Sera berteleportasi sambil membawa Asheel seperti karung di bahunya, dan tidak lama, mereka sampai di Danau Salisbury.
Tepat ketika sudah sampai di sana, Lady of the Lake telah memanifestasikan sosoknya ke dunia, dan menyambut mereka dengan sangat sopan.
Dengan etiket seperti seorang pelayan, Lady of the Lake berkata: "Selamat datang kembali ke Danau Salisbury, Tuan dan Nyonya."
"Ya, cepat pimpin kami ke bawah." Sera dengan tidak sopan memerintahkannya.
Lady of the Lake tidak mengatakan apa-apa dan hanya menuntun mereka ke ruang bawah tanah yang telah dia persiapkan kemarin.
Setelah beberapa saat, mereka sampai di ruang yang cukup mewah. Ruang itu memiliki dinding seperti istana atau kediaman bangsawan, hanya saja letak tempat ini merupakan ruang bawah tanah.
Sebelum sampai di sini, mereka harus menggunakan teleportasi untuk tindak pencegahan dan keamanan. Jadi, tidak ada jalan keluar untuk keluar dari tempat ini.
Terlebih lagi, tempat ini berada tepat di bawah Danau Calisbury, dimana energi magis terkonsentrasi di perairan ini. Bahkan danau itu sendiri merupakan sebuah gumpalan mana yang sangat besar yang mengambil bentuk berupa embun raksasa, dan jika dilihat dari luar maka akan terlihat bening dan mengkilap.
Mengamati ruang bawah tanah itu sejenak, Sera mengangguk puas. Walaupun tempat ini berada jauh di bawah permukaan tanah, tapi suasana ruang ini sangat sejuk dan nyaman.
Nah, sepertinya Lady of the Lake mempunyai caranya sendiri untuk memanfaatkan energi magis yang sangat menakutkan itu.
Setelah melihat sekeliling, Sera segera mengeluarkan sebuah peti mati empuk melalui lambaian tangannya. Kemudian, dia membaringkan tubuh Asheel di peti mati itu.
Lady of the Lake merasa selera Sera agak aneh untuk menidurkan orang yang masih hidup di peti mati. Tapi dia tidak berani mengatakan apa-apa karena hanya dengan lambaian tangan Sera saja sudah mampu untuk menghapus keberadaannya seketika.
"Yah, ini damai." Sera tersenyum saat melihat Asheel tertidur dengan puas. Tapi betapa terkejutnya dia saat Asheel tiba-tiba membuka matanya secara mendadak.
Pa!
Karena reflek anehnya, Sera segera menampar wajahnya dan berdiri dengan sedikit takut. Segera setelah dia tahu apa yang baru saja dia lakukan, matanya menatap Asheel yang telah bangkit dengan gugup.
"Apa kau bangun, Asheel...?"
Pada pertanyaan Sera, Asheel tidak mengatakan apa-apa dan hanya menatapnya, yang kemudian mengalihkan pandangannya ke Lady of the Lake.
Asheel mengangkat tangan kanannya secara terbuka dan tujuh buah bola seukuran bola pingpong muncul dari telapak tangannya. Bola-bola itu memiliki warna ungu dan terdapat ukiran seperti rune yang berbeda pada masing-masing permukaannya, dan bola-bola itu melayang ke Lady of the Lake.
Lady of the Lake hanya menerima bola pemberian Tuannya dengan bingung, tapi sebelum dia bisa mengatakan apapun, sosok Asheel sudah berbaring di peti mati dan menutup matanya.
"Apa itu tadi...?" Sera bergumam dengan linglung. Sebenarnya dia agak iri pada Lady of the Lake karena setelah Asheel bangun secara tidak terduga, pria itu malah memberikan sesuatu pada Lady of the Lake, bukan dirinya yang merupakan pacar pertamanya.
Walaupun begitu, dia tetap senang saat dirinya lah yang pertama kali ditatap saat Asheel bangun secara tiba-tiba. Tapi dia tetap merasa bersalah karena telah menamparnya begitu saja pada saat sebelumnya.
Setelah menghela napas pada perasaaan anehnya, dia mengalihkan pandangannya ke Lady of the Lake, tepatnya ke tujuh buah bola yang berada di tangannya.
