webnovel

The Eyes are Opened

Kisah seorang gadis remaja yang bernama Dyandra (15 th) memiliki sixth sense yang selama ini belum terbuka penuh, akhirnya terbuka setelah mengalami kejadian supranatural di sekolahnya. Kemampuan yang dimilikinya saat itu ternyata tidak dapat ditutup hingga ia kuliah. Banyak kejadian-kejadian supranatural yang ia alami dan kemampuan baru yang dimilikinya berkembang dari hari ke hari sehingga mempengaruhi kehidupannya dan kisah cintanya. Bagaimana kehidupan Dyandra di masa depan?

Rachel_Oktafiani · Horror
Not enough ratings
203 Chs

5 Bersaudara

Malam itu akhirnya aku bersama teman-temanku merasa lega dan juga sedih telah mengantarkan kepergian guru les kami yang sangat baik untuk selamanya. Selesai acara doa beberapa orang gereja sempat mengobrol bersama membahas untuk waktu pemakaman miss Jeny, saat itu aku melihat mamaku tengah berbincang dengan seorang wanita sebayanya. Aku melihat aura wanita itu berbeda dengan yang lainnya. Seperti ada yang janggal dan seperti orang yang sering sekali bergesekan dengan hal mistis. Aku terus saja memperhatikan mama yang sedang berbincang dengan wanita tersebut, hingga teman-temanku tak ku perhatikan hingga mereka pulang dari rumah miss Jeny. Sedangkan Karin yang juga masih menunggu kedua orang tuanya ia sibuk bermain fri*ndster di ponselnya.

"Ndra! Sini." Panggil mama dari kejauhan sambil mengayunkan tangannya memanggilku. Segera aku bangkit dri tempat dudukku dan menghampiri mama yang sedang duduk di sudut ruang tamu rumah miss Jeny.

"Ya ma." Jawabku ketika aku berdiri dihadapan mama yang sedang duduk.

"Ndra, ini kenalin teman baru gereja mama, namanya tante Nunuk. Tante ini punya anak lima lho Ndra. Ada yang seumuran denganmu, dan ternyata rumah tante Nunuk ada di gang sebelah rumah kita! Masih satu komplek." Ucap mama menjelaskan informasi wanita itu dengan sangat antusias.

"Oh iya hallo tante.. Salam kenal.. saya Dyandra..." Ucapku dengan nada yang semanis mungkin di depan tante Nunuk. Saat melihat tante Nunuk lebih dekat memang terlihat dengan jelas, jika ia sangat sering bersinggungan dengan makhluk tak kasat mata, dan ia memiliki sensitifitas terhadap 'mereka' di sekitarnya.

Setelah menemani mama mengobrol dengan tante Nunuk, aku bersama Karin pun pulang. Kami langsung berlari menuju temapt parkir mobil yang terletak di seberang rumah miss Jeny. Saat itu telah jam sembilan malam, beberapa tamu yang menghadiri doa penghiburan telah pulang terlebih dahulu hany atinggal beberapa yang pulang bersama kami.

"Iiihhh... padahal dari tadi sudah berpamitan lho, kok bisa-bisanya sih masih ngobrol lagi di depan rumahnya miss Jeny?" Ucap Karin dengan nada yang kesal.

"Ya namanya aja orangtua rin.. bilangnya p ulang, tapi beberapa menit lagi tuh. Bisa-bisa setengah jam lagi." Timpalku yang sudah lelah menunggu orang tua kami yang masih terus mengobrol dengan yang lainnya.

"Ma! Pa! Ayokkk!! Sudah jam berapa ini?!" Teriak Karin dari depan mobil yang berjarak 5 meter dari kedua orang tuanya.

"Ya sudah ya bu, kami pulang dulu. Ayok pa, Karin sudah ngantuk itu mungkin." Ucap tante Hetty.

"Iya, iya.. Ya udah pak, saya duluan ya.. Sampai ketemu besok pagi di pemakaman." Ucap papanya Karin mengakhiri perbincangan.

"Ce, sudah?" Tanya tante Hetty pada mamaku.

"Iya sudah Het, aku dari tadi juga tungguin kalian, tapi aku nggak enak kalau kalian masih mengobrol sama pak Denny tadi." Ucap mamaku sambil berjalan ke arah kami.

"Lhooo.. tadi harusnya cece yang kasih tahu aku ce, jadinya kita kan nggak ke malaman pulangnya.. Maaf lho ya ce.." Ujar tate Hetty sambil membuka pintu mobil.

"Halah nggak apa. Ow ya, anak-anak duduk di tengah aja sama tante Dona ya.. Jadi nggak perlu bongkar bangku dulu.." Ucap tante Hetty saat kami hendak menaiki mobil.

"Iya ma." Ucap Karin.

"Lho ce, tadi itu siapa? Kok aku baru lihat ya?" Tanya tante Hetty.

