webnovel

Chapter 93 (Caged The Beast)

Setelah presentasi selesai, mereka berdua tampak berjalan akan kembali di lorong.

"Kau melakukan nya dengan sangat baik, Direktur yang datang tampak sangat setuju karena penyampaian mu" Tatap Roiyan.

Tapi Neko hanya terdiam mengabaikan nya hingga ponsel Roiyan berbunyi pesan masuk.

Ia berhenti berjalan dan menatap pesan masuk itu. Rupanya dari Beum. == Hei, kerja bagus Roiyan, kau membuat mereka setuju dengan proposal mu, kemarilah ke kantor ku nanti dan jika perlu, bawa manajer baru itu, aku sekalian ingin melihat nya ==

"Luna..." Roiyan memanggil membuat Neko menoleh padanya.

"Kita harus pergi ke kantor Tuan Beum" Tambah nya seketika Neko terdiam tak percaya.

"(Wah wah.... Apakah ini artinya aku bisa menunjukan wajah ku pada bajingan buas itu.... Aku akan mengurung mu, pasti)" Neko tersenyum kecil membuat Roiyan terdiam menatap itu.

"Apa yang kau tunggu, ayo cepat" Neko menatap tajam lalu mereka kembali berjalan.

Sesampainya di kantor Beum, Roiyan membukanya dan masuk.

Tampak Beum ada di kursi mejanya, lalu dia menoleh. "Wah, wah.... Hei, kerja bagus kau Roiyan" Tatap Beum dengan senang.

"Maafkan aku Direktur, tapi, aku tak bisa melakukan semuanya sendiri"

"Huh, oh, ya benar, aku dengar dari Direktur yang mendengarkan, ada perempuan yang mempresentasikan nya dengan sangat baik, bahkan mereka menyukai kepercayaan dirinya, apakah itu....." Beum menatap.

"Ya, Luna" Roiyan membalas, lalu di saat itu juga Neko muncul di belakang Roiyan dengan tatapan biasa.

"Wah.... Begitu cantik" Beum langsung senang, dia lalu berdiri dan mendekat. "Kau seperti mawar merah yang sangat cantik..." Dia mengulur tangan.

Lalu Neko menerima uluran tangan itu dan berjabat tangan. "Terima kasih Direktur sudah meluangkan waktunya untuk menemui ku dan memberikan pujian bagus soal proposal milik Tuan Roiyan" Tatap Neko.

"Ah, iya, iya.... Sama sama.... Kamu juga sangat cantik, aku bahkan telah menyia nyiakan waktu mu di sini tanpa bertemu dengan ku.... Tapi harus kuakui, bagus sekali ide kalian berdua, jadi Aku harus membantu para produser itu untuk memasarkan produk mereka lewat poster besar. Ketika keuntungan mereka naik, keuntungan tersebut harus di bagi bersamaku begitu" Beum menatap.

"Itu bukanlah apa apa, semua ini ide dari Luna, Direktur" Roiyan membalas.

"Bagus bagus, Luna... Padahal karyawan baru yang langsung jadi manajer, aku sebelumnya mendengar mu lulus tes dari Roiyan, yakni mempresentasikan secara mendadak, dan kau benar benar bisa melewati itu... Jadi memang benar, kamu memang sudah berpengalaman?" Kata Beum, dia dari tadi menatap sangat ramah dan senang pada Neko.

Tapi dalam hati Neko, dia benar benar kesal. "(Aku ingin memukul wajahnya, tepat di bagian mulutnya itu, agar gigi mu rompal semuanya, dan juga menculek mata milik mu itu.... Semuanya.... Kau memang sangat gila...)" Tapi ia harus menahan nya karena masih dalam menjalani pesan sebagai Luna. Ia menjadi kesal dan dendam pada Beum.

"Tidak juga Direktur, Aku hanya mempelajarinya secara materi" Neko membalas perkataan tadi.

"Kau bilang Kau akan ikut Pei Lei juga bukan, persiapkan dirimu bersama dengan Dia, kalian akan berangkat nanti malam" Beum menatap lalu berjalan pergi.

Mendengar itu tentu saja Roiyan terkejut. "Luna, kenapa kau ikut dengan Pei Lei, bukankah Kau sudah mengerjakan tugas bersamaku tadi? Apakah itu alasan mu menolak proposal ku berikutnya?"

