webnovel

Chapter 99 (Caged The Beast)

Tak lama kemudian Pei Lei meletakan laptopnya dan Neko yang menatapnya dari tadi menjadi mengangkat kepalanya. "Sudah selesai?"

"Um.... Belum, aku hanya istirahat sebentar, maafkan aku, aku terlalu lama ya" Pei Lei menatap kecewa.

Neko menjadi terdiam dan kembali bersandar. "Ini baik baik saja... Mungkin kau harus bicara sesuatu agar tak ada satu pun dari kita yang bosan" Kata Neko.

". . . Um.... Kalau begitu, bisa aku bertanya sesuatu padamu?" Pei Lei menatap.

"Hem.."

". . . Jika aku menjadi salah satu orang yang suka dan menganggumi mu, apa kau akan melakukan hal yang sama pada mereka semua termasuk aku, menolak dan menganggap ini semua hanyalah angin" Tatap Pei Lei membuat Neko terdiam dengan tatapan dingin lalu menghela napas panjang.

". . . Jika aku bisa bertanya, apa kau juga akan menganggap ku mawar, dari apa kau melihat bahwa aku ini mawar" Neko menatap.

". . . Rambut mu, berwarna merah, seperti mawar merah yang sangat cantik, kulit mu berwarna putih, seperti mawar putih yang begitu bersih dan suci, dan mata milik mu, berwarna hitam, seperti mawar hitam yang melengkapi jenis mawar lain nya" Kata Pei Lei.

". . . Jadi, dalam artian apa?"

"Kau cantik!! Berhentilah menolak perkataan itu, biarkan kami memuji mu dengan baik layak nya kau gadis yang terhormat, katakan pada kami yang memuji mu dengan kalimat terima kasih dan berikan balasan senyuman yang manis" Tatap Pei Lei.

Tapi Neko terdiam sebentar. ". . . Mawar tidak selama nya cantik, mereka memiliki duri yang menyakitkan, duri yang melindungi mereka dari tangan kotor manusia yang memotong Mereka dengan se enak nya, tapi ini bukan soal mawar" Kata Neko.

Dari sana, Pei Lei benar benar mengerti. "(Dia adalah mawar yang memiliki duri, dengan duri, dia melindungi diri dari banyak lelaki maupun orang buruk, begitulah caranya menggunakan sifat tanpa takut)" Pikirnya.

Suasana kembali terdiam. "Um.... Maafkan aku, bagaimana jika kita isi ini dengan memesan pizza dan beberapa minuman soda ringan" Tatap Pei Lei.

Lalu Neko tersenyum kecil. "Tidak buruk" Balasnya.

Seketika Pei Lei ikut tersenyum senang dan berdiri. "Aku pesankan sekarang" Dia berjalan pergi.

Tak lama kemudian, Mereka masih ada di sofa dan duduk di hadapan masing masing.

"Oh, itu yang terakhir" Pei Lei menunjukkan pizza di potongan terakhir.

"Aku benar benar sudah kenyang" Neko memegang perut nya.

"Kalau begitu, aku akan menyelesaikan nya" Pei Lei mengambil satu potongan terakhir pizza dan memakan nya.

Neko terdiam menatap itu, dia lalu menghela napas panjang dan bersandar di samping sofa. "Aku sangat lelah menunggu mu, apa kau tak pernah lelah melakukan tugas lembut seperti ini?" Tatap nya.

Lalu Pei Lei tersenyum kecil, dia berdiri dan berjalan mendekat, duduk di samping Neko. "Tentu nya iya, tapi, aku sangat senang, untuk pertama kalinya, aku melakukan tugas hanya dengan mu" Kata Pei Lei membuat Neko terdiam.

"Luna...." Dia tiba tiba akan mendekat, dan sekarang tampak memojok Neko.

"Luna... Kau memiliki paras yang cantik, aku juga sebenarnya belum mau memiliki pacar, itu karena aku melihat mu" Pei Lei menatap.

Neko tersenyum kecil dan memegang dasi Pei Lei tapi mendadak, dia menariknya ke belakang membuat Pei Lei tercekik.

"Jangan bercanda, kau masih kecil" Neko menatap dengan senyum kecil.

