webnovel

The Consort of King Kai Zhen

Freya tenggelam dalam sebuah danau saat ikut liburan bersama ayah kandungnya, serta ibu dan adik tirinya ke sebuah pulau. Dan tiba-tiba kembali terbangun dalam tubuh lain milik seorang putri mahkota dari kerajaan Ming di abad 18 dengan nama Mei Lian. Gadis itu juga mengalami tragedi tenggelam akibat sifat culas sahabatnya yang bernama Liu Shan. Freya yang telah berganti identitas dengan melintasi dimensi waktu tanpa sengaja itu, pun menjalani hari-harinya sebagai istri pangeran Kai Zhen. Mei Lian lama yang terlampau polos dan menyedihkan kini bertransformasi menjadi bintang. Banyak hal berubah pada dirinya termasuk orang-orang di sekitarnya. Saat pangeran Kai Zhen dinobatkan menjadi kaisar, Mei Lian baru tahu, bahwa jiwanya terikat dengan sang suami sebagai akibat dari upaya penyembuhan saat dirinya tenggelam. Dirinya bisa terbebas dari tubuh itu kalau suaminya telah meninggal. Rahasia besar itu pun terbukti saat pecah perang besar akibat sebuah pemberontakan. Sang kaisar yang terluka parah pun melepaskan mantra pengikat pada mereka, agar Mei Lian bisa terbebas dari kehidupan yang selama itu telah dijalaninya. Di saat Kai Zhen benar-benar meninggal, Mei Lian pun turut menghembuskan nafas terakhir. Dan dia telah terbangun untuk kedua kalinya dari kematian dalam wujud tubuhnya yang dulu di sebuah rumah sakit sebagai nyonya Falzen. Benarkah dia sungguh-sungguh telah mengalami transmigrasi ke dalam dimensi lain? Dan mengapa identitasnya bukan lagi sebagai Freya?

ida_el_hakim · Fantasy
Not enough ratings
5 Chs

Ada apa dengan Freya?

UHUK!

Freya terbatuk-batuk. Hidung dan dadanya terasa sangat sakit luar biasa. Apalagi ditambah ada yang menepuk pipinya berulang-ulang dengan cukup keras. Ingin rasanya gadis itu berteriak memaki orang yang berani-beraninya menganiaya dirinya bahkan di saat-saat kritisnya. Sayang sekali, tubuhnya yang lemah terasa tak berdaya hanya untuk mengeluarkan sepatah kata.

Dengan perjuangan keras, Freya berhasil membuka sedikit matanya. Meski hanya bayangan samar, terlihat seseorang yang berada sangat dekat dengan wajahnya. Bahkan hembusan nafasnya terasa menyapu pipinya yang kebas akibat kedinginan.

' Indah sekali ….' Batin Freya yang lamat-lamat dapat menangkap bayangan wajah yang teramat dekat di wajahnya itu.

Hidung mancung, bibir tipis kemerahan, juga sorot mata tajam dinaugi alis berbulu lebat yang hampir bertautan. Freya ragu, apakah dia sosok pria atau wanita ditilik dari wajah cantiknya. Pun aneh kalau mengingat tim SAR tak mungkin hanya memakai jubah biasa untuk menolongnya karena mereka pasti dilengkapi dengan seragam khusus.

"Lian!"

Freya dapat melihat gerakan bibir seseorang di depannya itu dengan jelas memanggilnya dengan nama asing. Raut wajah panik itu tampak begitu manis di matanya. Freya merasa sangat lega karena akhirnya dia selamat dari tragedy tenggelam akibat ulah dari saudari tirinya itu. Tanpa gadis itu sadari, ia mengulas sedikit senyuman di bibirnya sebelum akhirnya semua terlihat kembali gelap.

#

BEEP

BEEP

BEEP

Bunyi peralatan medis memenuhi seluruh ruangan.

Di sebuah ranjang pasien, tergeletak tubuh Freya yang hampir di seluruh tubuhnya terpasang berbagai alat-alat medis. Sedangkan di sisi atas kepalanya, tampak sebuah layar monitor yang menampilkan grafik-grafik yang menunjukkan kondisi pasien. Gadis itu bernafas teratur dengan bantuan oksigen yang dihubungkan dengan selang yang terpasang di hidungnya. Namun, dia tampak tertidur sangat lelap, tanpa ada sedikit pun pergerakan.

Dokter yang baru saja memeriksa kondisi Freya membuat sebuah catatan di bukunya dengan tanpa sadar menggeleng-gelengkan kepala.

"Bagaimana kondisi dia Dok?" tanya George dengan sorot mata sayu.

Bagaimana tak sayu, kalau sudah beberapa hari dia tak mampu memejamkan matanya dengan tenang. Meski Freya dirawat di ruang VIP yang disediakan sofa dan juga ranjang khusus untuk penunggu pasien, namun kondisi putri tunggalnya yang tak menunjukkan perkembangan yang berarti membuatnya cukup khawatir.

