webnovel

Chapter 47 (The Worked Hard)

"Luar biasa" Kepala kampus terkesan melihat kertas Neko tadi. "(Di sini sama sekali tak ada yang salah dan kata katanya... Kalimat nya itu benar benar persis seperti yang dikatakan kamus besar Bahasa, padahal dia tidak terlihat melihat buku maupun ponsel karena dia langsung mengerjakan nya di depan ku)" Pikirnya dengan tak terpecaya.

Tapi ia terkejut ketika melihat Neko yang berbalik akan pergi. "He... Hei tunggu Nona kecil" Ia memanggil.

Seketika Neko terdiam dan menoleh dengan lirikan suram. "Nona, kecil!!?"

"Oh maaf, kau bisa menjadi dosen di sini" Kepala kampus itu menatap.

". . . Tidak Terima kasih, aku hanya ingin menjadi mahasiswi, tolong beritahukan kelas mana yang akan aku tempati dan jaga rahasia ini baik baik" Kata Neko dengan tatapan dingin, lalu ia berjalan pergi.

Kepala kampus terdiam. "(Seberapa besar pengetahuan nya soal hal ini, apa dia belajar terus?)" Dia tidak tahu bahwa salah satu dari hobi membunuh Neko adalah membaca buku.

-

"[Jadi memang benar, di sini banyak sekali kegiatan bahkan mahasiswi mahasiswa juga banyak sekali...]" Neko terlihat ngalamun di halaman kampus sambil melihat sekitar.

Setelah dia selesai mengerjakan kertas tadi, tentunya dia sudah diterima di kampus itu karena memang kemampuan nya.

Ia lalu berhenti berjalan sambil terpikirkan seseorang. "(Dimana Yechan? Apa kelasnya belum selesai?)" Ia terdiam berpikir.

Tapi tiba tiba dia berhenti karena ada sesuatu.

"Hei, Kau gadis baru itu" Beberapa orang menatapnya.

"Dia begitu imut, yah... Apa Kau mau jalan bersama kami" Kata mereka. Neko hanya diam dingin.

"Hei, dingin sekali dia"

"Tapi meskipun wajahnya dingin, dia begitu cantik"

"Lihat ini, kulitnya seperti drakula hahha"

"Bukan berarti dia pucat kan haha"

Mereka malah bercanda soal Neko dan itu membuat Neko agak kesal, dia melemparkan tatapan tajam.

Tapi ponselnya berbunyi, ia melihat itu dari Yechan. Ketika fokus melihat ponsel, satu tangan lelaki tadi merangkul bahunya dari belakang membuat Neko terdiam kaku.

"Hei, wah, wah.... Bahu imut yang bagus yah... Ayo, jalan sama aku, atau sama kita langsung" Dia menatap menggoda Neko. Tapi Neko sama sekali tidak terlihkan dari ponselnya, dia tak peduli lelaki tadi menyentuhnya dimana.

Tapi ponselnya berhenti berdering ketika Neko akan mengangkat nya, ini seperti Yechan sudah mematikan nya dari sana.

Lalu kebetulan Yechan berjalan mendekat. "Oh, Akai... Bagaimana perasaamu?" Rupanya dia tadi mematikan ponsel karena sudah melihat Neko.

Tapi ia terdiam ketika melihat Neko di dekati banyak lelaki itu.

"Aku baik baik saja" Neko membalas, di saat itu juga, dia menyingkirkan tangan lelaki tadi yang memegang bahunya membuat lelaki itu terdiam.

"Hei, Yechan, kau kenal gadis ini?" Tanya mereka. Rupanya mereka kenal Yechan.

"Ya, Dia Akai" Yechan membalas dengan ramah.

"Wah, nama nya imut sekali, artinya merah kan? Cocok sekali dengan warna mata mu itu"

"Haha benar sekali, mata yang imut..."

Neko yang mendengar itu menjadi membuka mata lebar. "(Imut? Bukankah semua manusia bilang ini mengerikan... Aku sengaja melakukan nya agar mereka membenci ku, tapi mengapa?)" Neko melihat suasana dalam sebaliknya.

Tapi ia mencoba tak menghiraukan itu.

