webnovel

Chapter 97 (Caged The Beast)

Lalu ponsel Neko berbunyi dari Kim, dia terdiam dan menoleh ke belakang, di saat itu juga Pei Lei menutup matanya untuk dikira bahwa dia sudah tidur dan Neko menganggap Pei Lei sudah tertidur.

Dia mengangkat panggilan itu, lalu Pei Lei kembali membuka mata. "(Kenapa dia tadi waspada, siapa yang menghubungi nya?)"

"Nona Akai, maaf menghubungi mu tapi aku sudah menemukan target nya" Kata Kim sambil menatap Direktur Hao yang benar benar ketakutan saat ini.

"Direktur Hao?"

"Ya, dia Direktur Hao~" Balas Kim dengan nada menakut nakuti Direktur Hao yang gemetar tidak karuan.

"Aku ingin bicara padanya" Kata Neko.

"Oh, baik" Kim mengulurkan ponsel itu di wajah Direktur yang terkejut. "Bilang pada nya, jawab semua pertanyaan nya dan gunakan nada yang sopan" Tatap Kim dengan kejam membuat Direktur Hao mengangguk cepat dengan masih ketakutan.

"Direktur Hao" Neko memanggil.

"I... Iya, iya Nona..."

". . . Katakan padaku kenapa Kim menangkap mu saat ini"

". . . Dia.... Aku... Aku salah, aku tahu kesalahan ku maafkan aku, tolong jangan bunuh aku"

"Aku meminta mu untuk mengatakan kesalahan mu bukan mengatakan rengekan mu"

". . . Aku mengambil uang mu dan tidak menyerahkan nya padamu setelah memberikan museum, dan aku malah memberikan museum pada Tuan Beum" Kata Direktur dengan menyesal.

"Jika kau tahu kesalahan mu begitu, kenapa tidak mau mengaku dari awal sehingga aku tak perlu susah payah meminta Kim menjemput mu seperti itu" Kata Neko.

"Aku.... Aku minta maaf, aku mohon lepaskan aku, jangan bunuh aku, aku punya keluarga, aku punya istri dan putri ku di rumah, jangan bunuh aku, aku mohon" Direktur benar benar memohon dari tadi membuat yang kesal di sini adalah Kim.

Seketika dia menarik kerah Direktur Hao. "Aku sudah bilang bicara dengan sopan, jangan mmebuat nya kesal seperti ku saat ini" Dia menatap tajam, lalu Direktur Hao mengangguk dengan gemetar.

"Direktur Hao, apa kau siap untuk memberikan ku dan mengembalikan uang ku secara 5 kali lipat" Kata Neko.

Seketika Direktur Hai terkejut tak karuan. "Apa?!! Tunggu.... Itu terlalu banyak!!"

"Tidak banyak, aku sudah beberapa kali memberikan mu uang, bahkan aku hampir lupa menghitung nya berapa, jika tak salah ada 45,6 Juta Won" Kata Neko.

"(Se.... Sebanyak itu?!!)"

"Jadi dikali 5, kau hanya harus membayarku 228 Juta Won" Kata Neko.

"Nona Neko.... Itu terlalu banyak, aku tak punya uang sebanyak itu, aku benar benar berkata jujur... Tolong kasihanilah aku" Direktur memohon.

Neko berpikir sebentar hingga ia mengatakan sesuatu. "Kalau begitu jual semuanya, jual perusahaan mu yang masih ada, jual rumah mu, tanah yang kau punya untuk di gadaikan secara ilegal, dan juga istri dan putri mu, jual saja mereka, jika itu sudah terjual semua, uang nya akan lebih dari yang aku minta ini" Kata Neko.

Seketika direktur Hao menjadi tak percaya mendengar itu, dia benar benar gemetar. "(Ini... Ini tidak mungkin.... Aku... Aku tidak mungkin melakukan itu, aku makan apa nantinya...)"

"Sudah di sepakati, lakukan saja itu tadi dan kau akan bebas dari pembunuhan ku, jika tidak bisa, aku bisa meminta Kim untuk menemani mu" Kata Neko.