"Itu adalah...!" Matanya membelalak saat mengamati ukiran pada bola-bola itu. "Sifat jahat dari semua ciptaan, atau lebih tepatnya, tujuh dosa mematikan yang mewakili sifat buruk kemanusiaan!"
Lady of the Lake yang mendengar seruannya lalu menatap tujuh bola di tangannya dengan hati-hati. 'Huff, kukira itu tujuh bola naga yang mampu mengabulkan semua keinginan.'
Melihat kelegaan pada wajah kabur Lady of the Lake, Sera menatapnya dengan aneh sebelum mengabaikannya. "Asheel pasti menyiratkanmu untuk menyerahkan benda itu pada Merlin."
Lady of the Lake mengangguk dan menyimpannya, berjanji dengan hidupnya bahwa dia akan menyerahkan benda berharga Tuannya ke kepada nona kecil Merlin.
"Berbicara tentang Merlin, aku lupa menjemputnya."
Mengabaikan kecerobohan yang baru saja dia ingat, dia dengan kulit tebal hanya memberi sinyal keberadaannya pada Ophis.
...
Di medan perang.
Merlin dengan ceroboh terus mengeluarkan sihirnya secara bergantian, dan tidak lama kemudian, dia sudah tumbang karena kehabisan mana.
Dia dengan susah payah menatap Ophis, dan setelah mengamatinya sejenak, dia membuka mulutnya: "Ophis-chan, beri aku energi sihirmu. Aku akan melepaskan Sihir Pamungkas-ku untuk melenyapkan orang-orang ini segera."
Ophis dengan wajah bosan menanggapinya dengan cara menatapnya, sebelum mengangguk dan melambaikan tangannya saat mengeluarkan ular kecil yang kemudian terbang menuju Merlin.
Merlin kemudian merasakan ular yang tercipta dari kekuatan Dewa Naga Hitam itu merambat di tubuhnya secara aneh, lalu setelah sentakan yang muncul tiba-tiba, dia merasakan energinya melonjak secara luar biasa.
Bahkan dia tersedak oleh perasaan tak terkalahkan yang tiba-tiba itu, sebelum mulutnya mengeluarkan seringai mengerikan.
"Hahaha, dengan ini aku akan meledakkan kalian para hama sialan!"
Merlin mengangkat kedua tangannya dan beberapa lingkaran sihir yang sangat rumit muncul di sekitar tubuhnya dan mengelilinginya.
"Multiple Maximize Magic: Fallen Break!"
Cuaca dipaksa berubah melalui kekuatan Dewa yang terkandung pada mantra Merlin. Segera, awan hitam berkumpul di langit dan bergerak secara bergerombol.
Awan membentuk banyak pusaran dengan kecepatan menakjubkan, dan skala fenomena ini mampu mengaruhi ratusan mil jauhnya dengan Merlin sebagai pusatnya.
Gerombolan Malaikat di sisi kanan dan Iblis di sisi kiri tetap tidak takut saat mereka semua menerobos dan berniat menyerbu Merlin.
Tapi bahkan sebelum mereka bisa mendekatinya, sebagian pasukan telah lenyap oleh banyaknya pilar cahaya yang muncul dari pusaran awan.
Di masing-masing lubang hitam di langit, sebuah energi terkonsentrasi meluap saat atmosfer mendidih sebelum semuanya dijatuhkan hingga membentuk pilar cahaya ketika energi itu lepas ke tanah Britannia.
Tidak lama setelah itu, hanya sebagian pasukan musuh yang tersisa. Dari puluhan ribu Malaikat dan Iblis, hanya menyisakan ribuan dari mereka.
"Tidak kusangka mantra anti-throopy itu mampu melenyapkan sebagian besar dari mereka. Tapi sebagai gantinya, aku tidak bisa bergerak lagi.."
Merlin terengah-engah saat tubuhnya ditopang oleh Ophis, sementara yang terakhir memiliki ekspresi kesal yang tidak terlihat di wajahnya karena harus repot-repot membawa tubuh Merlin.
