webnovel

Chapter 86 (Caged The Beast)

Esoknya Neko melakukan hal yang sama dari tadi malam, yakni berjalan ke luar teras balkonnya sambil mengemut permen. Ia berdiri di samping pagar balkon. "[Sebelum pergi ke kantor... Aku benar benar harus berpikir lagi untuk bertemu dengan para lelaki yang tidak aku mengerti di sana]" Ia terdiam, lalu tak sengaja mendengar suara dari pintu dalam.

Ia masuk ke apartemen dan membuka pintu apartemen nya yang rupanya itu Kim. "Nona Akai, aku membawakan anda sesuatu" Kim menunjukan sesuatu, yakni kotak agak kecil dan tidak terlalu besar.

Neko terdiam tanpa menerima nya.

"Ini... Banyak orang bilang bahwa benda ini bisa menghilangkan stres... Hehe.... Jadi, ini untuk anda" Kim memberikan nya membuat Neko menghela napas panjang dan menerima nya.

Tapi ketika dia akan membuka kardus itu, tangan Kim menahan nya membuat Neko menatap ke arahnya.

"Nona Akai, bagaimana jika melakukan nya nanti, mari aku antar bekerja dulu sekarang" Tatap Kim.

"Ha.... Baiklah" Neko menyetujuinya.

Hingga ketika di kantor. Neko masuk ke dalam kantor nya dan dia menemukan sebuah kopi cup yang masih panas di meja nya, ia bingung dan melihat itu, bertuliskan dari Lei.

Lalu di bersamai pesan masuk lewat ponselnya membuat nya melihat isi pesan yang rupanya dari Pei Lei.

== Luna, kopi yang ada di meja mu, jangan lupa diminum ==

Neko terdiam. "(Sebenarnya, aku lebih suka rasa yang manis.... Tapi baiklah, terserah saja)" Neko mengambil kopi itu dan meminumnya. Siapa sangka itu adalah Latte, kopi itu cukup manis.

Neko terdiam dan mengangguk saja. "Tidak buruk" Dia meletakan kopi itu dan mendadak ada yang mengetuk langsung masuk.

Siapa lagi jika bukan Roiyan yang bisa masuk begitu saja. "Luna..." Ia datang membuat Neko menoleh dengan tatapan tajam.

"Luna, aku membawakan mu kopi hari ini, cukup susah menemukan kedai kopi jadi aku memesan nya lewat kurir" Kata Roiyan memberikan cup di tangan nya.

". . . Maafkan aku, tapi seseorang sudah lebih dulu memberikan nya padaku" Kata Neko, Roiyan terdiam dan menoleh ke meja yang rupanya ada kopi cup itu.

"Siapa yang memberikan nya?" Roiyan menatap serius.

"Entahlah, hanya seseorang yang menuliskan nama nya sebagai 'Lei'"

"(Pei Lei?)" Roiyan langsung mengerti, dia lalu terdiam dan di saat itu juga, dia meminum kopi cup yang ada di tangan nya sendiri itu langsung sampai habis membuat Neko terdiam menatap itu.

"Ha... Baiklah, aku pergi dulu" Kata dia lalu berjalan pergi.

Hanya karena Neko tak menerima kopinya, dia meminum sendiri di depan Neko.

Sepulang dari gedung kekuasaan, Neko berjalan pergi dari gedung tapi ada yang memanggilnya.

"Luna!"

Ia menoleh dan rupanya Pei Lei. "Luna, aku bisa mengantar mu lagi hari ini.... Taksi nya sudah ada" Tatap Pei Lei.

Tapi Neko tersenyum kecil. "Jika kau ingin mengantar perempuan, lihat dulu dirimu, apalagi sebagai pekerja kantoran seperti mu, kau harus bekerja keras agar banyak wanita lain tertarik padamu" Kata Neko sambil mendorong pelan dada Pei Lei yang terdiam mendengar itu.

Lalu Neko berjalan meninggalkan nya, rupanya di depan ada motor speed hitam yang berhenti di depan Neko.

Pria yang mengendarai motor itu memberikan helmet pada Neko.

Neko terdiam menatap itu dan mendorong helmet itu bermaksud dia tak mau memakainya.