"Ohh.. itu tadi mbak Nunuk Het. iya aku juga baru kenal sama orangnya. Katanya sih tadu waktu cerita-cerita, dia itu dulunya jemaatnya gereja pentakosta terus karena ada problem di grejanya, lalu dia mutusin untuk pindah ke gereja kita dan dia sudah jadi jemaat di sini lima bulan."

"Ow iya ta? Terus tadi itu apa mbak Nunuk kenal sama Jeny?"Tanya tante Hetty.

"Ya nggak kenal sih.. dia tadi ikut di acara doa penghiburan juga diajak sama pak Denny, kan dia di gereja ikut pelayanan sebagai pendoa." Terang mama.

"Ow gitu to.. terus rumahnya dimana itu ce? Kok naik sepeda angin?"

"Rumahnya lho ternyata denkat sama rumahku. Tapi masih ngotrak dia.. Belum punya rumah tetap sejak suaminya pindah kerjaan dari kantoran ke pabrik. Apalagi anaknya lima." Jelas mama.

Tak lama mama dan tante Hetty berbincang di dalam mobil, takku sadari aku bersama Karin telah tertidur selama perjalanan. Padahal jarak dari rumah miss Jeny ke rumah jika naik mobil tidak terlalu jauh, tapi saat itu aku merasa telah tertidur cukup lama, hingga kami tertidur dengan sambil menyenderkan kepala kami satu sama lain sebagai tumpuan.

"Ndra. Andra. Ayo bangun nak, kita sudah nyampai rumah." Suara mama terdengar lembut di telingaku. Aku membuka mataku dan melihat sekelilingku sesaat. Dan benar adanya aku telah berhenti di depan pintu rumah.

Hawa dinginnya malam yang menusuk hingga terasa di tulangku berhembus dengan lembut namun rasa dingin ini tak kuasa tubuhku yang kecil menahannya. Aku segera berlari setelah membuka pintu mobil.

"Rin, aku pulang dulu yaa.. byee.. sampai ketemu besok di sekolah.."Ucap perpisahanku pada Karin.

"Iyaa... bye Ndraa.."Balas Karin.

"Tante, om, terimakasih ya.. Andra pulang dulu ya te.. om.. Hati-hati di jalan.." Ucapku sambil menutup pintu mobil dan melambaikan tanganku kearah kaca mobil yang terbuka perlahan.

"Iyaaa.. makasi ya Ndraaa..". Teriak Karin dari dalam mobil yang telah terbangun dari tidurnya.

Aku berjalan memasuki rumah bersama mama dan mendapati papa yang sedang duduk di sofa sambil menonton televisi di ruang keluarga.

"Pa... mama sama Andra sudah pulang..". Ucap mama sembari melepas sepatu dan menaruk tasnya di atas lemari sepatu depan rumah. Namun tak ada jawaban dari papa yang mengiyakan kami jika sudah tiba.

"Paaa...papa... Mama sama Andra sudah pulang nihhh!!" Teriakku sambil mendekati sofa yang di duduki papa. Saat aku mendekatkan badanku ke sofa tersebut dan melihat apa yang papa lakukan, ternyata papa tertidur sambil duduk di depan televisi yang masih menyala. Aku bersama mama tertawa melihat papa yang tertidur lelap di sofa sambil menunggu kami pulang ke rumah.

"Kasihan papamu nak, nungguin kita kelamaan pulang sampai tidur di kursi. Ambilin selimut sama bantal nak, biarin aja dulu papa tidur di sini. Kalau di bangunin kasihan nanti kaget malah ngigau-ngigau gak jelas nantinya.. Hahahaha.." Ucap mama sambil membaringkan badan papa yang terkulai lemas di kursi sofa.

Setelah memberikan bantal dan selimut yang diminta mama, segera aku berlari ke kamar dan membasuh wajahku bersiap untuk tidur.

Malam yang panjang akhirnya berakhir di atas kasur yang empuk dengan selimut yang hangat, dan tak lama aku pun tertidur dengan pulas hingga keesokan harinya.

[Cuiiittt-cuiittt-cuiitt-cuiittt-cuuiiittt]

Terdengar suara kicauan burung di jendelaku yang sedang bernyanyi-nyanyi menandakan jika matahari sudah menyingsing tinggi di atas langit. Rasa kantuk yang dalam membuatku susah untuk membuka mata dan enggak untuk beranjak dari tempat tidur. Dengan setengah sadar, aku mengambil jam waker yang terletak di nakas sebelas tempat tidurku.

"HAH!! Sudah jam 8 pagi?? Waduh!! Telat ke sekolah dong?!" Ucapku panik melihat jam yang sudah semakin siang. Aku bergegas bangkit dari temapt tidurku dan dengan sigap mengambil handuk yang tergantung di balik pintu kamarku. Aku berlari menuruni anak tangga dan cepat-cepat masuk ke kamar mandi.

Disaat aku hendak memasuki kamar mandi, mama yang memperhatikanku sejak aku turun dari tangga memberhentikanku.

"Ndra? Kamu mau kemana kok buru-buru?" Tanya mama.

"Ya ke sekolah lah ma! Sudah ah, nanti aja! Andra sudah telat ini!" Ucapku sambil berteriak di dalam kamar mandi.

