webnovel

Chapter 81 (Caged The Beast)

(In this fake identity as an employee, Neko will be called as Luna as his fake name)

Hari yang cerah di kantor sebuah gedung departemen kekuasaan. Tepatnya di bagian karyawan, seorang karyawan lelaki menatap laptop nya di meja.

"Oh ini perempuan itu" Kata seorang Lelaki yang menatap laptop di mejanya. Ia bertugas sebagai penerima karyawan atau posisi posisi baru yang akan di isi. Di nama pengenalnya dia bernama Pei Lei.

"Hm... Apa itu karyawan yang akan diterima?" Seorang pria lain muncul, Dia bernama Xun.

"Ya, senior"

"Dia terlihat bagus, Dia seperti tipe perempuan, sangat cantik, totaly my type, benar kan, sangat cantik dengan kulitnya" Kata Xun. Mereka rupanya sedang melihat foto identitas Neko yang bernama Luna.

"Menurutku mungkin dia lebih imut" Pei Lei menambah.

"Hm... Mungkin, Dia bekerja sebagai apa disini?" Tanya Xun.

"Posisi manajer sudah kosong karena pengacara Roy menjadi asisten departemen, perempuan ini akan menjadi manajer disini"

"Haha... Keren juga langsung jadi Manajer, apa Dia sehebat itu?"

"Entahlah, dalam CV nya, dia sangat bagus dan lulusan begitu tinggi, umurnya juga... Seharusnya dia menikah" Pei lei menatap umur Neko, yakni 25. Itu memang umur Neko yang asli.

"Dalam status nya, dia tidak menikah?"

"Ya, dia tidak menikah"

"Hm... Mungkin dia hanya ingin fokus pada pekerjaan nya, terserah apapun itu, yang penting dia sangat cantik" Kata Xun, lalu dia berjalan pergi membuat Pei Lei terdiam menatap laptopnya.

"(Untuk apa dia bekerja di sini, posisi nya pun juga tidak main main, dalam sekali penerimaan, dia langsung di terima menjadi manajer yang mengurus segala artikel dan revisi dari karyawan, dia mungkin hanya duduk di kantornya sendiri dan merevisi setiap dokumen yang telah dikerjakan banyak karyawan, sebagai artikel maupun informasi soal museum apalagi kekuasaan... Jika dilihat, dia nampak seperti gadis yang berusia 17-18 tahun, sangat begitu muda, aku penasaran apakah umurnya memang segitu, dan dari pandangan matanya ini.... Tampak kekosongan yang aku lihat)" Pei Lei terdiam terus menatap itu.

Di sisi lain, Seorang Asisten departemen, atau di sebut sebagai Direktur yang bernama Roy keluar dari ruangannya. Ia memiliki tanda pengenal di dada kirinya di kemeja putihnya, dia tak memakai jas apapun. Siapa sangka, ketika melihat di atas tepatnya di wajahnya, dia adalah seseorang yang dangat dikenali, yakni Roiyan, putra dari Tuan Ezekiel dan dia ada di bagian departemen kekuasaan, bagaimana bisa? Bukankah dia bekerja sama dengan ayahnya di Seoul, bukan di distrik?

Ketika melewati banyak karyawan perempuan, mereka mulai berbisik dan bergosip.

"Bukankah itu Roiyan, dia menjadi Direktur sementara dan magang disini, bisa bisa nya dia menjadi Direktur magang"

"Aku dengar dengar, dia putra dari Direktur yang paling berpengaruh di Seoul, karena itulah dia ingin mencoba menjadi Direktur magang di sini, entah apa yang dia maksudkan melakukan begitu, kalau aku jadi dia, aku juga tak akan ada di sini karena menjadi bawahan dari ayah nya saja sudah membuat untung banyak"

"Iya, sangat aneh dia mau di sini, padahal di sini di ambang keilegalan dan legal, kita harus mengejar akan artikel non publik menjadi publik bagi Museum"

"Jika pendapat ku, dia mungkin mencari seseorang di sini membuat nya harus begitu"

"Benar kah? Sampai segitunya mencari orang"

Sementara di pikiran Roiyan, dia terdiam mendengar itu tadi. "(Sebenarnya.... Beberapa bulan yang lalu...)"

