Ternyata memang benar apa yang aku lihat di dalam mimpi semalam, Oma Mentik yang menghampiriku untuk berpamitan denganku dan menuntunnya kepada anak-anaknya yang masih banyak belum berkeluarga. Terasa sangat berat saat melihat kak Putri dan mas Putra saat menangisi tubuh Oma Mentik yang sudah terbujur kaku di dalam peti mati yang sudah berhiaskan bunga lili, bunga kesukaan Oma Mentik. Aku tak kuasa terus terusan untuk melihatnya, bisa-bisa aku juga ikutan menangis karena terbawa suasana. Aku memutuskan untuk cepat-cepat mengajak mama pulang sebelum hari semakin siang.
Benar saja, saat aku keluar rumah duka Oma Mentik, langit langsung menyapa kami dengan awan yang mulai menjadi kelabu, suara gemuruh pun sudah tedengar bersaut-sautan. Akupun langsung menarik tangan mama yang tak ada henti-hentinya berbicara dengan tetangga lain yang juga datang melayat.
"Ayoooo maaa... Mau hujan ini lhooo..." Ucapku dengan nada kesal.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com