webnovel

The Danish Boss

Kana jatuh cinta pada Fritdjof Moller, atasannya yang meninggalkan Denmark demi menyembuhkan luka atas pengkhianatan calon istrinya, dan Kana bertekad akan menunjukkan bahwa Kana dan negara ini adalah obat yang tepat. *** Fritdjof Moller melakukan sebuah perjalanan panjang, lebih dari 11.000 kilometer, untuk melupakan cinta dan semua rasa sakit yang timbul karenanya. Siapa yang menyangka di negara baru yang dituju, Fritdjof menemukan matahari yang menerangi jiwanya yang gelap pada sosok Kana. Dengan cintanya, pelan-pelan Kana bisa meruntuhkan tembok di sekeliling hati Fritdjof. Ketika Fritdjof sudah siap melupakan sumpahnya—untuk tidak lagi memberi tempat pada wanita dalam hidupnya—Fritdjof mengetahui rahasia besar yang disembunyikan Kana. Haruskah Fritdjof terus percaya—dan berharap—bahwa Kana tidak akan menghancurkan hatinya sebagaimana calon istrinya dulu? Atau pergi meninggalkan negara ini, sebelum dirinya terlalu dalam mencintai Kana, untuk menyelamatkan keping hatinya yang tersisa?

IkaVihara · Urban
Not enough ratings
31 Chs

Did I do Something Wrong?

"Fuck!" Fritdjof mengumpat. Jadi Helene melindungi laki-laki yang menidurinya?

"Katakan Helene!" Sudah habis kesabaran Fritdjof. Hampir-hampir Fritdjof mengempaskan tubuh Helene ke lantai, kalau Fritdjof tidak melihat tangan Helene di atas perutnya. Berusaha melindungi bayinya. Fritdjof tidak suka melihatnya. Tidak suka Helene melindungi anak dari laki-laki lain. Seharusnya wanita itu hanya mengandung anak Fritdjof. Nanti setelah mereka menikah.

"Mikkel...."

Jawaban Helene membuat Fritdjof merasa dunia runtuh tepat di atas kepalanya. Tidak pernah terpikir selama ini bahwa Fritdjof akan mendengar nama itu keluar dari mulut Helene. Nama sahabat Fritdjof keluar dari mulut kekasih Fritdjof. Hanya ada satu Mikkel dalam hidup mereka. Sahabat dan orang yang sudah dianggap Fritdjof sebagai saudara.

"Beraninya kamu! Beraninya kamu melakukannya dengan sahabatku!" Tidak bisa lagi menahan amarah, Fritdjof mengempaskan tubuh Helene ke sofa.

"Maaf ... Maaf ... Fritdjof ... Maafkan aku...." Helene memohon ampun sambil masih memegangi perutnya, seolah takut Fritdjof akan melukainya di sana. Membahayakan bayinya.

"Beraninya kalian berdua mengkhianatiku." Fritdjof bersiap merenggut tubuh Helene lagi.

"Maaf ... Maafkan aku...." Helene menangis semakin keras, memohon Fritdjof untuk mengampuninya. "Maafkan aku, Fritdjof...."

"Maaf katamu?!" Fritdjof mendengus keras. Apa perasaan dikhianati ini akan hilang hanya dengan kata maaf dari mulut Helene? Tidak! Walaupun Helene mengucapkan beribu-ribu kata maaf, pengkhianatan tersebut tidak akan hilang.

"Aku pastikan aku tidak akan pernah melihat kalian lagi!" Fritdjof melemparkan kotak cincin yang dibawanya ke arah Helene. "Hari ini aku ingin memberimu kejutan. Tapi malah aku yang mendapat kejutan," kata Fritdjof dengan getir.

"Aku mencintaimu, Fritdjof...." bisik Helene sebelum Fritdjof mencapai pintu.

"Cinta?! Itukah yang kamu sebut cinta?!" Fritdjof berbalik dan kembali berteriak. Tatapan matanya nyalang. "Kalau kamu mencintaiku, kamu tidak akan tidur dengan sahabatku!"

Fritdjof meninju pintu besi di depannya. Buku-buku tangannya memerah. Rasa sakit di tangannya tidak bisa mengalahkan rasa sakit di hatinya. "I just hate you. And I hate myself for loving you."

"Aku tidak tahu kenapa aku melakukannya, Fritdjof ... Mikkel dan aku … kami … itu terjadi begitu saja…." Helene berusaha menjelaskan tapi tidak bisa menemukan alasan untuk membenarkan perbuatannya.

Jadi Helene sama dengan semua wanita di sini, yang hanya berharap ditiduri? Fritdjof merasa dirinya sangat bodoh menganggap Helene berbeda dengan wanita lainnya.

"Apa kamu tidak bisa bersabar dan menunggu sampai kita menikah? Kamu sendiri yang mengatakan ingin melakukannya ketika sudah menikah nanti. Demi Tuhan! Aku berencana melamarmu hari ini." Fritdjof berkata dengan sangat dingin.

"Fritdjof...." Suara Helene semakin hilang ditelan isakannya.

"I respect you, Helene. I respect you way too much to do that. Untuk memaksakan apa yang tidak kamu inginkan." Suara Fritdjof menggema di ruangan itu, di antara isak tangis Helene.

***

Fritdjof masuk ke apartemen Mikkel di Ringstedgade. Apartemen dibeli Mikkel sejak dia mulai bekerja di Siemens Wind Power. Hari ini adalah hari Sabtu dan Fritdjof yakin Mikkel sedang berada di rumah. Mungkin sedang bersama salah satu kænester-nya. Sejak dulu Fritdjof tahu Mikkel memang bajingan. Hanya saja Fritdjof tidak menyangka bajingan itu tidur dengan wanita yang dicintai Fritdjof.

