwa saat Argyros untuk pertama kalinya bertemu zaman dengan Chrysos, mereka mengalami pertempuran hebat nan mematikan. Kang Ryu sedikit khawatir jikalau esok-esok ia harus bertempur dan mengerahkan bala tentara untuk peperangan jika ia terlahir sezaman dengan Chrysos. Kang Ryu yang sedari kecil tinggal di dunia manusia tidak tega jika nanti manusia harus menjadi korban keganasan pertempuran. Kang Ryu hanya bisa berharap, ramalan Oracle Apollo berujung baik untuknya kali ini.
Berikut update-an chapternya. Jangan lupa untuk meninggalkan feedback di kolom komentar.
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!
Creation is hard, cheer me up!
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!