"Hei, Yechan, dia sudah punya pacar belum, jika belum, aku bisa menjadi pacarnya"

"Hei, kawan, aku juga mau"

"Kita bisa bagi dia haha"

"Oh.... Soal itu... (Aki tidak tahu apakah Akai punya pacar)" Yechan terdiam bingung membuat Neko meliriknya.

"[Aku tak ada waktu]" Neko mulai kesal dan berjalan pergi.

"(Tujuan utama ku kemari untuk mencari orang milik Cheong, entah itu siapa nya dia)"

"E-Akai tunggu" Yechan mengejarnya.

Disaat itu juga, tak disangka sangka ada wanita misterius berjalan dan berhenti ketika menatap mereka dari belakang, tepatnya melihat Neko dan Yechan yang berjalan di lorong untuk keluar.

Dia memiiki rambut merah gelap yang terkuncir ekor kuda sambil tersenyum kecil ketika pandangan nya menatap Neko, melihat rambut Neko yang terurai dan tubuh yang tidak semua orang miliki.

--

"Akai, maafkan aku soal yang tadi, apa kamu tadi ketakutan pada mereka?" Yechan menatap bersalah.

"Tidak sama sekali, kau payah, kau tidak menarik ku dan membawa ku pergi malah memberitahu aku siapa pada mereka" Kata Neko, seketika Yechan terkejut kaku dan menyesal. "Maafkan aku..."

"Ck... Terserah" Neko berjalan dengan suara kesal.

"(Haruskah aku bertanya apakah Akai punya pacar, tapi itu pasti akan membuat nya marah dan kesal... Oh lebih baik aku mengajak nya berladang, agar dia bisa merasakan refreshing yang nyaman) Akai, setelah ini apa Kau mau ikut aku?" Tanya Yechan sambil berjalan disampingnya.

"Kemana memangnya?" Neko melirik dingin, lalu Yechan tersenyum.

Setelah pulang dari kampus, di sekolah kecil tepatnya sekolah dasar, ada edukasi menanam yang di dampingi Yechan bersama pria paruh baya.

Mereka menanam di tempat kemarin yang dimaksud Neko semua nya di lapisi plastik hitam. "Baiklah semuanya, mari kita menanam kentang disini. Caranya akan kita terangkan sekarang, jadi jangan lupa untuk mengingat dan melihat, jika ingin menanam, lakukan dengan teman kalian secara dua orang" Kata Yechan, dia berbicara layaknya guru untuk anak kecil, nada suaranya ramah dan menyenangkan.

Dan di sana, rupanya ada Neko melihat dari Jauh, karena setelah dari kampus langsung ke sana, pakaian nya sama, yakni kemeja putih dan celana hitam panjang nya.

Dia menatap Yechan dari jauh dengan topi yang menutupi kepalanya dari sinar matahari.

"(Aku salah mengiranya terlalu muda, justru, terlalu muda untuk berbaur dengan anak anak yang bahkan sama sekali tak mengerti perkataan orang dewasa... Tapi kenapa dia bisa berbahasa anak anak hanya karena sikapnya hampir sama... Semua anak kecil itu juga mengerti perkataan nya, mereka melakukan nya dengan semangat... Oh, anak anak.... Aku jadi teringat sesuatu)" Neko terdiam, di saat itu juga ia ingat ketika dia masih kecil, hal yang paling menyakitkan, tidak bisa memahami bahasa orang dewasa karena sama sekali tak mendapatkan bahasa ibu, apalagi melihat orang tuanya sendiri.

"(Haha.... Terlalu gila jika harus mengingat nya)" Dia tertawa dalam pikiran, tapi tidak hati nya. Benar benar harus menerima hal pahit, masa lalu memang sudah berlalu, tetapi pengingatan akan terus berjalan.

"(Sudahlah....)"

Di tengah anak anak yang sedang belajar menanam. Yechan kebetulan sekali menatap gadis cilik yang dari tadi diam menatap lain.

"Hei, apa kamu tidak punya pasangan untuk menanam? Apa Kau ingin menanam dengan ku?" Yechan mendekat.

"Apa Aku boleh melihat saja, Aku sedang tidak merasa baik pada tubuhku" Gadis itu menatap imut.

"E... Kau tidak nyaman di bawah sinar matahari?(Apa dia sama seperti Akai?) Kau bisa duduk disana dan e..... Ah, Akai, bisa kau kemari" Yechan memanggil Neko yang sedang berbicara pada anak anak yang bertanya padanya.

