webnovel

The God of the universe

dewa asura, abadi mendominasi seluruh alam semesta. ia terlahir kembali sebagai guru dari sekte yang terkenal. namun, demon lord ber munculan dari tiga alam atas di langit dan bumi hingga terjadi perselisihan. ia mencoba bertahan hidup di dunia. mengubah situasi dunia surgawi. dengan menyembunyi kan identitas dan peran yang ia miliki. saat ini, tubuhnya sangat misteri dari se pengetahuan nya. “saya tidak akan menyesali perbuatan ini selama hidup saya masih di sini.”-

lifah_mulia · Fantasy
Not enough ratings
5 Chs

Bab 4 'Menindas'

Keesokan hari nya, pagi yang cerah dengan langit biru. Burung-burung berkicau di dahan pohon yang rindang. Sebuah ruangan yang menyilaukan dan ter samar-samar, tidak diketahui oleh siapapun. Saat ini, ruangan sang guru yang termenung ia lah chen xiao. Ia bermeditasi se tenang mungkin, dengan hati nya yang tenang dan jernih di pikirannya. di setiap pagi nya, ia sudah terbiasa bermeditasi sebelum melakukan pemanasan di luar sana.

Ia telah mengetahui pemilik asli tubuh nya, sebelum ia terjun ke dunia surgawi ini. Ingatan yang berwawasan luas masih ada di fikiran nya. Tetapi, peran sebagai guru ia tidak bisa terus sampai seperti ini. Ia ingin menjelajahi dunia dengan identitas asli nya dan tidak ingin samaran nya.

Setelah ini, ia pergi keluar dari ruangan, meninggalkannya. Ia melakukan pemanasan untuk tubuh nya yang berkembang pesat. Kultivasi nya telah mencapai 'Glory Of Spirit Form', tahap ketiga. ia menyegel nya tanpa mengetahui kultivasi asli nya dari orang lain. Diantara para guru sekte lain hanya chen xiao ber kultivasi tinggi. Ia berpura-pura sedikit lemah dengan kekuatan nya di hadapan semua orang.

Disebuah hutan yang luas, dari kejauhan sekte zhu tian. Chen xiao tiba melakukan pemanasan dengan melekukan tangan, kaki, dan kepala nya. Dan menghirup udara segar. Suasana nya yang diinginkan sangat mudah ia kunjungi. Lalu, chen xiao dengan berwajah tenang menikmati semua hal yang dilakukannya. Tanpa mengganggu nya di pagi hari.

Sementara itu,

Ruangan Ming hao yang berada di dekat ruang dapur. Tempat yang ia tinggal tidaklah jauh dari ruangan guru nya. Ia bermeditasi di pagi harinya, dengan sangat bersemangat. pertama kalinya ia berkultivasi ke jalan keabadian dari berunjung dunia surgawi. Ranah yang telah ia capai, ini sangat membanggakan dirinya.

Ming hao memasuki kembali di bawah alam sadar nya, raungan yang panjang terdengar lagi, awan terbendung gelap seketika menghilang hanya saja menyelimuti fenomena alam yang aneh, lautan dalam terlihat masih sama. Rantai dari langit yang berunjung lautan, sebagian terputus darinya. Namun, sebuah pedang misterius milik nya yang berada di dalam lautan, bergetar tak terduga dan berkedip-kedip sinar nya. Ming hao menjadi sangat penasaran, apa yang terjadi setelah ini.

Ia melihat kembali, tanpa disadari ada cahaya menyilaukan yang terbagi menjadi dua. Cahaya tersebut terbagi kembali menjadi empat bagian. ini sangat menakjubkan. Membuat mata nya terlebar-lebar. 'Lautan roh spiritual nya semakin berkembang. Lalu, Ming hao menerobos kembali tahap kedua. Kini, Ming hao telah berhasil kembali.

"ini menakjubkan, aku tidak percaya bahwa aku menerobos tahap lanjutan." melihat lengan kedua tangannya mengepal keras. Membuatnya sangat beruntung, dipenuhi harapan.

Jika bukan karena gurunya mungkin Ming hao tidak dapat berjalan keabadian seperti ini. Tanpa berfikir jelas, Ming hao segera keluar meninggalkan ruangan nya dan ingin bertemu guru nya.

Aula yang luas, sekte zhu tian'. beberapa murid berlatih di pagi hari, melakukan pemanasan. Bahkan, mereka menguji kemampuan milik mereka, Pukulan maupun pedang. Saat ini, Ming hao berjalan melintas beberapa murid disana, dengan raut wajah nya yang gembira. Pada saat yang sama, ada seorang senior terlihat dingin menatap nya, tidak suka akan hal itu. Ia mulai tersenyum sinis.

"Hei, lihatlah. Bocah rendahan di pagi-pagi buta lewat hari ini." Senior bernama Gu' Long berbicara lantang di depannya. Ranah nya telah mencapai 'Emptiness of Qi and Dao', tahap pertama. Tingkah nya menyombongkan diri.