"Aku juga harus membantu Pei Lei, tak hanya mengerjakan Aku juga harus belajar" Neko membalas dengan tatapan datar.

"Tapi, aku butuh bantuan mu untuk mengerjakan proposal ku yang terus berlanjut, kita harus mengerjakan nya bersama, Luna..." Roiyan memegang tangan nya.

"Batalkan itu Luna, Kau hanya akan kesulitan bersamanya, bukankah setelah ini akan ada presentasi kita lagi?" Tambah nya.

"Kerjakan itu sendiri, Aku sudah membantumu tadi"

"Tapi proposal yang Kau terima dari Pei Lei akan menjadikan Pei Lei sebagai asisten, lebih baik Kau menjadikanku rekan sebanding dari pada junio yang menjadi asistenmu" Roiyan menatap.

"Kau pikir Kau siapa, jangan menggangguku terlebih dahulu" Neko menyela.

"Aku mencoba membantumu, Kau ingin perebutan Direktur bukan, atau malah perebutan museum?" Roiyan manatap serius membuat Neko terdiam kesal karena Roiyan memegang erat tangan Neko.

Tapi Neko melepas tangan itu. "Berani sekali kau menyentuh perempuan lain jika kau memiliki satu" Neko menatap tajam.

Seketika Roiyan terpaku, Neko benar benar mengatakan bahwa dia sudah tahu bahwa Roiyan tinggal bersama Satori yang mengaku sebagai tunangan nya.

Setelah itu Neko berjalan pergi sambil mengatakan kalimat terakhir. "Lagi pula kau bilang sendiri bahwa kau juga bisa menggarap proposal berikutnya milik mu sendiri..."

Roiyan terdiam, dia menundukan wajah dengan ekspresi yang begitu kecewa. "(Kenapa ini begitu susah.... Aku hanya suka padanya karena dia mirip dengan Amai... Aku ingin bertemu dengan Amai saja... Untuk terakhir kali sebelum aku benar benar dinikahkan... Kenapa ini begitu sulit, aku susah susah bekerja di sini, padahal aku punya perusahaan besar di Seoul, hanya karena mencari takdir yakni dia tidak mati, aku sampai harus begini pada seseorang manajer baru.....)"

Dia mengepal tangan dan seketika langsung berlari ke kantor Neko, dia langsung membuka nya dan menutup nya membuat Neko terpaku di sana.

"Aku sudah bilang padamu!!" Dia berteriak sambil berdiri mendekat. Tapi tiba tiba Roiyan memegang kedua baju Neko dan langsung memojok di pintu membuat Neko terpaku menengadah menatapnya.

"Kenapa kau terus saja memasang sifat itu padaku! Apa salah ku padamu, apa kau yakin kau benar benar melakukan hal itu padaku dengan menunjukan wajah yang begitu buruk padaku!?" Roiyan menatap, kini dia seperti Roiyan yang merengek pada Neko.

Tapi Neko melirik nya. "Hal yang paling bisa menjawab pertanyaan itu, aku benci kau bahkan ketika kau lahir pertama kali!!" Teriak Neko membuat Roiyan terpaku.

Sementara itu Pei Lei di luar kantor, Ia berjalan melewati kantor Neko, namun tiba tiba Neko berteriak dari dalam. "Pei Lei..."

"[Hah, Luna memanggilku] Luna ada apa?" Pei Lei berjalan kedepan pintu. Tiba tiba pintu terbuka Neko menarik Pei Lei masuk dan mendorong Roiyan keluar. "Luna!!.." Roiyan terkejut, namun pintu tertutup. Ia berdiri kaku di luar, sementara di kantor, Neko menempelkan wajahnya di tubuh depan Pei Lei yang terpojok di pintu.

"Luna, ada apa?" Pei Lei menatap, dia memegang pinggang dan bahu Neko yang terdiam tak menunjukan wajahnya.

Hingga ia mengatakan sesuatu. "Aku akan pergi dari meminjam bahumu, hanya butuh tempat sembunyi"

"Luna, Aku bisa membantumu, katakan saja padaku, kenapa Kau mendorong Roiyan keluar?"

"Dia hanya tak ingin Aku ikut denganmu, padahal Aku sudah bilang pada Direktur untuk berganti proposal" Kata Neko.

