webnovel

The Boss Who Marrying Enemy

[Alert!! Mature Content] Untuk memenuhi permintaan Ayahnya, Huang Yuuji menikah dengan pria yang diduga akan menjadi musuh di waktu mendatang. Walaupun Ayahnya tau jika pria itu mungkin akan menimbulkan krisis padanya, tapi dia tetap menerima. Entah apa alasannya Yuuji tidak mengerti. Yang dia tau, Dia akan menikahi Murakami Souji. Pria yang tiba-tiba datang menjadi temannya menghabiskan malam dan kemudian muncul sebagai calon suaminya. Intinya, dia kesal karena pria itu menjebaknya. Cuplikan Cerita : “Jadi tidak masalah jika pernikahanmu tanpa cinta sekalipun?” “Hm, tidak masalah.” Yuuji menoleh menatap Souji lekat dan tajam, “tapi walaupun begitu aku tidak suka apa yang sudah jadi milikku disentuh orang lain. Aku ini cukup teritorial, jadi kau harus bersiap.”

Sweet_Story · Urban
Not enough ratings
36 Chs

Part 10B - Could This be Just a Diversion?

Hana duduk disebelah Shinji sambil memangku jas pria yang sudah ternoda darah. Dia sudah membalut luka tusukan di lengan kiri Shinji dengan perban. Sekarang pria itu sedang memakai setelan baru yang dibawakan oleh Ichijou.

Shinji menahan kedua bahu Hana memaksa untuk menghadap padanya, "Sungguh, kau tidak terluka?" tanyanya setelah selesai memasang jas.

"Ya, aku baik-baik saja." Shinji bisa bernafas lega kemudian memeluknya.

"Jangan ulangi lagi. Aku tidak suka kau ikut berkelahi seperti tadi." gumamnya. Shinji mengingat-ingat bagaimana Hana bertarung hingga dia tidak fokus dan mendapat luka ditangannya.

"Iya.." tapi aku tidak janji. Lanjutnya dalam hati.

"Jangan beritahu Yuuji apa yang terjadi di sini. Dia pasti cemas." Hana tersenyum miris. Tidak mungkin pembicaraan mengenai Yuuji tidak ada di antara mereka.

"Shinji-san!" panggil Souji. Shinji melepas pelukannya dan menoleh menatap Souji. Dia terlihat tidak senang. Kemudian dibelakangnya ada Matsunaga yang baru saja masuk.

"Nona!" Hana menatap Matsunaga yang memanggilnya. "13." ucapnya. Gadis itu tersenyum bukan tersenyum miris seperti tadi, Shinji memperhatikannya tersenyum. Kemudian gadis itu menatapnya dan pamit. Dia menghampiri Matsunaga dan pergi keluar gereja.

Souji mendekat dan duduk disebelah Shinji tempat Hana tadi berada. "Maaf." ucapnya.

"Apakah kau paham bagaimana bahayanya saat ini?"

"Maafkan aku. Ini diluar kendaliku."

"Aku tidak tau bagaimana harus mengatakannya," Shinji memegang kepala. "Tolong, jangan sampai hal ini terulang lagi di masa depan."

Souji diam tidak bisa menjawab. Dia tidak bisa janji.

"Kenapa diam?" tanya Shinji memperhatikan Souji.

"Maaf, aku tidak bisa janji." Kemudian Souji menoleh dan menatap Shinji dengan tegas. "Aku akan melindunginya! Jadi tolong," Souji membungkuk pada Shinji sejenak. "Biarkan aku menjaganya."

Shinji menghela nafas lelah. "Baiklah, lagipula kau sudah menikahinya." dia berdiri hendak meninggalkan Souji. "Biarkan asistenmu menyelesaikan masalah di sini. Kita kembali ke dalam sebelum Yuuji melihat keadaan di sini."

"Baik."

***

Shinji keluar bersama Souji. Di sudut matanya dia melihat Hana sedang berbincang riang dengan Matsunaga.

"Baiklah, sudah ditentukan. Akhir pekan ini kita date!" samar-samar Shinji mendengarnya. Raut wajah Hana juga terlihat riang. Dia berhenti memperhatikannya.

Hana memiliki kekasih adalah wajar! Ucapnya dalam hati. Berulang kali.

"Lukamu, apakah baik-baik saja?" tiba-tiba Souji mengajaknya bicara.

"Ya, mungkin.." Souji hanya mengangguk tidak melanjutkannya lagi. Mereka mencapai pintu belakang. Saat membuka pintu itu, tak jauh dari sana ada Yuuji yang sudah berganti memakai gaun pesta mendekati mereka.

"Apakah Hana ada di sana? Aku mencarinya." Shinji segera menutup pintu.

"Lebih baik, kita kembali ke depan. Kita sudah meninggalkan tamu cukup lama." Yuuji menuruti ucapan Souji dan membiarkan pria itu menuntunnya menuju ballroom.

Shinji hanya memperhatikan. Dia tau, Yuuji sengaja tidak menatapnya. Dia mungkin masih belum mau memaafkannya.

***

Yuuji bersama dengan Souji melanjutkan perbincangan dengan tamu-tamunya. Dia juga mengatakan sepatah dua patah kata pada pers yang menanyai mereka. Beruntung pers tidak membuat keributan. Kalau iya, dia pasti kerepotan.