Beberapa bulan yang lalu....

Itu tepat saat di rumah Tuan Ezekiel. Tampak Tuan Ezekiel membuka pintu kamar Roiyan dan di sana Roiyan sedang duduk melamun di ranjang nya.

"Roiyan, sudahlah, dia sudah pergi" Kata Tuan Ezekiel. Sepertinya mereka membahas Neko dan masih mempercayai kematian palsu itu.

". . . Aku tidak percaya!" Roiyan langsung mengatakan itu. Dia berdiri dan mengambil sesuatu yakni kotak hitam dan mengambil di dalam yang rupanya ada baju merah yang sudah sangat rusak, itu adalah baju Neko yang di gunakan saat terakhir kali itu.

"Aku sudah menyelidiki semuanya, Amai tidak mati, dia pasti di bawa lari oleh Kim, dan aku tahu dimana dia sekarang, selama ini aku terus mencari informasi soal dia, tapi sayang nya aku sama sekali tak menemukan identitas aslinya dan pastinya yang membuat banyak identitas itu adalah Kim, hingga ini semua mengarah ke arah distrik bagian selatan, karena aku tahu, Kim bekerja di sana sekarang" Kata Roiyan.

"Dari mana kau berpikir bahwa itu benar?"

"Ayah, berpikir lah lebih dalam, Amai tidak mungkin mati, jika dia mati paling tidak mayat dari Kim yang menjaga nya itu juga harus di temukan, apa kau tahu, selama ini kita di bodohi olehnya, salah satu jawaban nya, kirimkan aku di distrik" Kata Roiyan.

"Kau yakin, kau bisa menemukan nya?" Tuan Ezekiel menatap lalu Roiyan mengangguk serius.

"(Dia telah mempermainkan keluarga Ezekiel, memang nya hanya kamu yang bisa menyamar, aku pastinya juga bisa)" Dan begitulah Roiyan bisa sampai sini, pemikiran nya benar, dia bisa mendeteksi mana informasi palsu dan mana yang benar.

--

Tampak Roiyan menghampiri Pei Lei yang ada di meja menatap laptopnya. Dia bahkan masih memandangi laptopnya dengan wajah yang sangat serius.

"Pei Lei" Panggilnya membuat Pei Lei terkejut mengalihkan pandangan nya.

"Ya" Dia beranjak mendekat.

"Hari ini aku dengar manajer baru akan masuk kemari untuk pertama kali berada diruangan ini, apa itu benar?" Tatap Roiyan dengan wajah yang serius, dia benar benar bisa memasang wajah serius pada orang lain kecuali Neko.

"Ya, itu benar, dia bernama Luna, dan dalam CV yang di lampirkan, dia sangat baik dalam hal yang di butuhkan"

"Bisa aku lihat?" Roiyan menatap, lalu Pei Lei menunjukan wajah resmi dari penerimaan karyawan yakni Neko.

Di saat itu juga Roiyan terkejut tak percaya.

"(Tunggu.... Kenapa...?!)" Dia terpaku. Sepertinya feeling nya sudah jelas bahwa dia mengenali wajah itu mirip dengan orang yang dicari nya selama ini, Neko, itu memang Neko, tapi belum diketahui pasti.

"Tunggu... Kenapa... Kenapa ini sangat mirip" Roiyan menatap kesal pada laptop itu membuat Pei Lei terdiam bingung.

"Wajahnya.... Hanya saja.... Ada tanda titik lahir di bawah mata perempuan ini, rambutnya berwarna merah dan mata miliknya.... Abu abu... Dan juga... Nama, identitas nya, semuanya berbeda dari nya!!"

"Anu, senior.... Apa anda baik baik saja?" Pei Lei menatap tingkah Roiyan, Roiyan sudah bisa menduga semuanya.

"(Tunggu, aku tak boleh memastikan ini, bisa jadi ini bukan Amai... Aku harus waspada saja...)" Roiyan menggeleng dan menyadarkan dirinya, dia tak mau kehilangan kendali hanya karena menemukan Neko dengan identifikasi palsu.

"Ehem, Kalau begitu bisa aku minta kantor bagian manajer yang kosong di buka kembali, mungkin Kau juga harus membersihkanya, agar dia nyaman dan menilai kita menyambutnya baik" Kata Roiyan menunjukan ruangan kantor manajer.