Saat berada di bahu Ophis, Merlin tiba-tiba membelakakan matanya saat rombongan pasukan kedua ras itu tiba ke arahnya sekali lagi.
"Tidak mungkin, aku sudah tidak berdaya saat ini..." Merlin tahu bahkan jika dia menerima ular Ophis sekali lagi, mungkin tubuhnya tidak akan bertahan dan harus membutuhkan waktu lama untuk pulih. "Mungkinkah, Magic Tier-10 yang kukeluarkan sebelumnya telah mengundang mereka kesini..?"
"Ya, kamu mengundang banyak semut tak berguna." Ophis yang pendiam tiba-tiba menjawab.
"Maafkan aku, Ophis-chan. Bisakah kamu mengatasinya..?" Merlin meminta dengan nada bersalah sekaligus memohon.
"Mudah."
Ophis kemudian hanya mengangkat tangannya ke gerombolan itu lalu mengedarkan energinya.
Walaupun itu tampak mulus, tapi Merlin yang paling dekat dengannya merasa kulit punggungnya akan terkelupas oleh betapa intensnya energi yang dikerahkan Ophis.
BOOOM!
Ledakan energi yang membentuk ular segera menembak dari telapak tangan kanannya dan menembus gerombolan Iblis, langsung memusnahkan mereka seketika.
Saat lasernya masih aktif, Ophis menggeser lengan kananya yang terulur dan mengarahkannya ke gerombolan Malaikat, juga melenyapkan mereka dari keberadaan.
Walaupun punggungnya masih terasa perih, wajah Merlin melongo sekali lagi saat menyaksikan sebagian kekuatan sejati Ophis. Tapi saat merasakan energi yang di kerahkan oleh Ophis berbeda dari ular yang diberikan kepada dia sebelumnya, dia menjadi bingung dengan bagaimana energi dari ular itu mampu bekerja pada Tier Magic.
Seolah bisa mendengar kebingungan pada benak Merlin, Ophis membuka mulutnya: "Aku hanya menaruh sedikit keilahian pada ular, dan menyesuaikannya pada kekuatan fana."
Meski dengan penjelasan yang agak tidak jelas, Merlin masih mampu memahaminya.
Kekuatan Dewa sudah tidak berfungsi lagi pada sistem sihir. Untuk seorang Dewa seperti Ophis, dia hanya perlu menggunakan naluri alaminya untuk mengeluarkan sesuatu yang menyerupai sihir.
Nyatanya, kekuatan Dewa yang benar-benar asli seperti Ophis tidak bisa digunakan ke dalam lingkaran sihir karena sudah berbeda tingkatan dalam perbedaan energi.
Kekuatan Dewa adalah energi tertinggi yang mampu dikerahkan di Alam Fana, atau lebih tepatnya Low Abyss. Untuk memiliki kekuatan Dewa itu sendiri, seseorang harus mengalami proses pendewaan sebelum bisa menjadi Dewa.
Jika kekuatan Dewa dipaksa masuk ke tubuh fana, maka yang terakhir akan benar-benar meledak. Energi Dewa juga merupakan asal dari adanya kemampuan/skill.
Ophis dan Great Red (Yukane) tidak perlu melakukan pendewaan karena sejak awal mereka berdua diciptakan, mereka telah menjadi Dewa karena Supreme One menghendakinya, atau lebih tepatnya Supreme One yang menciptakan mereka sendiri.
Lupakan tentang beberapa hal di atas. Alasan Merlin masih bisa menggunakan mantra 'Fallen Break' melalui lingkaran sihir, bahkan saat energi yang dia gunakan sebelumnya telah diresapi oleh energi Dewa adalah; seperti kata Ophis sebelumnya, Dewa Naga itu telah menyesuaikan porsi energi Dewa-nya sesuai dengan apa yang bisa digunakan oleh makhluk fana.
Jadi itu masih bisa berhasil walaupun efeknya sangat berlebihan. Fenomena cuaca yang terjadi sebelumnya adalah karena sedikit kekuatan Ophis.
Fakta-fakta itu benar-benar membuat Merlin memandang Ophis dengan cahaya baru. Meski perbedaan antara mereka berdua sangat jelas, Merlin masih sangat luar biasa karena mampu mengeluarkan Magic Tier-10 yang dibuff dengan metamagic saat Merlin sendiri masih pemula dalam ranah penyihir.