"Maaf, Tuan George. Kondisi Freya sebenarnya cukup stabil dilihat dari perkembangannya. Seluruh organ tubuhnya bekerja dengan baik. Hanya saja, karena dia tak kunjung siuman, sebaiknya alat-alat penunjang kehidupannya tak perlu dilepas dulu." Tutur sang dokter.

"Apakah itu berarti putriku sebenarnya baik-baik saja? Lalu kenapa dia tak kunjung bangun?" tanya George khawatir. Kondisi ini terlalu aneh bagi dirinya yang awam akan dunia medis.

"Sebenarnya kami juga agak bingung dengan keadaan ini. Tapi dalam dunia medis, nona Freya bisa dikatakan masih dalam kondisi koma." Terang sang dokter kemudian.

George tampak termangu sesaat. Keterangan singkat sang dokter bagaikan sebuah silet yang menyayat hatinya. Perih, namun tak berdarah.

"Tuan George? Apakah Anda baik-baik saja?" tanya sang dokter sembari menepuk pelan pundak pria paruh baya itu.

"A-Ah! Ya … ya, saya baik-baik saja." Jawab George tergagap.

Dokter yang tampak masih muda itu tersenyum, kemudian menepuk dua kali pundak George dan memberikannya kata-kata penyemangat.

"Jangan cemas. Kami para tenaga medis akan memberikan perawatan sebaik mungkin, dan mengupayakan kesembuhannya. " hibur sang dokter dengan kata-katanya yang lembut.

"Terima kasih banyak, Dok. Terima kasih."

"Sama-sama. Mari," ucap sang dokter, kemudian meninggalkan ruangan setelah menatap Freya sesaat sebelum benar-benar meninggalkan ruangan.

'Malang sekali ….' Ucap sang dokter lirih sembari menutup pintu.

###

Sementara itu, di sebuah balkon rumah mewah tempat tinggal George, tampat Imelda dan Naura yang sedang berbincang-bincang dengan tampang wajah serius. Pasangan ibu dan anak itu rupanya tengah berdebat mengenai kondisi yang menimpa Freya, anak tunggal George. Dan merupakan putri sambung Imelda, sekaligus saudara tiri Naura.

"Apa yang ada di otak kecilmu itu, bodoh?! Kalau Daddy tahu, dia tak hanya akan menendangmu dari sini. Tapi aku juga yang akan kena dampaknya." Ujar Imelda dengan wajah geram.

"Aku sangat kesal dengan gadis sombong itu, Ma. Dia selalu saja merendahkanku," kilah Naura tak ingin disalahkan.

"Ya ya ya. Aku tahu kau tak menyukainya, tapi setidaknya bersikap manislah untuk sementara waktu. Kalau di kali pertama kita bersama-sama sudah seperti ini, apa George tidak akan curiga hah?!" bentak Imelda kesal.

"Maaa … bahkan kau pun membelanya?" rengek Naura dengan matanya yang sudah mulai berkaca-kaca.

"Bukan begitu, sayang. Tindakanmu ini akan terlalu mencolok. Dan itu tak akan menguntungkan bagi kita. Ingat, apa tujuanku emnikahi George kan?" tukas Imelda.

"Lalu, kita harus bagaimana?" tanya Naura.

"Yah … Harus bagaimana lagi. Tunjukkan saja sikap manis dan perhatian pada Daddy barumu itu. Juga jangan lupa untuk tampak prihatin atas musibah yang menimpa gadis itu. Aktingmu saat di yacht sudah bagus. Kurasa, kau tak akan kesulitan bagaimana kau harus bersikap ke depannya." Ujar Imelda panjang lebar.

"Baiklah Ma … akan kulakukan sebaik mungkin." Jawab Naura sembari menyunggingkan senyuman lebar.

"Ahhh … kau memang putriku yang terbaik. Ingat! Tahan dirimu sebaik mungkin agar tak lagi melakukan kecerobohan." Kata Imelda sembari memeluk erat putri kesayangannya itu.

Naura Dealova Arash, gadis yang usianya kini menginjak 17 tahun adalah sosok yang manja dan sangat egois. Apa pun yang dia inginkan harus terpenuhi. Gaya hidupnya yang serba ingin mewah tentu tak luput dari peran sang ibu, Imelda Sasha Arash. Oleh sebab ittu, Imelda sangat berambisi untuk menakhlukkan George, sang bos di perusahaan tempatnya bekerja. Maka, berbagai cara pun dia lakukan demi mendapatkan pria incarannya tersebut.

George William Lucas, pria berkebangsaan Inggris ini adalah seorang duda kaya raya yang telah lama ditinggal wafat istri tercintanya yang meninggalkan seorang putri yaitu Freya Arabella Lucas. Sebenarnya sudah berkali-kali George mengenalkan sosok ibu pengganti bagi Freya, namun gadis itu selalu saja bisa membuat mundur para calon ibu tirinya.

Sebuah keberuntungan bagi Imelda yang tampak kasat mata bagi Freya yang mengganggapnya hanya staf biasa. Dengan beberapa trik licik, Imelda mampu menjerat George dengan ssegala kepura-puraannya. Dan bodohnya George, dia dapat tertipu oleh kepolosan palsu yang ditunjukkan Imelda.

