webnovel

THE CURSED ROOM [CONTINUE STORY pt 1]

The_rosy · Teen
Not enough ratings
12 Chs

Chapter #10

Akhirnya Emma mengetahui latar belakang dirumah itu. Ia masih penasaran kenapa pria itu melakukan kekerasan terhadap orang yang ada dirumahnya itu.

Dia mencoba mengingat kembali wajah pria itu untuk mengetahui misteri selama ini belum terungkap.

Ia menutup matanya dan memegang kepalanya dengan satu tangan.

Tetapi, saat ia mencoba mengingat kembali, ia sudah lupa dengan wajahnya itu.

Pikirannya mulai menguasai dirinya. Tapi, Emma tidak ingin pikirannya tiba-tiba kosong, lantas ia menggelengkan kepalanya agar dia bisa sadar dari pikirannya, dan sedang apa ia disini.

Emma sambil membuka matanya "Tadi aku melihat wajahnya pembunuh itu, namun, saat kuingat kembali... Aku sudah lupa bagaimana rupa wajahnya"

"Darimana kamu tahu wajahnya?" Peter heran, bagaimana dia bisa tahu wajahnya. Padahal dia kan orang baru yang beberapa hari yang tinggal di rumah itu.

"Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, entahlah sepertinya aku memiliki indera keenam"

"Bagaimana yang kamu lihat tadi? Apakah masih ada bayang-bayang masih membekas di ingatanmu?"

"Entahlah Peter, Aku tidak mau membicarakan itu disini, aku ingin berpindah tempat"

Emma merasa tidak nyaman membicarakan hal itu di depan kedua makam tersebut.

"Baiklah kalau begitu, ayo kita pergi dari sini" Peter mengajak Emma.

"Tunggu, bagaimana kalau kita kamarku saja?, ada yang ingin kuberitahu kepadamu tentang pengalamanku tinggal disini"

"Umm, Kamarmu? Boleh saja"

"Ayo kita pergi" Kata Emma.

Kemudian mereka berjalan masuk kedalam rumahnya dengan menggunakan pintu belakang rumahnya.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai ke tangga dalam rumahnya untuk pergi ke kamar Emma. Peter melihat 6 ruangan di lantai atas rumahnya Emma.

Langkahnya Peter berhenti, dan memandangi rumahnya Emma sambil menyandar di balkon. Matanya terbelalak melihat rumahnya itu, biarpun banyak yang bercerita seram tetapi indah jika dilihat kedalamnya.

"Luas dan indah sekali Emma, aku terpesona dengan rumahmu" Peter terpesona dengan rumahnya Emma yang luas.

"Terimakasih Peter, aku suka tinggal di tempat ini, tetapi hanya saja di hari pertamaku tinggal disini, aku sedikit kesal karena harus capek-capek mengecat ulang seluruh kamar ini!" Katanya sedikit geram.

"Tapi, Aku terpesona dengan rumahmu Emma! Keluargamu yang mendekorasi ulang semua ini?"

"Tentu, itu hasil kerjasama kami sebagai keluarga"

"Fantastis!"

Emma hanya membalas senyuman kepada Peter.

Tak lama kemudian Emma membuka pintu kamarnya.

Dan terlihat ranjang dan lemari bukunya dari depan pintu.

Di dinding kamarnya terdapat wallpaper garis-garis berwarna hijau, dan kasur dengan seprai berwarna kuning gading.

Hanya ada sedikit sesuatu yang mengganggunya, yaitu debu di lemari bukunya.

Ia memang anak yang cinta kebersihan, namun ia agak malas untuk melakukan bersih-bersih.

Ia hanya melakukan bersih-bersih pada barang kesukaannya saja.

Ia punya alergi yang akut, setiap ia membersihkan debu, pipinya akan memerah dan bersin-bersin bahkan demam. Dengan menggunakan penutup untuk hidungnya selama ia bersih-bersih tetap saja ia akan bersin, bahkan sampai ia demam.

Ibunya tidak ingin anaknya sakit-sakitan, sehingga setiap kali ibunya yang membersihkan.

"Maafkan aku tentang debu-debu yang ada di rak buku ku"

"Tidak masalah kok!" Katanya Peter

Kamarnya yang luas seperti sedang di ruang tamu. Sangat menarik perhatiannya.

