Leah duduk di kursi yang ditunjuk Bibi Rosy, kemudian dirinya memperhatikan bagaimana Bibi Rosy mempersiapkan meja kerja. Bibi Rosy membuka kunci lemari dibelakangnya dan mengeluarkan setumpuk dokumen seraya berkata, "Hari ini, Bibi sengaja datang lebih awal. Sebab, banyak dokumen yang harus dilengkapi.Jadi, Leah sabar menunggu ya! Biasanya, Tuan Robert selalu datang awal. Beliau tipe orang yang tepat waktu!"
"Baiklah, Bi! Bibi kerjakan apa yang hendak dikerjakan. Aku dapat menyibukkan diri sendiri!" ujar Leah sambil tersenyum.
Bibi Rosy pun mulai tenggelam dalam pekerjaannya. Leah memandang Bibi Rosy, ternyata saat bekerja aura Bibi Rosy sangat berbeda dibandingkan saat di rumah. Biasanya Leah akan melihat aura keibuan, tetapi saat ini terlihat cara kerja Bibi Rosy yang sangat telaten dan teliti.
Leah senang melihat bagaimana Bibi Rosy bekerja dan tidak berani bersuara. Leah hanya menyalakan ponsel dan berselancar di dunia maya. Sialnya, Leah tidak sengaja melihat postingan mantan suaminya. Seharusnya, dirinya menghapus akun itu sejak lama. Namun, karena jarang menggunakannya Leah lupa.
Leah disambut dengan pemandangan foto mantan suaminya dengan kekasih baru yang masih muda, cantik dan seksi. Foto yang diambil di lokasi pegunungan, sepertinya mereka ke luar negeri untuk berbulan madu. Tidak ada rasa sakit hati atau cemburu, malahan Leah hanya merasa kehidupan ini sungguh ironis. Dulu saat mereka masih bersama, mereka jarang berwisata. Saat itu mantan suaminya baru merintis jabatan baru di perusahaan. Di samping itu mereka harus berhemat untuk biaya pengobatan putri mereka. Hati Leah menjadi sedih, saat teringat akan putri kecilnya yang setiap hari hanya di rumah atau di rumah sakit.
Sayang..., ibu akan berbuat hal-hal baik di kemudian hari. Agar jika kamu terlahir kembali, ibu berharap badanmu sehat dan kuat dan bertemu dengan keluarga yang mencintaimu. Itulah doa Leah di dalam hatinya.
Leah menutup akun media sosialnya dan tidak lagi memiliki minat untuk menjelajah. Leah kembali menatap Bibi Rosy dan berkata, "Bi! Apakah ada yang bisa saya bantu?"
Bibi Rosy menyerahkan setumpuk dokumen yang baru selesai dicetak dan mengatakan, "Gabungkan lembaran dokumen ini ke dokumen yang ada di hadapanmu. Urutkan sesuai halaman yang tertera di bawah itu!"
Lalu, Bibi Rosy kembali tenggelam dalam pekerjaannya. Leah mengerjakan sesuai dengan instruksi Bibi Rosy. Tidak terasa waktu yang berlalu berapa lama dan tiba-tiba Leah mendengar suara lift yang berdenting.
Leah menoleh ke arah lift dan bertatapan langsung dengan Tuan Robert yang baru saja tiba.
Bibi Rosy langsung berdiri dari kursinya, Leah juga mengikuti apa yang dilakukan Bibi Rosy. Lalu, Bibi Rosy mengucapkan salam pada Tuan Robert.
Tuan Robert menatap Leah dan berpikir bukankah itu adalah wanita yang mengantarkan dokumen kemarin dan dirinya masih memiliki kesan terhadap wanita unik itu.
"15 menit lagi, kalian ke ruanganku!" perintah Tuan Robert sambil melangkah menuju kantornya.
Sebelumnya, Bibi Rosy sudah mengabarkan kepada Tuan Robert terlebih dahulu dan menyampaikan bahwa besok dirinya akan membawa seorang calon pelamar untuk menggantikan posisinya.
"Persiapkan dirimu Leah! Karena 15 menit lagi, interview akan dimulai," pesan bibi Rosy, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
Leah mengangguk dan mulai merapikan dokumen yang sudah selesai dirapikan olehnya.
15 menit hampir berlalu. Bibi Rosy bangkit dari kursinya dan mengajak Leah ke ruangan tuan Robert. Kata-kata dukungan yang diberikan Bibi Rosy hanyalah, "Jadilah dirimu sendiri!". Kata itu kembali diucapkan Bibi Rosy sambil tersenyum kepada Leah, berusaha menenangkan hati wanita malang itu.
Bibi Rosy mengetuk pintu dan dari dalam ruangan terdengar suara Tuan Robert berkata, "Masuklah!"
Mereka berjalan masuk ke ruangan kerja Tuan Robert. Kembali Leah berdiri di hadapan Tuan Robert dengan Bibi Rosy berdiri di sampingnya.