Meski Freya sebenarnya kecewa dengan keputusan George yang memilih Imelda sebagai ibu sambung baginya, namun gadis itu berusaha berpikir postif terhadap perempuan yang berhasil merebut hati sang ayah. Namun siapa sangka, niat baiknya justru berbuah petaka.

Tanpa sengaja, Freya mendengar pecakapan antara Imelda dengan putrinya, Naura tepat di hari pernikahan ayahnya itu. Gadis yang usianya hanya terpaut 3 tahun di bawahnya itu ditugaskan untuk mendekati dirinya demi meraih keuntungan. Seperti yang dilakukan Imelda terhadap George selama ini. Apa lagi kalau bukan karena harta? Itulah yang membuat Freya selalu berusaha menghindar dari keduanya agar tak terlibat sandiwara busuk mereka.

Dan tanpa Freya sadari, sikap mengalahnya diartikan negative di mata Naura. Gadis itu justru semakin berambisi untuk segera menyingkirkannya. Dan secepat itulah Freya bisa dicelakai.

Niat hati ingin menenangkan diri di pulau yang sering ia kujungi bersama Mom dan Daddynya semasa mereka bersama, akhirnya berbuah petaka. Saat dirinya ikut mengendarai yacht pribadi milik ayahnya untuk menuju pulau, di sana Naura mencoba mengintimidasinya. Berpura-pura baik dan polos di depan George, namun bermulut pedas saat tak ada orang lain di sekitar mereka.

"Hai, Freya. Mengapa dadamu begitu rata? Padahal usiamu sudah jauh lebih tua dariku." ujar Naura untuk memancing amarah Freya.

Freya yang saat itu mengenakan hoodie dan celana hot pants tampak santai menikmati angin yang menerbangkan rambut lurusnya yang berwarna kecoklatan. Namun bukan Freya namanya kalau bisa terpancing hanya dengan hinaan receh semacam itu. Freya hanya melirik sinis Naura yang ikut-ikutan berdiri di pagar pembatas di ujung kapal.

"Memangnya kenapa kalau rata? Toh isinya juga cuma gumpalan lemak, bukan berisi emas." Jawab Freya sinis.

"Aku 'kan cuma tanya, kenapa jawabanmu sinis?" kilah Naura yang justru mejadi kesal.

"Oh … jadi aku harus menjawab bagaimana? 'Ah, iya Naura sayang …. Dadaku memang rata karena tak pernah bersentuhan dengan jemari kaum adam. Tak seperti milikmu yang akan dengan mudah dijamah oleh siapa pun yang menginginkan. Oleh karenanya milikmu membesar dan menantang.' Begitu 'kah aku harus menjawabnya?" ucap Freya menatap tajam ke arah Naura yang wajahnya sudah merah padam karena merasa terhina oleh ucapan kasar Freya.

"Jaga bicaramu! Kau sangat tidak sopan dengan mengatai-kataiku," sentak Naura dengan nafas memburu. Kentara sekali kalau gadis itu sedang tersulut emosi.

"Oh. Aku harus berbicara yang bagiamana terhadapmu yang sudah kurang ajar terlebih dahulu padaku?" tanya Freya dengan memasang wajah polos.

"Susah kubilang kan, aku tadi hanya bertanya. Kenapa kau anggap kurang ajar? Sedangkan aku tak melecehkanmu sama sekali. Hah! Baiklah, aku minta maaf kalau memang kata-kataku membuatmu tersinggung. Mari, kita berbaikan. Aku tidak ingin liburan pertama kita berantakan." Ucap Naura dengan nada rendah, sudah tak menampakkan lagi sifat bar-bar yang tadi sempat ditunjukkannya.

Freya terdiam sejenak memandangi tangan Naura yang disodorkan padanya utuk mengajak bersalaman. Gadis itu sebenarnya ragu dan tentu saja malas bermanis-manis dengan gadis munafik yang ada di depan matanya saat ini.

"Freya … maafkan aku," ucap Naura sekali lagi.

Kali ini mimik mukanya tampak lebih serius dalam mengungkapkan keinginannya mengakhiri perdebatan dengan Freya. Melihat hal itu, Freya pun akhirnya luluh.

'Demi kebahagiaan Dad. Semoga Mom juga bahagia di sana,' batin Freya.

"Baiklah, tapi jangan lakukan lagi sikap konyolmu tadi." Ujar Freya sembari menyambut tangan Naura yang ada di depannya.

"Tentu saja,' jawab Naura serseyum ceria.

Namun bukan bersalaman yang dia lakukan.

BYUR!

Naura mendorong tubuh Freya sekuat tenaga melewati pagar pembatas yang hanya setinggi pinggang mereka. Gadis itu tersenyum licik, memandangi Freya yang berusaha berenang ke permukaan air yang saat itu berada di titik rendah.

Dengan pongah, Naura meninggalkan lokasi terakhir dirinya bercakap-cakap dengan Freya. Gadis itu kembali ke dalam kapal untuk berpura-pura mencari bantuan. Tanpa Naura sadari, ada kamera cctv yang ada di sudut kapal yang difungsikan untuk merekam kondisi di depan.