Seketika Direktur terkejut dan langsung menatap ke Kim yang tersenyum seringai padanya. "Tak.. Tak perlu, aku.... Aku akan melakukan nya sendiri, aku janji tidak akan kabur"

Lalu ponsel mati dan Kim menyimpan ponselnya. "Wah wah, perkataan yang bagus, ingat ya, jangan kabur, jika Direktur Hao ini kabur, aku bisa menangkap mu lagi karena aku tahu dimana kamu akan sembunyi" Kata Kim membuat Direktur masih gemetar.

Sementara Itu Neko menghela napas panjang.

"(Baiklah, ini sudah selesai, kurang Direktur Geun saja... Lihat ini, aku akan mengambil dokumen ku setelah itu mengurung Beum dalam kurungan nya sendiri, dasar bajingan buas)"

Di sisi itu, Pei Lei masih tetap membuka mata dan ia melihat Neko sekaligus mendengarkan yang tadi. "(Apa yang sebenarnya dia bicarakan, dia seeprti mengancam seseorang tadi, tapi nada miliknya benar benar tenang, aku penasaran apa rencana yang dia bangun yang pastinya aku tak tahu soal apa, sepertinya aku tak boleh ikut campur begitu saja)" Pikirnya kembali menutup mata.

4 hari selanjutnya Neko duduk di kursi pinggir jalan, dia tampak duduk sendirian di sana sambil menghela napas panjang.

"(Rupanya benar, aku mencoba keluar untuk menghirup udara luar dan ini lebih baik dari pada memikirkan di rumah.... Apa berjalan jalan di luar memang se enak ini, dan juga... Setelah aku menggarap dua proposal sekaligus dari kedua orang itu, tubuh ku benar benar lelah, untung nya mereka baik memberikan ku libur hanya satu hari ini, tapi sekarang aku bosan duduk sendiri dan hanya melihat semua orang berlalu lalang)" Ia terdiam, ia melihat sekitar, melihat banyak orang yang berjalan jalan.

Dari mereka ada yang berpasangan, dari mereka ada juga yang saling merangkul seperti mereka benar benar menikmati hari mereka masing masing, suasana juga masih pagi.

Neko kembali menghela napas panjang. Lalu ingat sesuatu yang membuat nya harus berhubung dengan sesuatu, yakni bunga mawar.

"(Mawar... Mawar merah... Mawar putih... Dan mungkin aku bisa mendapatkan mawar hitam... Haha.... Payah...)" Dia tampak sedang banyak pikiran. Memikirkan mawar tentunya membuat nya ingat akan sesuatu juga yang membuat nya begitu kecewa sekarang.

"(Aku berpikir bahwa aku sudah sejauh ini melakukan sebuah rencana yang sebentar lagi juga akan matang, aku sudah bekerja selama beberapa minggu di departemen kekuasaan museum, aku masih bingung, apakah departemen ini memang yang mengurusi semua keperluan Museum, jika begitu paling tidak Matthew harus menjadi salah satu di departemen kekuasaan,... Mungkin dia sedang sibuk melakukan perintah Beum yakni berpacaran dengan putri Direktur Geun agar kontrak mereka di setujui, Beum benar benar haus akan uang, dia bahkan menggunakan satu Direktur yang ia percayai memiliki banyak uang yang akan selalu mengalir saja. Ini semua tidak berguna sama sekali jika kecuali kau menggunakan akal mu hanya untuk memenuhi perintah dari Chairwoman)" Pikirnya.

Tapi ada yang tiba tiba berhenti berjalan di depannya membuat Neko menatap ke kaki orang itu dan semakin menendah, siapa sangka, itu Kikiyo dengan anjing kecilnya yang mengikuti nya dari belakang menggunakan tali leher Anjing.

Mereka sama sama terdiam hingga Kikiyo memanggil. "Neko? Kau Neko?" Tatapnya.

Tapi Neko membuang wajah sambil membalas. "Kau salah orang"

"Hah, salah, tapi kau mirip dengan nya, kau Neko kan?" Kikiyo menatap tak percaya tapi Neko tak membalas.

"Aku tahu ini kau, sikap itu, aku tahu" Kikiyo langsung menggigit bibirnya dan seketika itu juga berlutut memeluk kaki Neko, dia meletakan kepalanya di pangkuan Neko membuat Neko terdiam kaku.