Fritdjof langsung menerjang Mikkel yang keluar dari ruang mandi. Tinju Fritdjof bersarang di rahang Mikkel. Bibir Mikkel berdarah tapi Fritdjof tak peduli. Kepala dan perut Mikkel juga tak luput dari tinju Fritdjof. Mikkel tidak melawan, hanya berusaha melindungi kepalanya dari amukan Fritdjof. Mikkel membiarkan dirinya terkapar lemas di lantai dekat dapur. Sementara itu Fritdjof menatap Mikkel dengan marah dan jijik.

"Kau harus mengakui anak Helene!" Fritdjof merenggut kerah baju Mikkel.

"A ... nak?" cicit Mikkel. Mikkel kesulitan bernapas karena lehernya tercekik.

"Apa kau tuli?! Helene mengandung anakmu! Kau harus mengakui anak di perutnya!" Fritdjof mengempaskan tubuh Mikkel keras-keras. Tidak ­peduli kalau kepala Mikkel pecah menghantam lantai.

"Apa kau tahu?!" Tangan Fritdjof masih di leher Mikkel. "Helene tumbuh tanpa pernah tahu siapa ayahnya. Tidak tahu kan?! Kau hanya menidurinya karena dia cantik. Kau tidak ingat dia calon istri sahabatmu sendiri! Kalau kau punya hati, kau tidak akan membiarkan anaknya, anakmu, hidup...." Fritdjof merasa hatinya sakit ketika mengakui bahwa Mikkel adalah ayah dari bayi di perut Helene. "...tanpa memakai nama belakang ayahnya di belakang namanya. Mulai hari ini aku tidak mengenalmu lagi." Fritdjof berbalik dan meninggalkan Mikkel yang sedang mengerang kesakitan.

***

Fritdjof mengemasi pakaiannya tiga hari kemudian. Dan memutuskan untuk meninggalkan kuliah Ph.D-nya yang sudah setengah jalan. Kepada keluarganya, Fritdjof hanya menjelaskan sekilas bahwa hubungannya dengan Helene sudah selesai. Tidak jadi ada lamaran dan jelas tidak akan ada pernikahan. Sepertinya Frederik tahu bagaimana cerita sebenarnya. Bagaimana Fritdjof dikhianati. Namun Frederik memilih tetap berteman baik dengan Mikkel dan Helene.

Yang harus dilakukan Fritdjof adalah pergi dari sini. Fritdjof memandang ke luar jendela, ke rækkehus—seperti apartemen tapi tidak menjulang ke atas, melainkan berjajar ke samping—di seberang sana. Tatapan mata Fritdjof jauh melewati deretan rumah-rumah itu. Masa depan Fritdjof tidak ada lagi di sini. Tidak di kota ini. Tidak di negara ini. Tidak di benua ini. Fritdjof belum tahu dia akan menemukan di mana.

***

Fritdjof menaruh banyak harapan pada hubungannya dengan Kana. Sebab hubungan ini berarti besar bagi Fritdjof. Sungguh Fritdjof berharap dia akan bahagia bersama Kana. Berharap Kana adalah wanita terakhir dalam hidpnya. Setelah bertemu Kana, Fritdjof tidak ingin lagi pergi ke tempat jauh atau bersusah-payah mencari pendamping hidup. Fritdjof menginginkan masa depan bersama Kana. Hanya Kana. Fritdjof mengacak rambutnya frustrasi. Sekarang, setelah merasa yakin harapannya akan terwujud, tiba-tiba Fritdjof dihadapkan pada kenyataan bahwa Kana mungkin tidak serius menjalin hubungan dengannya.

Expectation is the reason we feel disappointed. Bagaimana mungkin Fritdjof tetap menumbuhkan harapan padahal Fritdjof sangat tahu rasanya sakit karena harapan yang tidak sesuai kenyaataan. Fritdjof sudah pernah mengalaminya saat kehilangan Helene dulu.

Seandainya bukan Daniel yang patah hati karena dipermainkan Kana, Fritdjof tidak akan percaya Kana punya sisi buruk seperti itu. Fritdjof selalu percaya bahwa Kana juga mencintainya. Hanya mencintainya. Tidak akan ada laki-laki selain Fritdjof dalam hati Kana. Fritdjof tahu Kana sedang kebingungan menghadapi sikap Fritdjof yang berubah seratus delapan puluh derajat. Pasti Kana menyimpan banyak pertanyaan. Tetapi Fritdjof sedang tidak ingin membahasnya. Saat ini Fritdjof perlu waktu untuk menurunkan emosi. Jika Fritdjof mengikuti keinginan Kana untuk bicara sekarang, Fritdjof tidak tahu kata-kata kasar apa yang akan keluar dari mulutnya. Yang mungkin akan semakin menyakiti Kana.

Tadi Fritdjof tetap memaksa Kana untuk pulang bersamanya. Karena Fritdjof tidak mau Kana keluyuran menemui laki-laki lain kalau dibiarkan sendiri. Apa yang ada di kepala Kana selama ini? Mengencani laki­laki berengsek seperti Niel dan meninggalkan laki-laki baik seperti Daniel? Benar-benar tidak bisa diterima akal sehat.

Fritdjof mengambil ponselnya yang bergetar pendek di saku celananya. Pesan dari Kana.

Did I do something wrong?

--

Bersambung