"Aku ingin bercerita disini tentang pengalamanku dirumah ini, oh iya kita duduk disini saja" sambil mengajaknya duduk di pinggir kasur miliknya.

"Baiklah terimakasih"

"Aku akan ceritakan, pengalamanku tinggal dirumah ini."

"Aku siap mendengarkan Emma"

"Aku punya kakak laki-laki yang namanya Daniel. Dan Saat pertama kali aku senang mendapat kabar keluargaku akan pindah rumah yang lebih luas dan tenang. Karena keluargaku menginginkan rumah yang besar."

"Tapi, saat kami tiba, ternyata rumah ini tidak sesuai dengan ekspektasiku. Bahkan kami harus capek-capek mengecat ulang lagi"

"Tadi, aku malah jadi syok tentang latar belakang rumah ini. Tapi aku yang tinggal dirumah ini, jadi aku harus belajar berani sendirian, walaupun agak mengerikan"

"Ngomong-ngomong tadi aku tidak ingat wajah pria misterius itu" lanjut Emma

"Oh, Itu bukan masalah Emma. Bahkan Aku malah belum mendengar kalau Daniel itu kakakmu."

"Jadi, sekarang sudah nyaman tinggal disini?"

"Ya sedikit"

"Dulu ayahku pernah bilang, di antara ruangan ini, ada salah satu ruangan yang terkutuk, yang mengisahkan seorang ibu dan anak meninggal disini"

Kemudian Emma bangun dari duduknya lalu keluar dari kamarnya dan berdiri di depan pintu kamarnya.

"Peter, kemari lah!"

"Ada masalah Emma?"

"Aku ingin bicara sesuatu padamu!"

"Aku datang"

Kemudian Peter bangun dari duduknya dan menghampiri Emma kemudian bersamanya.

Jari telunjuknya Emma mengarah ruangan yang ia pernah mengalami kejadian mengerikan di dalamnya.

"Apa itu?"

"Aku pernah mengalami hal buruk di ruangan ini. Mungkin, ini adalah ruangan terkutuk yang ayahmu maksudkan"

"Aku tidak tahu letaknya dimana. Memangnya Hal buruk seperti apa?"

Kemudian Emma seketika teringat kejadian yang kemarin pernah dialaminya di ruangan itu. Ruangan gelap, berbau anyir dan ada suara aneh didalamnya.

"Emma kamu baik-baik saja?" Sambil menepuk pundaknya.

"Aku baik-baik saja Peter."

"Syukurlah"

Peter bertanya-tanya kepada Emma karena ia ingin tahu, apakah ada sesuatu yang ganjil sering terjadi di tempat ini, ataupun gangguan arwah jahat. Karena sekian lamanya tempat ini tidak pernah ada yang tinggal selain keluarganya Emma.

"Aku pernah mencium bau anyir di tempat ini di malam hari, dan seperti tetesan air jatuh, tapi saat aku lihat plafonnya tidak ada yang bocor."

Karena ia penasaran apa yang ia katakan, Peter nekat ingin membuka pintu ruangan itu.

"Bolehkan aku melihat isi dalam ruangan ini?"

"Lebih baik jangan Peter" ia tidak ingin Peter terluka.

"Kenapa jangan?"

"Aku takut kamu tidak akan bisa keluar dari ruangan ini"

"Ayolah, aku orang tinggal sudah lama disini, aku yakin baik-baik saja Emma"

"Benar-benar yakin?"

"Tentu"

Kemudian Peter mengayunkan gagang pintu untuk membukanya, tetapi ruangan itu dikunci.

"Terkunci?"

"Aku yang menguncinya"

"Minggir, aku akan buka pintu ini"

Tak lama Emma memasukkan kuncinya ke lubang kunci. Saat Peter ingin membuka, Emma mencekal tangannya.

"Tetaplah disisiku Peter."

"Aku akan jaga diriku, aku yakin tidak ada apa-apa disana"

Peter tidak tahu jika ruangan itu mungkin bisa berbahaya jika Ia masuk. Tapi ia nekat untuk membuka pintu ruangan itu.

Tangannya mengayunkan gagang pintu sehingga terbuka dan menampakan isinya.