webnovel

THE CEO's Obsession

Seorang CEO yang menjadi rebutan dua orang pelakor. Keduanya tidak mengetahui jika memiliki hubungan darah. Dua pelakor yang sama sama berjuang, hanya beda tujuan. Jika satu karena ingin memiliki dan memanfaatkannya tapi akhirnya jadi jatuh cinta pada si CEO. Maka satunya karena dendam tapi masih menyimpan erat cintanya pada sang CEO. Mungkinkah salah satu dari mereka mendapatkan cinta sang CEO? Atau justru keduanya harus gigit jari karena gagal mendapatkannya?

WongCaem · Urban
Not enough ratings
5 Chs

Namanya Basil

Masih jelas terlihat saat pertama kali ia menginjak kota yang sangat dingin cuacanya ini. Bermodalkan nekad ia memilih kota ini yang sebelumnya belum pernah sekalipun ia mengunjunginya. Selama ini ia hanya sekali berkunjung ke kampung kelahiran ibunya di Jawa Tengah. Itupun saat ia masih duduk di SMP dengan adiknya dan sang Ibu.

Sebenarnya meninggalkan kota kelahirannya dan memilih destinasi kota tempat ia menempuh pendidikan yang sangat jauh adalah pilihan yang sangat berat. Ia harus siap meninggalkan kedua orang tuanya yang selama ini selalu mendukung Basil. Terutama sang Ibu yang sangat menyayanginya. Jika ayah sudah bisa melepasnya karena typical seorang ayah yang memang mendidik dalam keluarga Basil cukup tegas dan disiplin.

Saat tiba di kota ini ia lebih memilih tinggal di asrama khusus anak anak dari kota kelahirannya. Kebetulan di kota tersebut ada asrama dari pemerintah daerah yang memang sengaja di siapkan buat calon mahasiswa maupun pelajar khusus kota Tarakan. Berkat bantuan dari seorang saudara angkat dari ayah, Basil bisa di terima tinggal di asrama tersebut.

Menjadi anak baru di lingkungan baru jelas bukanlah hal yang menyenangkan. Mungkin jika di lingkungan tersebut adalah orang orang yang sudah saling akrab atau minimal sudah mengenal satu sama lain, mungkin akan lain jadinya. Basil harus tunduk dan patuh para seniornya. Segala aturan di asrama yang cukup ketat membuat ia harus taat pada aturan tersebut. Salah satunya adalah mengharuskan ia memanggil senior dengan sebutan kakak.

Dalam keluarganya, Basil memang jarang memanggil abangnya dengan sebutan kakak. Tatanan dalam lingkungannya memang tak membuat pembatas yang jelas buat senior dan junior. Semuanya sama jika sedang berada di lingkungan bermain level kampung. Mau itu usianya tua atau muda, semua hanya di panggil nama. Kecuali yang sudah cukup berumur dan telah berkeluarga.

Begitu ia di tuntut untuk menjalankan aturan itu di asrama, hatinya seketika berontak. Ia tak pernah tenang selama tinggal di asrama itu meski para seniornya semua baik dan tidak pernah membullynya. Namun bukan itu yang Basil butuhkan saat itu. Ia memerlukan teman sebaya yang enak saat di ajak share pengalaman ataupun sekedar ngobrol hal yang tak berguna.

Akhirnya dengan segala kondisi yang sudah tak tertahankan, Basil memilih pindah dari asrama tersebut. Ia tinggal di sebuah rumah kontrakan yang tak jauh dari kampus ia berada. Sementara tinggal di rumah itu ia hanya sendiri karena teman dari kampung yang sama kebanyakan memilih universitas daripada sekolah tinggi yang di inginkan seorang Basil.

Awal menjalani masa perkenalan kampus atau yang lebih dikenal dengan sebutan ospek, masa perploncoan buat mahasiswa yang ingin mengenyam pendidikan di dunia kampus. Basil hanya sendiri mempersiapkan semua keperluan ospek dan segala hal yang aneh dalam memenuhi syarat dari senior di kampus. Tanpa sedikitpun mengeluh ia berusaha mengikuti aturan main di kampus.

