Sudah selusin hari sejak aliansi antar empat Klan terbentuk, dan para prajurit pemberani yang melawan para Malaikat dan Iblis dari gerbang telah berjuang selama waktu itu.
Makhluk yang muncul dari gerbang juga sudah memiliki sebutan, mereka disebut Outsider.
Satu persatu anggota aliansi mulai jatuh, tapi mereka berhasil bertahan sampai bantuan terbesar datang. Raja Iblis dan Dewa Tertinggi bekerja sama sekali lagi untuk menghadapi ancaman dunia ini.
Dengan keberadaan kedua Dewa itu, situasi di medan perang menjadi lebih seimbang.
Meskipun Outsider yang keluar dari gerbang semakin sedikit dari waktu ke waktu, namun mereka menjadi lebih kuat seiring dengan berlanjutnya gelombang peperangan.
Seperti saat ini, meskipun hanya ada seratus Outsider yang keluar, namun masing-masing dari mereka mampu bersaing dengan Pangeran Iblis dan Malaikat Agung terkuat.
Zeldris dan Mael sama-sama unggul dalam perang ini, namun masih kalah dengan Meliodas yang paling mencolok.
Seolah-olah sedang kesurupan, Meliodas masuk ke Assault Mode dan mengamuk, membantai para Outsider di medan perang. Dia adalah yang terkuat ketiga setelah Raja Iblis dan Dewa Tertinggi.
Bahkan Raja Iblis sendiri terkejut dan menjadi terobsesi pada anaknya. Karena dia tahu sendiri kekuatan yang mampu membuat Meliodas berkali-kali lebih kuat.
Chaos.
Meliodas secara tidak terduga telah terkontaminasi oleh Aura Kekacauan yang semakin lama akan menyatu dengan jiwanya.
Meliodas harus bertarung dengan mengesampingkan semua emosinya, membuatnya menjadi mesin perang terkuat. Dia harus mengorbankan sesuatu dalam dirinya untuk masuk dalam kode itu, terlebih lagi mengaktifkan Assault Mode hanya membuat dia lebih kesakitan. Aura Kekacauan yang masuk ke tubuhnya semakin menyatu ke dalam jiwanya jika dia terus menggunakan kekuatan itu.
Meski kuat, tapi bukan hanya Meliodas saja yang mampu membalikkan situasi peperangan.
Seperti yang dikatakan oleh Zeldris dan Melascula sebelumnya, beberapa Indura dilepaskan dari Alam Iblis dan itu sangat membantu aliansi menghadapi Outsider yang berjumlah jutaan.
Untuk menghadapi gerombolan seperti itu, Klan Iblis lebih cocok daripada Klan Dewi karena Klan Iblis memiliki keahlian spesial dalam memanipulasi jiwa musuhnya.
Namun itu hanya sedikit berguna karena yang mereka targetkan adalah pasukan kuat, tidak seperti para manusia yang cukup rapuh pada konsep spiritual mereka.
Adapun para manusia, mereka sudah lama melarikan diri atau mati karena terkena dampak dari pertarungan dahsyat yang sebenarnya.
Seperti para prajurit manusia yang bergabung dalam Stigma. Bahkan sebelum sempat bisa balas dendam terhadap sekutunya, nyawa mereka sudah melayang terlebih dahulu.
Satu ekor Indura saja bisa meratakan seluruh pegunungan hanya dengan sekali napas, apalagi manusia, makhluk terlemah yang tinggal di Britannia.
Namun untungnya manusia lain tidak pernah menjadi target Outsider. Karena Klan Dewi dan Klan Iblis memiliki atribut yang sama dengan para Outsider, mereka lah yang menjadi target sebenarnya.
Dengan begitu, Klan Raksasa dan Klan Peri masih mempertahankan populasinya karena mereka mampu bertahan menghadapi angin sepoi-sepoi dari topan yang sesungguhnya.
Tapi tetap saja manusia lah yang paling tidak beruntung, karena dampak kecil peperangan sudah sangat mempengaruhi kelangsungan hidup dan mati mereka.
Banyak warga desa dan kota kecil mengungsi ke pemukiman yang lebih besar.
Belialuin misalnya, tapi faksi penyihir itu tidak menerima satu pengungsi pun. Terlebih lagi, terdapat seekor Dewa Naga yang bersembunyi dalam kegelapan seorang gadis di sana. Jadi dapat dipastikan jika kota itu sangat aman, namun karena keegoisan dan sikap apatis mereka terhadap situasi dunia, Belialuin tidak berani mengambil langkah apapun dan melanjutkan aktivitas mereka seperti biasa, walau banyak ketegangan yang sangat memengaruhi suasana di kota.
Manusia-manusia di zaman ini sangat malang. Walaupun memiliki beberapa sosok kuat, namun hanya itu saja. Orang-orang kuat itu tetap tidak ada apa-apanya di hadapan Outsider, pasukan yang bahkan mendatangkan malapetaka bagi Empat Klan terkuat.
Beberapa manusia pemberani yang melawan Outsider juga terbantai, mengakibatkan seluruh kelompok manusia yang bersamanya juga musnah.
Yang artinya, selama para Outsider tidak diusik oleh makhluk selain Klan Iblis dan Klan Dewi, mereka tidak akan melawan.
Tapi tetap saja, umat manusia memiliki penurunan populasi yang sangat drastis. Hanya tersisa 60% dari seluruh manusia di Britannia yang ada.
Hasil presentase itu bukan karena dibantai oleh Outsider, namun hanya karena dampak peperangan yang telah berlangsung selama beberapa hari itu.