"wah, benerkah. Hei, bocah rendahan!. Apa kau masih ingat saat kakek-mu meninggal, sebelum kau disini?." Murid seperguruan bernama Fei' Lan, memprovokasikan Ming hao. Ranah nya telah mencapai 'Lautan roh spiritual', tahap pertama.

Mendengar hal itu, Ming hao berhenti berjalan dan menoleh di depan mereka. Dengan mulai berkerut. Kemudian, Gu' Long dan lain nya menghampiri nya, terlihat liar dan mengintimidasi.

Fei' Lan sedikit terkekeh dan memprovokasi nya, "kalau tidak salah dengar kakek nya mati karena nya, akibat melindunginya. Benar kan?." Fei' Lan mengejek.

Gu' Long mendekati Ming Hao perlahan-lahan. "serius?. aku bahkan tidak tahu kalau dia sangat...lemah." ia langsung berbisik ke telinga Ming hao. Dan tersenyum sinis.

Ming hao yang masih berkerut, terhasut dan menarik pakaian paruh baya senior nya. "berhenti, membicarakan tentang kematian kakek ku. Apa kau mengerti?!. aku masih menghargai mu, karena kau senior ku!." Ming hao emosi dan mendorong Gu' Long di hadapannya. Para murid seperguruan memandangnya dengan liar, berkata. "hei!."

"tak disangka, kau punya keberanian juga, ya." Fei' Lan tersenyum, mendekat dan menepuk bahu Ming hao.

"singkirkan tangan kotor mu itu." Ming hao berkerut kening dan dingin. Lalu, ia melintirkan lengan tangan nya Fei' Lan dengan kejam. Ia berani mengintimidasi tanpa mengasihi nya.

Fei' Lan berteriak kesakitan. "argh!." dengan cepat Ming hao mendorong nya hingga terjatuh di tempat. Ia merasakan kesakitan yang luar biasa. Tubuh nya terguling kesana kemari. Ia nyeri saat ini.

"Fei' Lan, ini sudah pagi seharus nya kau fokus berlatih, bukan saat nya kau ikut merendahkan orang lain. Kita seperguruan, untuk apa kau membuat masalah. Apa kau ingin guru melihat kamu seperti ini?." Ming hao serius dengan perkataan nya. Ia tidak ingin menambah masalah atau pun bertarung dengan nya. Lalu, Ming hao segera ingin pergi.

"bocah rendahan, matilahh!." Gu' Long menyerang Ming hao. Dengan meninju yang bersinar dari pukulan nya. Ming hao menutup lengan baju dari wajahnya segera, saat ia di intimidasi oleh senior nya.

Secara kebetulan, ada seorang pemuda tiba yang menghentikan pukulan Gu' Long. Ia cepat. Beberapa murid sekte tercengang luar biasa. Bahkan, Fei' Lan yang terbangun di tempat, yang merasakan lengan nya seperti patah tulang.

Ia adalah patriak ketua faksi dari gunung Qiang Li bernama Hua' Ling, ranah 'Soul Form Spirit, tahap ketiga. Ia berpakaian paruh baya yang cemerlang, tubuh nya sedikit kurus dan gagah. Wajah nya beraut tenang. Saat ini, ia tidak menggunakan teknik nya. Hanya menggunakan penahan fisik nya.

"mengapa kamu melakukan ini." Hua' Ling berkata.

"guru, maafkan saya." Gu'Long menundukkan kepala nya.

"kalian seharusnya tidak melakukan hal penindasan ini, apakah ini cara memperlakukan junior kalian?. baiklah, aku tidak ingin memperpanjang situasi lanjutan. Kalian lanjut lah berlatih. Dan, Fei Lan obati luka mu." ucap Hua' Ling tidak melanjutkan sepatah katanya lagi.

Fei' Lan menunduk sedikit, ia menatap Ming hao tatapan tajam dan pergi segera. "baiklah, guru." Minghao!, kamu tunggu saja nanti, bila ada masa nya untuk menyingkir kan mu' dalam hati Fei' Lan menyimpan dendam tak tertahan kan.

Setelah hari ini beberapa murid seperguruan tidak melanjutkan penindasan nya, Ming hao beruntung bila patriak datang dengan tepat. Ia tidak mengira hal ini terjadi kepada nya.

"guru Ling, terima kasih banyak." Ming hao berkata.

"tidak masalah, di lain hari jika ada yang berusaha menindas mu. Segera beritahu saya maupun guru xiao. Kamu mengerti." Hua' Ling menatap nya dengan senyuman.

"pasti guru, oh ya. Guru Ling saya ingin bertanya?. guru xiao berada dimana sekarang, dari tadi saya mencari nya tetapi tidak ada. Bisakah guru memberitahu saya dimana keberadaan nya?." Ming hao bertanya.

"guru xiao, biasa nya melakukan pemanasan di hutan luar." jelas Hua' Ling.

"baiklah, terima kasih guru Ling." Ming hao tersenyum dan segera pergi, lari di tempat.

"ada apa dengan bocah ini?. tiba-tiba lari tanpa memberitahu penjelasan nya." hua'Ling dengan heran melihat tingkah nya. Hanya saja patriak ketua faksi menggeleng kepala dan kemudian pergi berjalan menuju dalam sekte.

--