Di dalam ruangan dengan pencahayaan penuh, seorang laki-laki duduk di depan kanvas besar, tangannya yang kurus bergerak mengusap kuas. Jejak warna memenuhi kanvas putih, membentuk garis-garis estetik penuh nostalgia ketika manik matanya memaku objek di dalam kanvas.
Sesekali ia menoleh ke arah kaca yang menjadi tempat terbaik masuknya sinar mentari, sofa putih tertata rapi dengan seorang laki-laki mengenakan pakaian senada tengah duduk. Wajah tenang dengan manik mata tersembunyi di balik kelopak berbulu mata panjang, tangan terlipat di dada menggenggam sebuah buruk. Sinar matahari tepat di belakangnya membuat kehangatan seakan berkeliling di sekitar laki-laki itu.
Si pelukis tersenyum lembut, tidak menghentikan sedikit pun gerakan tangannya bahkan ketika ia merasa sangat terpesona pada objek lukisnya.
"Aku sudah mengetuk pintu sekitar lima kali, tapi tidak ada jawaban jadi aku masuk saja."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com