webnovel

The C Toxin

aleyshiawein · Sci-fi
Not enough ratings
358 Chs

The Corpse

Markas NISA

Seoul, Korea

3 Mei 2016

09.15 A.M KST

Jaebeom berjalan mundar-mandir di ruangannya sembari terus menghubungi seseorang lewat telepon. Taehyung, pria yang terus dihubunginya itu tidak mengangkat teleponnya meskipun nada sambung itu terdengar.

"Kapan seharusnya dia selesai?" tanya Jaebeom

"Berdasarkan keterangan Moon Byul, Mark dan timnya akan tiba pukul satu siang kemarin.

"Apakah Jimin dan Taehyung pergi bersama?"

"Ya, tapi Aku rasa mereka bekerja di waktu berbeda,"

Keempat pria dalam ruangan itu tidak mengeluarkan suara, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Tak lama kemudian, seorang wanita dari bagian administrasi membuka pintu ruangan.

"Permisi, Kapten Tim Detektif Kepolisian Seoul ingin bertemu Anda," ujarnya tertuju pada Jaebeom.

Sementara itu, Jaebeom membulatkan matanya. Seokjin, BamBam, dan Kyung Soo bahkan sudah berdiri dari duduknya.

Mark muncul dari balik pintu, lalu membungkukan kepalanya dan tersenyum, "Selamat pagi," sapanya, "Kali ini Aku datang dengan sopan, tidak seperti kemarin," lanjutnya menyindir.

Jaebeom masih tidak bersuara, Ia belum menangkap maksud detektif berjaket kulit itu yang dengan santai datang ke kantornya sepagi ini. Ia bahkan memegang satu cup kopi ditangan kanannya.

Mark mencondongkan tubuhnya, memanggil seseorang, "Kesini!"

Betapa terkejutnya Jaebeom, Seokjin, Kyungsoo, dan BamBam ketiga empat orang berseragam medis membawa dua peti mati. Mereka membawa dua peti mati itu kehadapan Jaebeom.

"Terimakasih," ujar Mark ramah pada petugas medis itu ketika mereka selesai dengan tugasnya. Kedatangan petugas medis itu mengundang kerumunan didepan pintu masuk ruangan Jaebeom.

Sementara itu, Jaebeom diam tak bergeming menatap dua peti mati dihadapannya. Tidak dipungkiri, Ia tahu jenazah siapa yang ada didalamnya.

"A-apa maksudmu dengan semua ini?" tanya BamBam tergagap. Akhirnya pria polos itu yang membuka suara mendahului atasannya.

Mark menatap kearah Jaebeom yang juga sedang menatapnya tajam, kemarahan tampak diwajahnya "Bukankah harusnya Aku yang bertanya pada atasan terhormatmu ini?" tanya Mark dingin, mengintimidasi. Ia bahkan menunjuk wajah Jaebeom dengan jarinya.

Mark menghembuskan nafas kasar, "Hey!" bentak Mark, "Apa kalian bisu?!" lanjutnya.

Jaebeom tersenyum miring, "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti," ujarnya. Pria itu sudah kembali, dengan ekspresi liciknya.

"Ah, Kau tidak mengerti. Biar Aku jelaskan, kebetulan disini ramai," ujar Mark sembari melihat kerumunan masa diluar yang semakin ramai. Beberapa orang bahkan sudah berdiri disamping pria itu.

Tanpa ragu, Mark membuka satu peti mati itu. Park Jimin, pria itu terbujur kaku disana.

Jaebeom menelan salivanya, dugaannya tidak meleset.

Mark beralih membuka peti mati yang lain, peti itu berisi tubuh tak bernyawa Kim Taehyung.

Suasana mendadak riuh, seiring bau formalin yang semakin menyeruak dari dalam dua peti mati itu.

"Apa yang terjadi,", "Bukankah itu agen divisi multinasional?", "Apakah mereka sedang dalam misi?" bisik kerumunan disamping Mark.

Jaebeom menelan salivanya, Ia benar-benar kehabisan kata-kata, Mark benar-benar bertindak diluar dugaannya.

"Dua orang ini, melakukan penyerangan mendadak padaku dan tim kemarin siang. Terjadi baku tembak, dan dua pria ini tewas!" ujar Mark menggebu-gebu sembari melihat keseluruh orang yang terjangkau oleh netranya.

Jaebeom memejamkan matanya, Ia belum bisa mengendalikan keterkejutannya, namun Ia berusaha untuk tetap berbicara, "Lalu apa maksudmu membawanya kemari?"