Tak sampai 15 menit aku selesai mandi dan bergegas menuju ke kamar. Tetapi ketika aku hendak menaiki tangga menuju kamarku, mama memanggilku dari arah ruang tamu. Aku menghampirinya dan melihat di ruang tamu ada tante Nunuk dan seorang anak laki-laki yang masih kecil duduk di pangkuannya. Anak kecil ini terus menerus menatap ke arahku hingga aku merasa risih. Aku menundukkan kepalaku sebagai ucapan salam kepada tante Nunuk tanpa aku berbicara kepadanya. Sejak awal mama mengenal tante Nunuk, aku sudah tak nyaman di dekatnya oleh karena hal itu aku tak ingin menjalin komunikasi dengan tante Nunuk hingga lebih lama maupun lebih dalam.

"Apa ma? Manggil Andra? Ini sudah telat kok mama manggil-manggil segala." Ucapku dengan nada kesal.

"Mama tanya, kamu mau kemana kok ada telat-telat gitu?" Ucap mama dengan santai.

"Ya mau kemana lagi? Andra mau berangkat sekolah lah! Sudah jam berapa ini?? Mama juga sudah tahu kalau Andra bangunnya kesiangan kok nggak bangunin Andra. Biasanya jam 5 pagi sudah bangun Andra. Ngalah-ngalahi jam alarmku aja maa... maaa..." Jawabku.

"Hmmm..tolong lihatin kalender dong di situ sekarang tanggal berapa." Ucap mama.

"Haduuuhh.. pake acara suruh liat tanggalan. Ck." Omelku sambil berjalan menuju kalender yang terpasang di dinding sebelah kabinet. Aku memperhatikan tanggalan hari ini dan melihat jika tanggal hari ini tepat di hari Jum'at tanggal 16 bulan Mei 2008.

"Hmmm... tanggal 16 Mei.. Aahhhkkkhhh!!! sekarang tanggal merah to!" Teriakku yang baru menyadari jika hari ini libur. Mendengar mama yang tertawa di ruang tamu membuatku sedikit kesal dan aku segera menghampirnya.

"Ma! Kenapa dari tadi nggak bilang sih kala hari ini libur?! Kenapa pake acara ngetes-ngetes Andra segala?! Kan bikin emosi jadinya!" Ucapku dengan nada kesal. Mama melihatku yang kesal malah tertawa bersama tante Nunuk seakan-akan mama meledikku.

"Ihh!! Malah ngetawaian sih!" Ucapku dengan kesal.

"Ya habisnya kamu yang pelajar harusnya bisa ingat tanggalan dong.. Hari ini masuk apa nggak.. bukannya mama yang terus-terusan kamu buat kaya alarmmu. Ow ya ini lho anaknya tante Nunuk yang paling kecil. Sini dulu deh." Kata mama sambil mengayunkan tangannya memanggilku dan aku menghampirnya lalu duduk di sebelah mama.

"Oh iya hallo tante.. Maaf tadi Andra buat keributan ya.. hehehe.." Ucapku basa basi.

"Nama anaknya siapa te?" Tanyaku lagi.

"Hallo Ndraa... It's ok kok.. namanya manusia bisa aja lupa. Hehehehe.. Tante lihat kamu kaya kelelahan sekali sampai kamunya lupa hari ini sekolah atau nggak.." Ucap tante Nunuk.

"Oh-Iya te.. Ya biasa di sekolah banyak kegiatan... hehehehe...". Ucapku.

"Ini anak tante yang paling terakhir.. Namanya Kiki, masih 8 tahun usianya.. Ow ya nanti juga ada anak tante datang lagi, mungkin kalian bisa berteman." Ucapnya lalu tersenyum manis kepadaku.

"Waahhh lucu ya tan anaknya.. Cowo tapi wajahnya manis.." Ucapku sambil tersenyum.

"Tan, permisi dulu ya kalau begitu saya mau sarapan dulu.."

"Oh iya Ndra, silahkan." Ucap tante Nunuk lalu melanjutkan kembali berbicang dengan mama.

Siang itu perasaanku nggak enak, sejak tante Nunuk ke rumah, semakin aneh aja aku merasakan di rumah ini. Apa hanya perasaanku saja ya? Tapi memang tante itu sangat aneh sejak aku melihat dan mengenalnya di rumah miss Jeny. Aku hanya berharap tak ada hal-hal aneh yang terjadi di sekitarku nantinya.

[Tiinnn-tinnn]

Terdengar suara klakson sepeda motor dari depan rumah. Entah siapa lagi yang datang ke rumahku siang-siang begini. Apa salah satu anak dari tante Nunuk yang di ceritakan tadi atau bukan, bukanlah urusanku. Selesai makan siang, aku segera berlari menuju ke kamar lalu terdengar lirih dari ruang makan suara mama dan tante Nunuk.

"Ce, saya pamit pulang dulu ya. Terimakasih sudah ijinin saya main-main ke sini.." Ucapnya dan beranjak dari tempat duduknya