Luna berjalan pulang ke rumah kontrakannya dengan badan yang lengket. Sekujur tubuhnya lemas. Kakinya masih terasa gemetar akibat orgasme yang bertubi-tubi. Kalau tidak salah hitung, Luna mencapai puncak kenikmatan hingga lima kali.
"Brengsek! Keparat pria itu!" umpat Luna sambil mengacak-acak rambutnya. "Kenapa harus dia yang bisa melakukan hal ini padaku? Kenapa bukan James, Lukman, Reza, Abe, Tom, dan.. Haish, dasar menyebalkan!"
Luna menghentak-hentakkan kakinya. Rasanya ingin melampiaskan amarahnya dengan berteriak histeris. Luna semakin marah ketika mendapat tawaran menjadi simpanan wakil rektor itu. Dan tawaran itu diajukan saat pria itu mengerjai dirinya tanpa ampun. Luna tidak bisa mengatakan yang lain, selain menjawab, iya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com