Lalu Pei Lei terduduk kecewa. "Kita hanya berjarak 2 tahun dan kamu menganggap ku anak kecil" Dia tampak kesal.

"Kau memang anak kecil" Neko menggunakan nada mengejek.

"Luna... Hentikan itu" Pei Lei menjadi kesal. Tapi Neko tertawa kecil. "Pft.... Lihat ini, sikap mu"

"Ck..... (Dia baru saja tertawa.... Itu benar benar sangat mengagumkan)" Pei Lei terdiam.

Tapi tiba tiba ada yang mengetuk pintu kantor Neko itu membuat mereka terdiam menoleh ke pintu.

"Kau bilang sudah tak ada orang" Neko menatap tajam.

"Aku memang benar mengatakan itu, mungkin itu orang lain..." Tatap Pei Lei.

Hingga pintu benar benar terbuka dengan suara pelan. "Nona Akai" Dari nada dan suaranya, siapa lagi jika bukan Kim.

Dia menoleh ke mereka berdua dan dia sendiri yang terkejut. "Kau!" Dia menatap tajam ke Pei Lei yang terkejut.

"Aku mencari mu di apartemen, tak ada suara, aku lewat jendela dan rupanya memang tidak ada, aku mencari anda kemana mana, tahu nya di sini malah berdua sama lelaki letoy" Kim menatap tak terima membuat Pei Lei ter ejek.

Neko hanya menghela napas panjang sambil menggeleng. "Kau hanya perlu mengatakan kedatangan mu untuk apa, tidak perlu sampai mengatakan hal seperti itu" Tatapnya.

". . . Aku hanya ingin memberitahu soal hal penting, ini mengenai putra pertama.... Tuan Ezekiel" Tatap Kim membuat Neko langsung berdiri. Dia lalu berjalan pergi melewati Kim keluar ruangan nya dan di saat itu juga, Kim menoleh ke Pei Lei dengan senyum seringai dan alis terangkat satu seperti mengejek Pei Lei.

Lalu menutup pintu membuat Pei Lei terdiam di tempatnya. "(Putra pertama Tuan Ezekiel, bukankah itu Senior Roiyan...)"

--

"Aku tak sengaja meneliti soal dia, mencari informasi soal dia dari dia pergi kemari hingga saat ini. Jadi ketika dia kemari, sebelumnya sudah di jodohkan oleh ayah nya dengan seorang putri milik Direktur lain melalui kerja sama, kerja sama kontrak itu membuat mereka akan menjadi tunangan, tapi... Dia keras kepala, dia tetap memilih mu untuk mengisi kehidupan nya, hingga ketika dia kemari pun, tunangan nya tetap ikut padanya" Kata Kim, dia berbicara pada Neko dan mereka saat ini ada di ruangan merokok. Di sana hanya untuk mengobrol.

"Jadi, dia memang sudah di jodohkan... (Gadis itu memang tidak berbohong padaku) Lalu sebenarnya, dia putri siapa sampai sampai Tuan Ezekiel yang bahkan berkuasa membuat kontrak dengan gadis yang tampak biasa saja" Tatap Neko.

"Dia putri konglomerat terkemuka di Jepang, dia memang tampilan nya biasa karena dia hanya ingin menjadi gadis biasa"

"Dia masih kuliah"

"Ya, dia kuliah di sini, dia dulunya kuliah di Jepang, tapi karena ikut Tuan Roiyan kemari hanya untuk mencari mu, dia rela pindah kampus dan saat ini, dia akan pergi lagi ketika pernikahan nya benar benar terjadi" Balas Kim membuat Neko terdiam. Dia ingat pada Satori yang rupanya benar benar tunangan milik Roiyan.

"(Aku kira dia main main rupanya sebaliknya.... Bagaimana bisa aku berpikir dia main main saat itu, sudah jelas dia bisa menikahi putra pertama Tuan Ezekiel yang bahkan juga akan sakit jika melihat ku masih hidup begini... )"

"Nona Akai, kenapa anda bisa tahu, apa jangan jangan anda sudah bertemu dengan tungangan nya?"