Lalu Neko menoleh ketika Yechan memanggilnya dan berjalan mendekat.

"Bisa kamu antar Dia di gubuk duduk itu?" Tatap Yechan.

"Tunggu, kamu tidak perlu mengantar ku, aku tidak terlalu sakit" Gadis itu menatap agak panik pada Neko.

Neko terdiam meliriknya, dia lalu melepas topinya dan membalas perkataan Yechan.

"Tentu...[Dia benar benar mengajak ku, seperti ini]" Neko mengangguk dengan mata milusnya. Meskipun hatinya sedang kesal pada Yechan.

Tapi gadis itu terdiam ragu. Lalu Neko menoleh padanya. "Ini baik baik saja" Balasnya membuat Gadis itu terdiam menatap wajah Neko tapi ia menggeleng dan menoleh ke arah lain.

--

"Apakah ini baik baik saja jika kamu melakukan hal ini, aku pikir kamu guru bagi kami" Tatap Gadis itu yang menatap Neko yang duduk di sampingnya. Dia melepas topinya membuat rambut terurainya terbang karena angin lembut.

"Apakah aku terlihat seperti guru?" Neko menatap.

"Um... Tidak terlalu..."

"Lalu, Apa Kau menyukai gurumu?" Neko menatapnya sambil duduk bersamanya di gubuk itu.

"Tidak terlalu, mereka berusaha menciptakan suasana agar tidak bosan dan berpikir sama seperti kita agar kita juga menganggap mereka adalah teman dari kita yang memiliki sifat sama"

"(. . . Jadi begitu... Rahasia dari berpikir seperti anak kecil... Terkadang mungkin orang dewasa tidak akan mengerti perkataan anak kecil, begitupun juga sebaliknya... Kami terlalu bosan dengan kehidupan membuat semuanya di anggap sama dan begitu membosankan)" Neko terdiam, dia lalu memundurkan tubuhnya menatap langit.

Lalu gadis itu menatap padanya. Tatapan nya benar benar seperti ragu akan sesuatu.

"Apa aku bisa mengatakan sesuatu?" Dia menatap membuat Neko menoleh padanya dengan mata nya.

"Apa mata itu, bentuk mata milik mu adalah mata rubah" Gadis itu menatap.

". . . Terima kasih" Neko langsung membalas membuat gadis itu terkejut mendengar itu.

"(Kenapa aku merasa seperti dia hanya pertama kali mengatakan itu, apakah aku juga mengatakan itu pertama kali untuk nya) Bagaimana caranya melakukan itu?"

". . . Melakukan apa?"

". . . Memiliki wajah yang sangat tenang..."

". . . Jadi kau berpikir wajahku tenang, ini hanya sebatas kebosanan yang tak akan kunjung berhenti" Kata Neko, tapi ponselnya berbunyi membuatnya melihat itu dari Yechan.

==Maafkan aku, kamu harus menjaga gadis itu ya==

Pesan itu membuat Neko kesal sendiri.

Lalu Gadis itu menoleh ke ponselnya, dia agak ragu dan hingga akhirnya mengatakan sesuatu. "Apa Aku, bisa meminjam ponselmu"

Neko terdiam sebentar mendengar itu. ". . . Tentu, untuk apa?"

"Menghubungi Ayahku, Dia sudah tidak pulang beberapa bulan. Aku benar benar merindukanya"

"[Jadi itu yang membuatnya begitu ragu dari tadi] apa Kau ingat nomornya?"

"Tidak.."

"Jika tidak ada mungkin tidak bisa menghubungi" Kata Neko, lalu Gadis itu menjadi terdiam kecewa.

Lalu Neko memberikan ponselnya. "Gunakan saja, cobalah di nomor yang kau ingat..." Kata Neko.

Gadis itu berwajah merah menatap wajah Neko yang menawan di pandangan nya, lalu dia menerima nya dan di saat itu juga Neko berdiri. "Aku harus bertemu dengan orang yang kau panggil guru, hanya sebentar" Dia berjalan pergi dari sana membuat gadis itu menatap ponsel itu.

Dia membuka bagian aplikasi pesan dan di saat itu juga dia tak sengaja melihat nama kontak bernama. =Lelaki Baik=

". . . Apa ini nama yang dia berikan untuk Mister Yechan?"