Tidak ada pilihan lain lagi, mereka bergerak secara perlahan, mencari sumber daya dan keamanan, serta saling hidup dalam ketergantungan.
Dan saat itulah umat manusia menemukan revolusi yang akan sangat memengaruhi masa depan mereka.
Sebuah tanah tak tersentuh, subur, tidak terpengaruh oleh kejahatan dunia, sekaligus menjadi lokasi teraman di seluruh Britannia.
Manusia menemukan cahaya dalam jurang keputusasaan. Sebuah harapan bagi mereka para penyembah, karena Dewa yang pernah menjadi tempat mereka berharap telah melindungi kaumnya dari kejahatan dunia luar!
Naga Emas.
Dewa baru itu memanifestasikan sosoknya sekali lagi ke dunia dan membimbing manusia ke era baru, menjadikan Kuil Kekacauan sebagai tempat suci, dan pegunungan Konton sebagai tanah terlarang.
Tidak ada satupun makhluk hidup yang boleh menginjakkan kakinya ke tempat itu dengan bebas. Karena itu, padang rumput yang mengelilingi pegunungan menjadi tempat pengungsi berada.
Walaupun tempat tinggal mereka cukup sederhana karena hanya menggunakan material seadanya, namun mereka masih bersyukur karena mendapat tempat yang aman untuk mereka tinggal sementara.
Kenapa aman?
Setelah Naga Emas memanifestasikan sosoknya, Empat Binatang Ilahi menjaga para manusia sesuai arah mata angin mereka.
Outsider yang lewat langsung dikalahkan oleh Empat Binatang Ilahi, menambah kekaguman dan penyembahan manusia terhadap lima Binatang Dewa itu.
Tapi semua itu hanyalah skema, ada seseorang yang mengendalikan situasi dari balik layar.
"Ini adalah hadiahku untukmu, semoga kau semakin repot setelah kau bangun, Asheel."
Merlin tersenyum menyeramkan saat dia berada di kamarnya, tepatnya di salah satu ruangan di Kuil Kekacauan.
Setelah kembali ke Belialuin, dia memutuskan menjadikan kuil ini sebagai tempat tinggalnya. Walaupun sangat sepi karena hanya terdapat hewan-hewan dan tumbuhan, namun dia memiliki banyak urusan di tempat ini.
Dia memiliki tugas yang Asheel berikan sebelumnya. Menyelesaikan pembangunan tubuh fana miliknya dan menyempurnakannya.
Jujur saja pekerjaan itu sangat berat karena dia hampir tidak tahu apa-apa mengenai teknologi di ruang bawah tanah ini. Selain itu, dia takut mengacaukannya.
Nah, sepertinya dia masih harus mempelajari tubuh buatan itu selama beberapa tahun sebelum menaruh tangannya di atasnya. Dia juga harus belajar seluk beluk sihir original dunia ini, karena sistem sihir yang selama ini dia pelajari berasal dari Nameless Spellbook, yang mana berasal dari dimensi lain.
Walaupun semua mantra dan lingkaran sihir di dunia ini telah tercatat di Nameless Spellbook, tetap saja benda itu tidak menuliskan teorinya. Karena itu dia harus bolak-balik dari Kuil Kekacauan dan Belialuin.
Dengan bantuan Ophis, dia mampu berteleportasi dengan bebas ke manapun dia ingin pergi, tidak perlu menggunakan Shunkan-Ido sendiri.
"Apa itu menyenangkan?" Ophis yang berada di sebelahnya bertanya, dia sedang membelai makhluk emas di depannya.
"Oh, Ophis-chan! Kau banyak bicara hari ini!" Merlin memiliki ekspresi bangga dan tidak percaya yang berlebihan, sambil dengan tidak berdaya menatap Naga Emas yang sangat penurut di bawah belaian Ophis.
Alis Ophis berkedut kesal, "Apakah itu aneh?"
Merlin memiringkan kepalanya, "Hmm, mungkin..?"
"Sama sepertimu, aku juga sebuah eksistensi dalam naskah. Hanya saja aku lebih berbeda."
"Karena kamu berasal dari dimensi lain, dunia itu juga berjalan berdasarkan naskah, ya? Apa peranmu di cerita itu, Ophis-chan?"
Ophis dengan wajah tidak bersalah berkata, "Gadis misterius yang imut?"
"...."
"Makhluk terkuat sejagad raya?"
"...."
"Gadis manis bertema hitam?"
"...."
"Dewa--"
"Ahh, cukup! Lupakan tentang itu, kau sangat menyebalkan saat ini, Ophis-chan! Apalagi dengan kepolosanmu itu." Merlin berkata dengan kesal dan gemas. "Mari alihkan pembicaraan, karena situasi perang sudah sampai ke tahap ini, haruskah aku melepaskan 'orang' itu?"
Merlin menggenggam permata di tangannya dan tersenyum. Alasan dia bisa menggerakkan Naga Emas dan Binatang Ilahi lainnya karena permata di tangannya. Rupanya permata itu berisi sedikit kehendak Asheel, yang membuatnya mampu sedikit mempengaruhi aturan dunia ini karena setiap bagian yang berasal dari Penguasa Kekacauan itu memiliki bobotnya sendiri pada otoritas dimensi.
Melihat Ophis hanya mengangguk tanpa mempedulikannya lebih lanjut, dia berdiri dan berjalan menuju kuil.
"Ashborn, kurasa sudah saatnya kau membangkitkan semua mayat yang telah gugur di medan perang."
Setelah Merlin mengatakan kalimat itu, ruang di sekitarnya tampak terdistorsi oleh kegelapan dan melengkung.
"Sudah waktuku, ya."