"Apa... Jadi maksudmu... Kau ikut proposalku" Pei Lei menatap senang.

"Ya, begitulah, sekarang kembalilah keluar, Aku harus menyiapkan sesuatu" Neko berjalan ke meja. Tapi tiba tiba Pei Lei menjadi memeluk perut Neko dari belakang. Neko terdiam sambil memegang tangn Pei Lei. "Lepakan Aku" Dia menatap tajam.

"Terima kasih telah memilih menemaniku Luna... Kedepan nya aku janji semua akan baik baik saja" Pei Lei menatap tersenyum tapi Neko hanya memasang wajah biasa.

Tapi mendadak, siapa sangka ada yang membuka pintu begitu saja membuat mereka menoleh. Siapa sangka, itu adalah Kim, sekarang dia terpaku melihat pemandangan itu.

Seketika Pei Lei langsung melepas tangan nya dari Neko.

Kim yang melihat itu menjadi mengepal tangan. "Kau, sialan..." Dia berjalan dengan sangat kesal ke Pei Lei yang terpaku. ". . . Tuan Kim, selamat siang...." Pei Lei mencoba mengalihkan perhatian tapi kerah nya langsung di remas Kim mendekat padanya. "Hei, apa kau tahu, kau telah menyentuh siapa huh?!" Kim menatap kesal.

"Aku... Aku tidak bermaksud, aku hanya senang tadi"

"Halah, alasan.... Kau itu menyentuh gadis milik ku" Kim menatap tajam.

Neko hanya menghela napas panjang menggeleng. "Kim, hentikan itu, kenapa kau menjadi mengaku ngaku" Neko menatap tajam.

"Nona, aku melakukan ini untuk mu juga, agar tak ada siapapun yang mendekati mu atau menyentuh mu begini... Ingat itu kau sialan" Kim langsung menatap ke Pei Lei yang tak tahu harus apa.

"Lepaskan saja dia, Pei Lei, ingatkan aku nanti yah..." Tatap Neko lalu Pei Lei tersenyum senang dan mengangguk. Tapi Kim kembali memojok nya. "Huh, kenapa kau senyum senyum padanya?" Kim menatap tajam.

"Ack, maafkan aku!!" Pei Lei menjadi panik.

--

"Pei Lei, kau baik baik saja dari tadi hanya mengangga kepala" Xun menatap bingung di meja Pei Lei.

"Aku... Hanya senang" Pei Lei tersenyum senang sendiri.

--

"Apa yang terjadi?" Neko menatap Kim dari kursi mejanya.

"Aku sudah menemukan Direktur Hao, apakah anda ingin aku melakukan sesuatu?"

"Yah, lakukan saja pemaksaan sampai dia berkata uang ku dimana dan untuk apa saat ini, dia pikir dia siapa, ingin membodohi ku begitu saja, berpikir aku telah mati dan tak berpikir aku menjadi arwah penasaran untuk nya, sangat sialan sekali" Kata Neko.

"Kalau begitu, aku akan pergi sekarang dan, aku punya sesuatu untuk anda" Kim memberikan permen tusuk merah di meja Neko lalu dia menundukan badan dan berjalan pergi membuat Neko terdiam melihat permen itu.

Saat jam makan siang, Beum secara tak terduga masuk ke kantor Neko yang menggarap tugasnya didepan laptop sambil makan permen. Neko menoleh dengan wajah biasa.

". . . " Beum melihat sekitar meja Neko yang isinya hanya kertas. "Kenapa Kau tidak makan siang?"

"Aku sudah melakukanya" Neko membalas, lalu Beum melihat ke permen Neko. ". . . Itu bukan makan siang... Apa Kau tidak merasa lapar huh?"

"Tidak begitu" Neko membalas sambil terus mengerjakan laptopnya.

"[Gadis ini kenapa tidak sopan padaku]" Beum menatap kesal, mendadak Ia menarik tangan Neko untuk berdiri. "Hei..." Neko menjadi terkejut.

"Aku akan membawamu makan siang, Kau tak boleh pergi dengan perut kosong bersama Pei Lei" Kata Beum sambil menariknya keluar.

"Hei, hei, aku bisa jalan sendiri" Neko tertarik. Kebetulan Pei Lei melihat mereka pergi dan Ia berpikir dengan bingung.

"[Tumben sekali Direktur Beum mampir kemari]"