"Nama dan umur!" ujar Tuan Robert yang duduk di belakang meja kerja yang besar, sambil tetap memeriksa dokumen yang menumpuk di hadapannya.
Sungguh interview yang jauh dari bayangannya, tetapi Leah tetap sopan dan menjawab, "Leah Dawnson, 28 tahun!"
Kemudian Tuan Robert bangkit dari kursinya dan meletakkan dokumen kembali ke atas meja. Lalu, berjalan ke arah Leah.
Tuan Robert bersandar di bagian depan meja kerjanya tepat di hadapan Leah. Pria itu melipat kedua tangannya di depan dada dan menyilang kedua kaki panjangnya, sambil menatap dalam kepada Leah.
"Kamu adalah pelamar ke-8 dalam kurun waktu satu tahun ini! Jadi, apa yang membuat dirimu berbeda dari pelamar-pelamar sebelumnya?" tanya Tuan Robert kepada Leah. Meskipun pada awal pertemuan mereka, Leah sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan, tetapi dirinya harus memastikan sekali lagi. Sebab akan sangat merepotkan bagi dirinya, jika hal-hal seperti sebelumnya terulang kembali.
"Saya sangat beruntung memiliki Bibi Rosy yang memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melamar menggantikan posisinya saat ini! Jika saya dapat bekerja di perusahaan Y dan itu merupakan sebuah keberuntungan bagi saya. Dari awal, Bibi Rosy sudah menjelaskan kepada saya akan masalah yang terjadi terhadap pelamar-pelamar sebelumnya! Aku menginginkan pekerjaan ini, jadi Tuan yakinlah hal itu tidak akan terulang kembali. Sebab aku tidak akan bertindak seperti mereka!" jawab Leah dengan penuh keyakinan, sambil membalas tatapan pria itu.
"Hampir semua pelamar sebelumnya mengatakan hal-hal yang mirip seperti kamu sampaikan sekarang! Jadi jujur saja, jawaban itu kurang meyakinkan! Beri aku satu alasan lagi dan alasan tersebut yang akan memutuskan, apakah kamu diterima atau tidak!" ujar Tuan Robert, sambil maju satu langkah mendekati Leah.
Saat ini, Tuan Robert sudah berdiri tepat di hadapan Leah begitu dekat dan jarak mereka tidak sampai satu meter. Aroma maskulin pria itu memenuhi indera penciumannya. Begitu juga sebaliknya, Tuan Robert dapat menghirup aroma Leah yang begitu lembut dan alami. Ternyata, wanita di hadapannya ini bukan penggemar parfum seperti kebanyakan wanita pada umumnya.
Leah tahu jelas bahwa Tuan Robert mencoba menggodanya. Jadi, Leah maju selangkah lagi dan menatap dalam ke mata pria itu dan berkata, "Anda tahu, tidak semua orang memiliki kehidupan yang sangat beruntung seperti yang Anda miliki! Aku salah satunya. Pelajaran hidup yang saya terima, membuka mata saya akan realita kehidupan! Tidak ada cerita Cinderella di kehidupan nyata. Agar lebih meyakinkan Anda, maka biar aku sampaikan bahwa aku tidak akan menciptakan peluang untuk jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Itu artinya, aku tidak berniat menjalin hubungan apapun. Jika kemungkinan itu ada, maka akan aku pastikan bukan dengan seorang pria!"
Wajah mereka begitu dekat dan Leah tidak merasakan getaran apapun, melainkan amarah yang muncul karena belum pernah dirinya merasa sangat disepelekan sebagai seorang wanita. Tuan Robert dapat merasakan keseriusan Leah dan jujur dirinya menyukai wanita ini. Wanita yang memiliki kepribadian unik.
"Baiklah!" ujar Tuan Robert sambil berjalan kembali ke meja kerjanya dan duduk. Kemudian, kembali menatap Leah seraya berkata, "Kamu berhasil meyakinkan diriku! Jadi, kamu memiliki kesempatan ini. Namun, semua kembali kepada penilaian Rosy untuk memutuskan apakah kamu pantas menggantikan posisinya atau tidak!"
"Rosy, mulailah dengan mengajarkan sistem prosedur perusahaan ini! Pendelegasian tugas dapat dilakukan setelah kamu yakin, Leah mampu menggantikan posisi Anda!" perintah Tuan Robert kepada Bibi Rosy.
"Jadi, kapan kamu dapat mulai bekerja?" tanya Tuan Robert kepada Leah.
"Hari ini!" jawab Leah langsung.
"Baiklah! Rosy laporkan ke bagian personalia perihal bergabungnya Leah, untuk mendapatkan job description dan offering letter!"
"Baik, Tuan!" jawab Bibi Rosy yang merasa begitu bahagia.
"Setelah membacanya dan jika kamu setuju, maka tanda tangani kontrak dan lengkapi data-data pribadimu!" ujar Tuan Robert kepada Leah.
Lalu, pria itu memberikan kode agar mereka berdua segera meninggalkan ruangan kerjanya.