"Apa yang merasuki mu?" Dia menatap bingung.

"Kupikir informasi soal kematian itu memang benar, jadi aku percaya bahwa kau itu mati, padahal aku masih ingin mempelajari soal tubuh dan gen milik mu, kau janji akan melakukan nya tapi selama bertahun-tahun bahkan ketika kita pertama kali bertemu, kamu belum melakukan nya untuk ku dengan alasan, tak punya waktu, sekarang kau duduk santai di sini kau mengatakan tidak punya banyak waktu" Kata Kikiyo membuat Neko terdiam dan menghela napas panjang.

"Aku akan melakukannya setelah masalah ku selesai"

"Memang nya apa masalah mu?"

". . . Kau tidak lihat aku jadi gelandangan sekarang, aku duduk di sini meminta uang" Kata Neko.

Membuat Kikiyo terdiam dan tertawa. "Bwahaha... Lucu sekali, kau menggunakan nada merendahkan diri mu sendiri, aku tak percaya kau sedang ber gelandangan di sini, lihat saja baju rapi itu" Kikiyo berdiri dan duduk di samping nya, anjing miliknya hanya menatap mereka dengan tatapan yang sangat imut.

"Bagaimana pekerjaan mu?" Neko menatap.

"Ini lancar lancar saja, aku seperti biasanya, menjadi dokter, bagaimana dengan pill mu? Kau memakan nya?"

"Hem... Aku memakan nya tidak setiap hari..." Balas Neko.

Lalu Kikiyo terdiam dan menghela napas panjang. "Sampai kapan masalah mu selesai" Dia berguman dan itu di dengar Neko. "Apa kau bilang tadi?" Dia menatap bingung.

"Tidak ada, aku pergi dulu, sampai jumpa" Kikiyo berdiri lalu berjalan pergi di ikuti anjing nya membuat Neko terdiam bingung.

Tapi ia di hubungi Kim. == Nona Akai, bisa kirimkan lokasi anda ada dimana? Aku ingin bertemu ==

== Baiklah, aku juga ingin punya hal yang harus di bicarakan ==

Tak lama kemudian ada seseorang duduk disampingnya, mereka bersikap seperti tak kenal, dan orang itu adalah Kim. "Apa yang mau dibicarakan Nona Akai?"

"Aku harap Kau bisa menerima tugas dariku, ambil dokumen itu di ruang bawah tanan museum"

"Sepertinya, itu mustahil"

"Jangan khawatir, akses dengan komputer sudah dipegang oleh Hyun dan Jun, mereka sudah bisa membuka aksesnya"

". . .Jangan bilang Anda yang selama ini meminta mereka memegang komputer"

"Ya, begitulah, karena mereka tak ada kerjaan menghantarku dengan mobil, jadi begitu saja, tinggal minta pada mereka sementara Aku akan mengurus Tuan Geun" Kata Neko sambil berdiri. Lalu Kim mengangguk.

Dijalan kembali pulang, Neko berjalan melewati ruang pintu apartemen milik Satori. Ia terdiam memikirkan Satori yang memiliki kesakitan.

"(Aku masih heran dengan nya, di jam ini tentunya Roiyan masih di kantor, apa aku mampir saja.... Tidak, aku tidak mau membuat waktu tapi, aku ingat dia memiliki penyakit itu)"

Alhasil Ia memutuskan untuk mampir dan menekan bel. Tapi tak ada jawaban sama sekali. "[Apa Dia sedang pergi... Tunggu, apa yang kulakukan]" Neko bingung sendiri lalu tak sengaja membuka pintu itu. Ia menjdi terkejut. "[Kenapa tidak terkunci]" Neko mencoba masuk, Ia semakin terkejut ketika melihat Satori tergeletak di bawah.

". . . Hei, Kau baik baik saja?" Ia mendekat.

"Huf.. Huf... Huf... Selamatkan Aku, Aku mohon, ambilkan obatku" Satori menunjuk botol pil yang ada di meja dengan lemasnya.

"Obat bukanlah obat!" Kata Neko sambil panik, Ia menggigit tangan nya sendiri hingga berdarah lalu mencium Satori. Satori terdiam sambil menelan sesuatu yaitu darah Neko.