Tapi Pei Lei melihat seperti pria itu meyakinkan Neko untuk memakai helmet itu. "(Siapa dia... Kenapa bersama Luna... Apa yang terjadi, apa jangan jangan itu... Kekasih nya?!!)" Pei Lei terkejut, dia berpikir bahwa orang yang menjemput Neko itu adalah pacarnya.

Neko tampak menghela napas panjang dan mengambil helmet itu hingga ia memakainya dan naik, lalu motor itu pergi mengantar nya membuat Pei Lei terdiam.

"(Apa tadi, Luna ingin mengatakan bahwa jika aku mengantar wanita, aku harus memiliki kendaraan, tidak mengandalkan taksi, begitu)" Pei Lei berpikir keras dan masih ada di sana tak bergerak.

Sesampainya di apartemen, Neko turun, dia akan melepas helmet itu tapi tak bisa.

"Hahah, sini, biar aku bantu" Orang yang mengantarnya itu melepas helmet nya.

"Nona Akai, aku akan pergi sekarang, aku harus mengurus beberapa dokumen yang di berikan Tuan Beum" Tatapnya, dari nada nya dia rupanya adalah Kim. Yang mengantar Neko itu tidak lain adalah Kim.

"Yeah, baiklah...." Neko hanya membalas begitu lalu berjalan pergi membuat Kim terdiam belum memutar balikan motornya sebelum Neko benar benar masuk ke dalam apartemen.

Hingga Neko masuk ke dalam apartemen, dia langsung memutar motornya dan melaju dengan kencang.

Neko membuka pintu apartemen nya dan menghela napas panjang, dia berjalan ke kamar mandi.

Melepas semua bajunya dan kontak lensa warna yang dia pakai.

Setelah beberapa menit berganti dan membersihkan tubuhnya setelah bekerja seharian, dia berjalan ke balkon lagi membuka permen nya dan melihat di luar.

Tapi belum lama di sana, ia mendengar dari balkon samping milik Gadis yang kemarin Ia lihat.

Rupanya yang keluar memanglah Gadis kemarin diikuti dengan seekor kucing biru russia. Neko berjalan menatapnya dengan diam, dia sebenarnya tak terlalu peduli dan lebih memilih menatap langit malam.

Hingga Gadis itu tak sengaja melihat ke arahnya. Ia melihat Neko berdiri menatap langit malam, tapi mendadak, Neko menoleh padanya, seketika gadis itu terkejut ketika Neko menoleh ke arahnya, Ia terkejut dan berlari masuk. Kucing itu lalu menengada menatap Neko yang menatapnya dengan tatapan biasa hingga kucing itu masuk juga ke dalam.

"(Apa yang terjadi? Kenapa langsung masuk? Apa dia baru saja melihatku?)" Neko terdiam bingung.

Setelah permen Neko habis, dia berjalan masuk ke dalam dan duduk di sofa. Ia mengambil satu buku yang ada di sana dan membukanya. Sama seperti biasanya, dia membaca. Tapi ia teringat sesuatu, tepatnya pada kotak yang tadi pagi di berikan Kim sebelum mengantar Neko ke gedung kekuasaan.

Lalu ia menutup bukunya dan berjalan ke kotak itu yang ada di meja lain, ia membuka nya dan siapa sangka. Itu adalah sebuah pot dan tumbuhan kecil di sana.

Neko bingung tapi tak lama, dia mencium aroma yang rileks. Rupanya dari tumbuhan kecil itu, ia lalu mengambilnya dan mengendus nya pelan.

"(Ini.... Aromanya kenapa membuat ku aneh...)" Ia bingung, lalu memilih meletakan nya di tepi jendela saja. Lalu kembali membaca si sofaya sambil berpikir. "(Ha.... Benar benar aneh memberikan ku yang seperti ituan..)"

Namun, mendadak seseorang mengetuk pintu. Neko didalam sedang membaca sebuah buku di sofa, Ia meletakan bukunya di meja.

Tak di sangka, itu adalah Roiyan, Neko melihat dari penglihatan kotak sebelum dia membuka pintunya.

"(Cih.... Kenapa harus sekarang....)" Dia melihat sekitar dan langsung berjalan ke kamar mandi, dia memakai kontak lensa nya yang berwarna abu abu agar mata merahnya tidak di kenali oleh Roiyan.