"Ah, baiklah, aku akan segera melakukan nya" Pei Lei membalas.

"Oh tunggu, dan... Bisa kau pergi beli kopi untuk nya juga?" Roiyan menatap.

"Kopi.... (Butuh beberapa waktu... Untuk ke kafe, tapi baiklah, aku akan buru buru) Ya, baiklah" Pei Lei mengangguk, dia sama seperti anjing yang mau di suruh melakukan apapun.

Beberapa jam kemudian, Pei Lei berjalan ke lobby membawa kopi, Ia melihat ada banyak karyawan menghampiri seseorang. Pei Lei melihat bahwa orang yang di kerumuni itu adalah Neko. "[Dia kemari]" Pei Lei terdiam.

Karena banyaknya karyawan yang mengerubungi itu, dia jadi tak bisa melihat wajah Neko.

"(Mereka rupanya tertarik pada orang baru itu, aku penasaran bagaimana dengan wajahnya itu)" Ia terdiam dan seketika baru sadar bahwa ia masih membawa kopi yang harus di berikan ke Roiyan, lalu melihat kopinya dan langsung berjalan pergi dari sana tanpa melihat wajah Neko. Ia berjalan ke Roiyan yang ada diruangan tadi, tampak Roiyan berdiri menunggu sambil menatap jam nya, lalu mendengar pintu terbuka dari Pei Lei.

"Tuan Roiyan"

"Kenapa lama sekali?" Roiyan menatap serius.

"Maafkan aku, aku sudah berusaha kemari secepat mungkin, dan dia sudah kemari"

"Manajer baru itu?" Roiyan menatap.

"Ya, dia ada di ruangan karyawan, banyak karyawan yang mendekat padanya" Balas Pei Lei.

"Baiklah, Aku akan kesana" Roiyan membalas lalu Ia mengambil kopi itu dari tangan Pei Lei membuat Pei Lei terdiam mengepal tangan nya.

"(. . . Padahal yang membeli kopi itu aku, aku berlari secepat mungkin ke kafe dan ke sini... Apakah yang terlihat memberikan kopi itu adalah dia....)"

Sementara Roiyan tampak berjalan keluar dengan membawa kopi tadi. Dia berhenti ketika sudah sampai di ruangan karyawan, karena tak sabar melihat orang baru itu, tentunya dia berjalan buru buru dan berhenti menatap orang baru itu yang rupanya Neko yang juga menatapnya dari para karyawan.

Seketika Roiyan terkejut. Sementara Neko menatapnya biasa.

". . . [Kenapa Aku seperti mengingatnya . . .]" Neko terdiam. Dia masih menatap serius ke Roiyan, hingga ia sadar sesuatu. "(. . . Rupanya benar... Itu putra pertama Tuan Ezekiel)" Pikir Neko, dia berusaha keras untuk tidak membuat ekspresi terkejut agar Roiyan tidak curiga bahwa yang di hadapan nya memang Neko.

"Baiklah semuanya, tolong kembali ke pekerjaan masing masing" Kata salah satu karyawan lalu mereka semua berjalan kembali ke meja mereka. Menyisakan Roiyan dan Neko saja di sana.

"(Dia tidak menunjukan ekspresi apapun, sebaiknya aku mulai dari perkenalan saja....) Salam kenal, aku Roiyan, kau manajer baru itu bukan" Roiyan mengulur tangan dengan menatap ramah membuat Neko terdiam sebentar dan menerima uluran tangan Roiyan.

Di saat itu juga Roiyan merasakan tangan Neko.

"(Tangan ini, memang tidak salah lagi dia adalah Amai... Tapi aku tak boleh gegabah, aku harus memperhatikan ini dulu, jangan bilang bahwa aku menyadari bahwa dia Amai)"

"Ya, salam kenal, aku Luna" Kata Neko membalas dengan tatapan serius.

"Bagus, ngomong ngomong aku suka bentuk bibirmu" Tatap Roiyan membuat Neko kembali menatap tatapan tajam.

"(Haha, bahkan tatapan itu sangat mirip dengan nya...)" Roiyan semakin yakin bahwa itu Neko.