"Aku bahkan akan percaya jika kamu mengatakan kekuatanmu lebih kuat dari Raja Iblis dan Dewa Tertinggi."
Dengan posisi Merlin saat ini membuatnya tidak bisa melihat wajah Ophis, karena itu dia tidak tahu kesibukan apa yang ada di pihak Ophis.
Melihat Ophis tidak merespon kekagumannya, Merlin hanya menunggunya dengan sabar. Hanya setelah memutuskan untuk menunggu, dia tiba-tiba mendengar suara Ophis lagi:
"Ketemu."
Hanya satu kata itu yang membuat Merlin semakin bingung. "Ada apa, Ophis-chan?"
"...." Setelah diam sejenak, Ophis menjawab: "Kedua orang itu telah pergi."
"Siapa?"
Merlin tidak mendapat jawaban dari mulut Ophis, dan dia tahu Ophis tidak akan repot-repot untuk menjelaskannya. Hanya setelah berpikir beberapa saat, dia tahu perkataan Ophis mengacu pada Sera dan Asheel.
"Lalu bagaimana dengan kita? Bukankah Sera-nee mengatakan akan mengamati perkembanganku selama ini?" Merlin mengeluh.
"Situasi telah berubah." Ophis hanya mengatakan kalimat sederhana, sebelum melanjutkan: "Kita akan menyusul."
Tanpa menunggu reaksi panik Merlin, Ophis sudah membelokkan ruang dan berteleportasi ke tempat Sera dan yang lainnya berada.
"Asheel!"
Merlin yang melihat Asheel berbaring seperti orang mati, lalu langsung melesat ke arahnya, mengabaikan semua kelelahan dan luka bakar di punggungnya.
Lalu saat pandangannya bergeser ke samping, dia juga melihat Sera yang berbaring dengan pulas di sebelahnya.
"Asheel, kau bahkan belum mengucapkan salam padaku, tapi sudah meninggalkanku begitu saja. Dan Sera-nee, bukankah kamu bisa menundanya hingga aku kembali. Kenapa kamu juga meninggalkanku tanpa berkata apa-apa...!?"
Merlin dengan sedih menangis, walaupun bukan perpisahan selamanya, tetap saja dia sangat sedih karena mereka tidak akan bisa berbincang-bincang selama ribuan tahun ke depan.
Dan karena kesedihan luar biasa yang tiba-tiba itu, dia bahkan mulai menyalahkan Sera secara tidak masuk akal. Padahal dia tahu sendiri jika di mata Sera, dia hanya dipandang seperti gadis kecil biasa, dan akan rela mengorbankan waktunya untuk bisa lebih lama bersama Asheel.
Karena itu Sera tertidur lebih dulu dan tetap akan berada di sisi Asheel dimanapun dan kapaunpun, setidaknya untuk kondisinya saat ini.
Merlin mengerti perasaan itu, bahkan dia bukan siapa-siapa baginya, hanya bocah yang dia asuh selama beberapa tahun terakhir. Siapa dia untuk menghalangi kisah asmara mereka berdua?
"Lihat saja, Sera-nee. Aku tidak akan mengecewakanmu pada pertemuan kita selanjutnya! Dan Asheel, aku akan terus merindukanmu...!"
Saat dia menunduk dan menatap Asheel dari dekat, namanya tiba-tiba dipanggil oleh sosok aneh di belakangnya.
"Merlin-sama, ini harta berharga yang diberikan oleh Tuan kepadamu. Dan juga, surat dari Tuan untukmu."
Merlin mengesampingkan tujuh bola ungu dan sebuah permata ke samping, lalu mengambil surat itu dan membukanya.
"Merlin-ku tersayang, aku ada permintaan untukmu. Tolong lanjutkan perawatan tubuh fanaku. Hanya kamu yang bisa kuandalkan. Dan juga, tolong rawat adik perempuanku, Ophis-chan. Ciao~"
"....."
"Kapan kamu menerima surat ini?"
".....Aku tidak tahu. Itu muncul begitu saja di telapak tanganku..."
"....."