Lalu dia membuka pintu. Tampak Roiyan sudah menunggu tadi. "Kenapa lama sekali?"

"Ada apa?" Neko hanya menatap dingin.

"Hanya sekedar berkunjung"

"Bagaimana kau tahu tempat ku?" Neko masih belum mempersilahkan masuk.

"Aku hanya bertanya pada Pei Lei, dia sudah tahu tempat mu pertama kali bukan, mari biarkan aku yang kedua tahu tempat mu, Aku juga hanya baru tahu Kau punya apartemen ini. Bisakah Aku masuk?"

". . . " Neko terdiam lalu membiarkanya masuk.

"Duduklah di sofa, apa Kau ingin meminum sesuatu?" Kata Neko sambil berjalan ke dapur akan membuatkan minuman.

"Terserah saja, aku mau apapun" Roiyan membalas sambil duduk disofa. Lalu Ia melihat buku yang di baca Neko tadi di meja. Ia mengambilnya dan melihatnya. "Kau suka, pengetahuan?"

". . . Aku hanya membaca saja" Neko membalas sambil berjalan mendekat dan meletakan tehnya di depan Roiyan.

"Tak heran jika Kau begitu pintar" Kata Roiyan.

". . . Aku tidak memintamu kemari, apa Kau mau mengganggu malam ini, aku ingin segera tidur"

"Kenapa huh, Aku hanya ingin mampir sebentar dan kamu mengatakan aku mengganggu mu" Roiyan berdiri dan mendekat ke Neko yang ada disofa depanya. Ia berdiri sangat dekat dan berlutut di depan Neko membuat Neko terdiam, dia sangat dekat dan mendekatkan wajahnya di leher Neko. "Aroma milik mu, seperti sesuatu yang segar dan manis, bahkan ini hampir sama seperti milik kakak ku dulu, aroma tubuh yang begitu hangat, aku ingin tahu apa yang membuat tubuh mu sangat menawan hanya dengan aroma mu juga?"

". . . Kau tak bisa melakukan seperti itu pada perempuan seperti ku" Kata Neko membuat Roiyan kembali menarik wajahnya.

"Sepertinya, kamu memang masih perawan" Tatap Roiyan.

"Memang nya kenapa jika begitu" Neko menatap tajam.

"Tidak ada... Aku hanya mengatakan bahwa kau masih spesial" Balas Roiyan, tapi ia tak sengaja melihat sesuatu dari tepi jendela milik Neko.

Dia melihat tumbuhan kecil itu, seketika dia berdiri dan mendekat, dia mengambil pot kecil itu membuat Neko terdiam bingung melihatnya.

Roiyan mengendus aroma tumbuhan itu.

". . . Catnip, Kau tahu daun ini?" Roiyan menatap

"Catnip? Nama nya itu?" Neko terdiam bingung.

"Ya, ini catnip, dimana Kau membelinya?"

"Aku tidak membelinya, seseorang memberikan ku" Neko mengingat wajah Kim, karena Kim yang memberikan tumbuhan itu.

"Kenapa kamu punya tumbuhan ini, apakah kau punya kucing?" Roiyan menatap.

"Apakah daun itu punya hubungan nya dengan kucing?" Neko menatap.

"Ya, itu untuk kucing, kucing suka aroma itu, sebagian berpendapat bahwa kucing akan di bawa mabuk oleh aroma tumbuhan itu"

"(Sialan kau Kim, kau pikir aku kucing?) . . . Dari mana kau mengetahui hal semacam itu?" Neko menatap bingung.

". . . Hanya sebatas tahu saja, aku juga memiliki kucing, biru Siberia" Balas Roiyan.

"Dimana kucing itu sekarang?"

"Kalau begitu jika ingin tahu, seringlah mampir ke bawah" Roiyan berjalan menjauh lalu keluar. Neko menjadi bingung dengan perkatannya.

"... (Mampir ke bawah, bukankah tempat itu milik gadis itu.. Ah sudahlah, aku benar benar tak peduli dengan apapun itu)" Neko menatap dingin tidak peduli, lalu dia melepas kontak lensa nya dan kembali membaca.