Yuuji juga melihat ada yang sudah mulai memakai laptop mereka untuk membuat artikel. Semoga mereka membuat artikel bagus dan tidak ada yang menyadari ada insiden besar dibalik pernikahan ini. Jika mereka tau, such a drama TV!

"Yuuji," pantau Souji. Yuuji menghentikan segala pikirannya dan mendongak menatap Souji. "Ada yang ingin aku kenalkan padamu." lanjutnya.

Souji membawanya pada pria berambut putih bersetelan mahal. Dia pernah bertemu dengannya beberapa kali dalam gala besar. Yang dia tau, dia adalah Kusaka Jumonji petinggi Murakami Enterprise yang usianya kini mungkin sudah 70 tahun. Walaupun Huang Enterprise bekerjasama dengannya, ayahnya selalu menunjukan wajah benci pada pria tua itu. Yuuji sendiri tidak tau apa alasannya.

"Kusaka-Shacho (president)." sapa Souji pada pria itu. Pria tua itu menoleh dan tersenyum. "Terima kasih sudah bisa hadir." Kusaka adalah President Senior di Murakami Enterprise sehingga mereka masih memanggilnya 'Shacho' sebelum Souji benar-benar menyerahkan surat kepemilikan atas Murakami Enterprise. Mereka masih menyebut Souji 'Gakucho' (President Junior).

"Souji-kun! Selamat atas pernikahanmu. Nona Yuuji, anda tampak sangat cantik hari ini.." ucapnya dengan senyum elegan.

"Terimakasih, semoga anda menikmati perjamuannya." balas Yuuji dengan senyum.

Souji membawa Yuuji lagi menemui orang-orang penting di Murakami Enterprise.

"Dia adalah Presiden Senior di Murakami Enterprise. Aku mencurigainya sebagai musuh dalam selimut di Perusahaan kami." gumamnya saat menjauh dari pria tua itu.

Yuuji mendongak menatap Souji heran. "Kenapa kau mengatakannya padaku?" tanyanya.

"Karena kau istriku. Apakah alasan itu tidak cukup?" jawabnya santai. Yuuji tersenyum heran, belum ada 24 jam menjadi suami-istri, Souji mulai membeberkan masalahnya.

"Ya.. ya.. kau benar. Tiga jam yang lalu aku sudah menjadi istrimu." Yuuji berbicara seperti menyibir. Souji hanya tersenyum kecil.

"Shinsuke-nii!" panggil Souji saat Shinsuke sudah terlihat di dalam ballroom. Pria berambut panjang itu mendekat dan memberi salam singkat pada Yuuji.

"Selamat atas pernikahan kalian."

"Dia adalah sekertaris sekaligus asisten pribadiku. Jika kau membutuhkan sesuatu bisa menghubunginya. Aku juga menganggapnya seperti kakakku sendiri."

Yuuji membalas senyum Shinsuke, "Senang bertemu denganmu."

Tak lama, Yuuji melihat Hana. Dia melihat gadis itu mendekatinya. "Yuuji! Selamat atas pernikahanmu."

Yuuji mengangguk, dia mengenalkan Hana pada Souji dan Shinsuke. "Dia adalah Akabane Hana. Sekertaris sekaligus asisten pribadiku

"Senang bertemu denganmu, Akabane-san."

Setelah saling menyapa, Yuuji dan Souji berpisah bersama asistennya masing masih. Mereka mencari tempatnya sendiri untuk berbicara.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Yuuji pada Hana saat mereka berada di ruang tunggu.

"Berhasil diamankan. Ada sekitar 70 orang yang mengelilingi gereja berhasil dilumpuhkan. Tidak ada korban jiwa." lapornya. Tapi wajahnya tampak sedih, dan itu berhasil di lihat oleh Yuuji.

"Lalu kenapa?"

"Shinji mengetahui insiden gereja. Dia ikut bertarung dan terluka." gumamnya sedih.

"Apa? Terluka?! bagaimana keadaannya." tanya Yuuji panik.

"Aku sudah mengobatinya. Lengan kirinya terluka." Yuuji khawatir mendengarnya. Padahal dia bertemu dengannya tapi tidak menyadarinya. Dia juga sengaja mengabaikannya. Itu membuatnya makin merasa bersalah.

"Lalu apa reaksinya mengenai situasi tadi?"

"Dia tidak menginginkan polisi untuk membantu untuk mencegah acara pernikahan menjadi berantakan."

Yuuji menghela nafas, "Tindakan yang tepat. Jika tidak. Berita pernihakanku akan menjadi berita yang mengerikan."

"Haruskah aku menemuinya?"

"Sebenarnya dia memintaku untuk merahasiakan situasi ini. Dia tidak tau jika kau sudah mengetahui situasinya." Yuuji tampak sedih. Dia jadi makin bersalah kepada kakaknya. Kakaknya selalu memperhatikannya dengan detail. Tidak ingin dia sedih atau terluka. Tapi dia memusuhinya hampir satu tahun karena tidak mempercayainya. Harus kah aku memulai untuk meminta maaf?

"Jadi aku harus bagaimana?"

"Memaafkannya dan meluruskan masalahmu dengan Ibumu?" ucap Hana hati-hati. Raut wajahnnya mengeras. Dia tidak suka mengenai saran terakhir Hana. Dia masih marah dan tidak mau memaafkannya.

Leave author's thought here..

" ... "

Then, selamat membaca~

Sweet_Storycreators' thoughts