Waktu ospek di mulai pada pukul 6 pagi. Selesai mandi dan solat subuh ia langsung bergegas pergi ke kampus. Meski jaraknya rumah ke kampus tidak jauh, sekitar 5 menit, ia enggan untuk bersantai. Kebiasaan disiplin yang selama ini di ajarkan oleh sang ayah membuat ia sudah terbiasa untuk selalu tepat waktu.

Ayah Basil adalah orang yang sangat keras dalam mendidik anak. Meski keras ia sangat menyayangi Basil. Apapun akan di lakukan demi putranya tersebut. Di kampung kelahirannya, ayah Basil orang yang sangat di hormati dan di segani, meski ia tak memiliki jabatan atau kekayaan yang biasanya menjadi tolak ukur di tengah masyarakat zaman sekarang.

Tak perlu waktu lama, saat kuliah di mulai, ia sudah memiliki teman dari daerah lain. Satu persatu penghuni kontrakan itu berdatangan yang berasal dari kampus yang sama. Basil tak lagi kesepian di rumah tersebut. Di rumah kontrakan yang berisi 5 kamar tersebut akhirnya bisa terisi semua dengan penghuni semuanya adalah temannya Basil yang berasal dari Jawa. Satupun tidak ada yang satu pulau dengannya.

Setahun setelah ia menjadi mahasiswa di kampus yang terkenal akan nuansa fauna di lingkungan kampusnya. Tanpa terasa sudah 1 tahun ia meninggalkan kampung halamannya untuk menuntut ilmu di kota orang. Berbagai macam karakter teman telah ia temui. Sangat berbeda jauh dengan teman teman masa kecilnya saat di kota kelahirannya.

Keakrabannya jelas jauh berbeda dengan teman di kampung yang sudah lama ia kenal. Kini ia harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Semua pasti beragam karakter, suku dan budaya yang akan ia temui. Apalagi ini bukan kampung kelahirannya, jelas ia harus menganut ajaran 'dimana bumi dipijak, disitulah langit di junjung."

***

Tepat pukul 6 pagi. Basil sudah terbiasa untuk bangun pagi karena sewaktu di kampungnya ia selalu bangun subuh untuk membantu sang ibu berjualan. Hari ini ada jadwal kuliah jam 6 pagi. Kalau di kampungnya sudah jam 7 pagi, ada selisih 1 jam lebih lama dengan kota Malang. Mau tidak mau Basil harus menyesuaikan dengan keadaan.

Sehabis mandi dan solat subuh ia bergegas turun ke kampus. Sebelumnya semangkuk mie kuah sudah habis ia lahap dengan segelas air putih sebagai penutupnya. Perbedaan cuaca dengan kota asal yang sangat jauh membuat Basil mau tidak mau harus menyesuaikan dengan keadaan.

Dinginnya cuaca pagi itu tak menghalangi niat Basil untuk pergi kuliah. Saat tiba di gerbang kampus tampak aktivitas mahasiswa dan security kampus sudah ada. Setelah melalui pos penjagaan, ia harus melewati ruangan kelas lainnya yang berbeda gedung dengan kelas Basil. Kebetulan hari itu ia terkena kelas paling ujung di antara kelas yang sudah ada.

Gedung ini letaknya paling ujung di antara bangunan kampus lainnya. Terdapat 5 lantai di bangunan tersebut. Di sekelilingnya banyak rerimbunan pohon dan tanaman yang sangat menyegarkan mata bagi siapa saja yang melihat kampus yang megah tersebut. Belum lagi berbagai jenis fauna yang ada di kawasan kampus tersebut.

Karena masih pagi, suasana kampus tidak seramai sewaktu jam jam sibuk. Biasanya jam 9 keatas baru kegiatan kampus lebih ramai. Cahaya mentari juga masih malu malu menunjukkan sinarnya saat itu. Namun lambaian angin bertiup lembut menerpa alam.

Banyak jalan menuju gedung yang terletak paling ujung di kawasan kampus Basil. Ia lebih memilih jalur belakang karena jaraknya yang cukup dekat dengan arah dari rumah kontrakkannya. Sepanjang jalur yang ia lalui nyaris tak ada satupun mahasiswa atau orang yang lalu lalang. Ia pikir mungkin karena masih pagi dan juga ini jadwal akhir pekan pasti banyak yang lagi libur kuliahnya.