webnovel

The Game Is On

Untuk mencari kebahagiaan dunia, manusia memiliki tingkat kebahagiaannya masing-masing seperti: 1. Uang 2. Lingkungan 3. Pasangan 4. Pengakuan 5. Pengembangan potensi diri (pengalaman) Bagaimana jika terdapat manusia yang membutuhkan lima kebahagiaan tersebut namun menolaknya secara bersamaan? Arza, pemuda yang selalu dicintai oleh orang yang berhasil ia rendahkan. Apakah penyebabnya....? Simaklah Arza si lelaki angkuh dalam cerita "The Game is On" "Dunia hanyalah permainan belaka, dan aku takkan kalah dalam sebuah permainan!" "Don't describe me! Aku bukan aku yang kau bayangkan!"

Andas_21 · Realistic
Not enough ratings
12 Chs

Mengapa Kau Berhati Dingin (part 1)

Hari pertama

"Mikoo tunggu...."

Miko terus berlari meninggalkan Sisil

"Ayo sini kalau berani..." ucap Miko dengan cerianya

"Awas ya kamu! Kucincang kalau samapai aku dapat!"

Begitulah canda tawa Sisil dan Miko di tengah-tengah keramaian para pengunjung salah satu pantai di kota Balik Papan.

Kini semester satu telah berlalu, libur satu bulan yang mereka dapatkan digunakan untuk istirahat dan refreshing sejenak

Seperti hari ini misalnya, Miko, Sisil, dan Arza berlibur bersama keluarga besar Miko ke kota Balik papan

"Arza, sini temani ibu makan saja" ucap ibunya Miko

Memang, keluarga Arza dan Miko sudah saling kenal karena pertemanan mereka yang begitu lama

"Iya bu..."

"Diajak liburan ko bengong"

"Haha, ga suka berenang bu, suka ke pantainya saja main-main air"

"Kenapa ga cari pasangan? Biasa anak muda ga bisa kalau sendiri terus, galau hahaha"

"Hahaha, siapa memang yang mau dengan saya hahaha, nanti sajalah bu untuk urusan itu, ada yang lebih penting"

"Jangan terlalu keras dengan diri sendiri. Walau berat, tapi terkadang kita juga perlu berdamai dan bercanda ria dengan diri kita" ucap ibu Miko yang tanpa sadar membuat Arza tertunduk dan sedikit meneteskan air mata di wajahnya

"Iyalah bu, tiap manusia berhak bahagia" balas Arza dengan tersenyum hangat

"Ini ibu buat nasi kebab, hasil eksperimen ibu. Biar kamu jadi kelinci percobaannya"

"Aduh, efeknya tidak sampai harus dibawa ke rumah sakitkan bu hahaha"

Arza yang tidak suka berenang, menghabiskan waktu di pantai dengan bermain air dan bersua bersama ayah dan ibunya Miko.

Ketika malam tiba, keluarga miko memesan dua kamar di penginapan. Satu kamar untuk Miko, Arza, dan ayah Miko, satu kamarnya lagi untuk Sisil dan ibunya Miko

"Gimana Sisil, udah siap jadi anaknya ibu?"

"Hah? Iya bu, kenapa?" Terkejut Sisil tak siap mendengar kata-kata tersebut

"Hahaha, ko gitu mukanya? Kaya habis ketemu hantu"

"Ih ibu, tiba-tiba nanya begitu..." tunduk Sisil memerah lagi tersipu malu

"Sekarang jamannya sudah tidak seperti dulu lagi, laki-laki sama perempuan sama-sama susah menjaga diri, ibu takut kenapa-napa sama anak ibu"

"Tapi bu, saya tidak sebagus itu, penampilan saya juga belum tertutup dengan baik" ucap Sisil dengan nada rintih

"Tapi setidaknya hatimu baik, buktinya Arza tidak risih denganmu"

"Lho, ko Arza bu?!" Terheran Sisil

"Iya, beda dengan anak ibu yang polos, Arza itu sensitif, kalau ada yang menurutnya tidak pas, pasti dia tidak tinggal diam, makanya ibu percaya Arza untuk selalu membantu Miko. Satu teman seperti Arza lebih berharga dibanding 1000 teman yang hanya ada saat kita bahagia"

"Iya bu, saya juga banyak hutang budi sama Arza dan Miko"

"Kalau gitu, kamu harus bayar hutang budi itu"

"Hah, maksudnya bu?"

Kemudian ibu Miko tersenyum, sosok ibu yang pintar dan sholeha ini telah memberikan rasa nyaman dan hangat pada diri Sisil

Hari ke-dua

Kicauan merdu burung di pagi hari yang sendu menemani hangatnya seduhan teh hangat yang dicicipi Arza di pelataran penginapan

Hari ini agendanya adalah jalan-jalan dan shoping

Pagi hari sekali, mereka sudah bergegas meninggalkan penginapan dan menuju mobil masing-masing

Dalam perjalanan ini, Miko membawa mobilnya sedangkan ayah Miko membawa mobil yang lainnya

"Hari ini ibu yang nyetir, Sisil ikut ibu, ayah sama Miko, dengan Arza"

Ayah Miko hanya mengangguk

Dalam perjalanan

"Untung bawa Sisil, ayah ga kuat jalan sama ibumu, lama pilih barang. Begetar lutut ayah nunggunya hahaha"

"Hahaha pantas ayah oke-oke aja pas ibu bilang mau nyetir mobil ayah"

"Ga jelas perempuan itu milih barang, putar-putar di situ, coba sana coba sini, eh ga beli juga" lanjut ayahnya Miko

"Kalau beli, semuanya mau dibeli" nyeletuk Arza

"Betul itu, kalau ga lutut begetar, dompet dan kartu atm yg bergetar hahaha"

Begitulah perbincangan ayah Miko, Miko, dan Arza

~~The Game is On~~

Kini matahari memancarkan mega-mega senjanya, ayah Miko, Miko, dan Arza sudah kembali ke penginapan namun tidak dengan ibu Miko dan Sisil

Waktu terus bergulir, kini waktu maghrib dan isya telah berlalu, setelah melaksanakan ibadah shalat, mereka bertiga beristirahat

"Lamanya ibumu dengan Sisil, tersesat sepertinya mereka" ucap ayah Miko melepas heningnya malam

"Masih shoping sepertinya mereka, habis sudah tabungan ayah hahaha"

Sedangkan Arza sudah tertidur pulas

Hari ke-tiga

Pagi ini adalah hari ke pulangan

Ayah Miko, Miko, dan Arza sudah bersiap-siap untuk kembali ke Samarinda

"Ayo mah cepaat"

"Tunggu sebentar ya"

"Mau pulang aja dandan, dasar perempuan hahaha" ucap ayah Miko

Setelah menunggu sekitar lima belas menit, ibu Miko dan Sisil ke luar dari penginapan

Sontak mata para lelaki hanya dapat terbelalak heran melihat apa yang mereka saksikan

"Siapa itu bu?" Tanya Miko

"Anak ibu" jawab ibu Miko tersenyum

Sisil kini berbeda, wajah cantiknya yang imut dengan make up natural yang memberi kesan kesejukan serta pakaian syar'i yang telah menutupi dengan anggunnya telah mmbuat ayah Miko, Miko dan Arza terheran-heran

"Sisil ikut ibu sama ayah ya, jangan sama mereka, nanti digodain"

"Iya bu" jawab Sisil tersipu malu

Sedangkan Arza, susana hatinya entah mengapa menjadi kacau

To be countinue...