Mark mengeluarkan smirk nya, "Sepertinya Aku lebih mengerti bagaimana bekerja dengan tim forensik dibanding Kau. Dasar bodoh!" ujar Mark. Ia sangat mengutuk sifat Jaebeom yang masih saja seperti itu dikala dia tertangkap basah.

"Apa perlu Aku menghadirkan siapa tim forensik terbaik yang bekerja denganku?" tantang Mark. Ia bahkan tersenyum bangga mengingat bagaimana Taeyong dan ahli forensik digital bekerja keras semalaman kemarin.

Jaebeom terdiam, tatapannya sangat tajam, seolah berusaha menembus mata Mark. Ekspresinya seolah Ia ingin berteriak dan menghajar pria dihadapannya itu.

Mark semakin memprovokasi Jaebeom, "Ah, tidak perlu. Sepertinya lebih baik Aku berbicara sekalian di pengadilan bukan?"

"Kau tenang saja, Kau dan pembantu-pembantumu ini tidak akan mendekam di penjara sekarang. Aku masih mengasihanimu," ujar Mark sembari tertawa sinis.

"Lagipula, reporter tidak bisa meliput pemandangan luar biasa ini, bukan?"

"You are all the top secret! Kau tahu seberapa banyak dosamu menutup-nutupi kasus ini selama bertahun-tahun, Lim Jaebeom!"

Jaebeom masih tidak bisa berkata-kata, sementara kerumunan diluar semakin riuh setelah Mark mengatakan kalimat terakhirnya.

Mark meneguk kopinya, lalu melirik kerumunan disebelahnya yang semakin ramai itu, "Kalian yang menyaksikan ini, pertimbangkanlah untuk segera keluar dari institusi busuk ini, kalian hanya akan menambah dosa-dosa kalian," ujarnya sembari tertawa ringan.

"Aku pamit, selamat menikmati!" ujar Mark sembari berlalu dari hadapan Jaebeom dan rekan-rekannya yang masih tidak bisa berkata-kata.

Mark berjalan puas kearah pintu keluar gedung itu. Ia menggelengkan kepalanya, "Bisa-bisanya Aku melakukan ini," ujarnya sembari tertawa ringan.

Dari kejauhan, seseorang tengah mengamati pergerakan pria jangkung itu. Ia menatap Mark dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan, "Kerja bagus, Mark Tuan!"

Sementara itu, Jaebeom sudah kembali dengan kesadarannya selepas Mark pergi dari ruangannya. Ia segera membubarkan kerumunan masa itu, menutup pintu masuk rapat-rapat.

"Jaebeom, Jay sudah terhubung kembali! Dia di Mongolia!" seru Kyung Soo tiba-tiba, ditengah kesunyian ruangan itu.

Jaebeom mengusap wajahnya kasar, "Lupakan saja, dia tidak berguna!" ujarnya.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Seok Jin.

Jaebeom tampak berpikir, "Jika kita tidak bisa menghentikan aksinya, kita harus mengarahkannya kepada kesimpulan yang salah," ujarnya.

"Bagaimana caranya? Pria itu sangat cerdas dan tidak terduga, seperti hari ini," ujar Seok Jin.

Jaebeom menghela nafas, "Ingat kembali bahwa tujuan dari misi ini adalah mencegah data itu bocor ke Rusia, dan mencegah publik mengetahui orang-orang yang terlibat dibalik kasus ini," ujar Jaebeom.

"Kita harus menghilangkan atau minimal membiaskan bukti-bukti yang mereka miliki, temukan wanita itu, istri Eric Sohn yang mereka bawa dari Rusia! Dia adalah saksi kunci keterlibatan Menteri Pertahanan, dan juga kita dalam kasus ini!" ujar Jaebeom.

"Benar, dia juga kemungkinan besar mengetahui dimana Eric menyimpan hasil penelitiannya. Apa yang kita temukan di TKP kematiannya bukanlah data penelitian itu, dia menyembunyikannya disatu tempat!" tambah Seok Jin.

"Baiklah, kembali bekerja," perintah Jaebeom.

"Bagaimana dengan mereka?" tanya BamBam menunjuk dua peti mati tertutup itu.

Jaebeom menghembuskan nafas dalam, "Kirim mereka ke rumah kerabatnya. Lakukan sesuai prosedur pengiriman jenazah agen intelijen," ujarnya.

Jaebeom menatap sendu dua peti jenazah itu, rasa bersalah kini menyelimuti hatinya, "Mereka telah gugur dalam misi,"