"Yeah, dia tinggal di bawah apartemen ku, bersama dengan Roiyan tentunya, kupikir itu aneh karena dia mengaku tinggal bersama dan ketika aku mendengar bahwa mereka berdua tungangan, aku masih belum percaya itu, memang nya siapa gadis itu" Neko menatap.

". . . Aku juga sedang mencari informasi lebih lanjut lagi, tapi... Setelah ku melihat lagi, bahkan Tuan Cheong, dia juga mengenal nya" Kata Kim seketika Neko terpaku mendengar itu.

"Kenapa kau mengatakan nama itu lagi..."

"Maafkan aku.... Tapi.... Anda masih ingat Chika Cheong, anda pernah bilang bahwa aku harus mencari identitas nya dan dia adalah putri dari Tuan Cheong, putri nya ini kuliah di universitas yang sama dengan tunangan Tuan Roiyan, jadi melalui pertemanan itu, Cheong akan di kenal oleh keluarga Ezekiel... Itu sangat berbahaya untuk informasi anda" Kata Kim. Tapi Neko terdiam serius.

"(Sangat buruk, kenapa ini harus terjadi, masalah satu saja belum selesai.... Haaaa... Sial....) Aku tak peduli dengan semua itu, biarkan dia mau berekspresi apa nantinya... Itu sudah bukan urusan ku, aku sudah tak mau lagi mengingat masa masa itu... Masa yang begitu buruk..." Kata Neko sambil membuang wajah.

Lalu Kim ikut terdiam dan menjadi menatap bawah. "Nona Akai, aku tahu itu, yang ingin aku sampaikan sebenarnya adalah, cepat cepat lah menemukan seseorang yang dapat menjadi pahlawan ketika kau bahkan tak meminta bantuan" Kata Kim, lalu dia berjalan pergi meninggalkan Neko di sana.

Neko masih terdiam dan menghela napas panjang. "(Pahlawan huh... Memang nya apa itu pahlawan, apakah pahlawan itu adalah seseorang yang datang terlambat, atau adalah seseorang yang membuat ku menderita lalu datang menyelamatkan ku... Itukah yang di sebut pahlawan, lebih tepatnya penjahat yang begitu buruk, binatang buas yang begitu keji...)"

Sementara itu, Pei Lei masih di tempatnya.

"(Kenapa Luna begitu lama, apa jangan jangan dia sedang di apa apa kan oleh nya?!)" Pei Lei berpikir aneh, Kim tak mungkin melakukan itu, tapi dia sudah sangat paranoid, hingga ia berdiri dan berjalan buru buru membuka pintu, tapi ia terkejut ketika membuka pintu bahwa pintu nya terbuka dari luar membuat nya akan jatuh. "Ack!" Ia akan jatuh dan yang ada di depan nya membuka pintu duluan tadi sudah jelas Neko.

Neko terpaku melihat Pei Lei akan jatuh hingga mereka benar benar terjatuh. Ia juga tak bisa kemana mana karena itu terjadi dengan mendadak.

Buk!!

"Ugh, sial..." Neko membuka mata, dia tidak sepenuhnya sakit, kepalanya ada di atas bahu Pei Lei, ini seperti posisi memeluk dalam lantai.

"Ah... Hah, Luna... Kamu baik baik saja, maafkan aku" Pei Lei bangun dengan terkejut.

Tapi Neko memukul wajahnya. "Menyingkir lah..." Dia menatap kesal sekaligus marah.

"(I... Ini adalah duri nya....)"

Pagi hari berikutnya, tampak Satori menatap sekitar, Ia baru saja keluar dari kampus, ia melihat sekitar menunggu sesuatu. "(Um.... Taksi nya belum datang...)" Ia menunggu taksi dengan lelah sambil menatap jam tangan nya, lalu ada pesan masuk di ponsel nya yang ternama dari kontak. = Choka =

Fakta berkata bahwa perkataan Kim benar, Satori menjalin pertemanan dengan Choka dan saat ini akan terjadi sesuatu yang akan mengatakan bahwa Fakta perkataan Kim benar lagi.

Hingga ada seseorang mendekat. "Permisi Nona, apa Aku bisa mengobrol denganmu?" Orang itu mengulur tangan yang rupanya itu Cheong. Sudah lama tak terlihat Dia muncul hanya untuk menemui Satori.