webnovel

Chapter 31 (My Model)

Malam itu, jendela Neko terbuka dan seseorang langsung masuk secara cepat. Disaat itu juga Neko sedang terjaga duduk di sebuah kursi, Dia sedang telanjang dada dan hanya memakai bra nya dan celana hitam panjang nya menatap dirinya di kaca, ia melihat bagian bawah dada nya ada lingkaran perban di sana.

Seperti nya itu luka pengobatan dari tulang rusuk nya yang hampir patah karena kecelakaan itu.

Dia lalu memakai bajunya dan berdiri ketika seseorang itu datang yang rupanya Kim.

Dia memang di minta Neko untuk datang malam ini di kamar Neko di rumah Tuan Ezekiel.

"Nona Akai" Ia berdiri dari berlutut nya tadi, tapi ia terdiam ketika melihat sekitar. Kamar itu benar benar seperti kamar yang imut dan manis, cocok untuk gadis umur 8 tahun.

Kim memegang dada nya menahan rasa gemas nya.

"Apa yang kau lihat?" Neko menatap tajam membuat Kim terkaku dan melanjutkan bicaranya tadi.

"Ehem.... Aku ingin memberitahu sesuatu" Dia mendekat dan berbisik.

"Apa? Aku tak suka di bisiki, katakan saja dengan jelas" Neko menatap.

"Ha.... (Benar benar tidak menyenangkan) Soal bagian yang ada di asrama. Anda meminta ku untuk ke sana mengawasi apa yang dilakukan Zuo agar Zuo tidak melanjutkan investigasi buku itu sendirian. Tapi sepertinya anda salah meminta nya bekerja sama dengan anda, karena dia tadi ingin mencari tahu bukunya sendiri dan sudah menemukan tempat nya. Tapi entah kenapa, ketika aku kembali lagi ke sana untuk melihat sampai mana Zuo menemukan tempat nya, dia sepertinya malah ada di luar tak sadarkan diri dengan bagian rahasia itu yang terbuka" Kata Kim.

"Jadi maksud mu, ada orang yang ingin mengambil buku itu kecuali Zuo yang hanya aku beritahu tempat nya?" Neko menatap.

"Ya, tapi aku sama sama melihat bahwa itu adalah.... Direktur Cheong" Kata Kim lagi. Seketika Neko membuka matanya lebar lebar mengetahui itu Cheong. "Sialan.." Ia mengepal tangan kesal dan segera mengambil jasnya.

"Nona Akai, anda akan kemana!?" Kim menahan lengan Neko.

"Aku akan menyusulnya!"

"Di sana terlalu berbahaya, ingat apa yang terkait dari Cheong. Dia punya banyak bawahan yang lebih berbahaya dari dia sendiri, sangat banyak, biarkan aku saja yang ke sana" Kim menatap.

"Aku tak bisa mengandalkan mu, hanya cukup tunggu aku di sini.... Berikan senjata ku" Neko mengulur tangan.

Kim terdiam, ia lalu mengambil sesuatu dari sakunya. Itu benda panjang seperti pisau yang mungkin panjang nya sekitar 20 cm yang masih terbungkus kain.

Kim membuka kain itu dan seketika itu adalah belati panjang yang sangat tajam berwarna hitam.

"Usapkan darah mu di sini, kau akan bisa melicinkan pisau nya" Kata Kim.

Neko tersenyum kecil dan mengambilnya. "Aku selalu memegang belati kecil, kenapa kau memberiku belati segini?"

". . . Ini untuk perlindungan anda, aku tahu anda suka belati dari dulu dan sekarang tolong hati hati menggunakan nya"

"Haha, kenapa? Apa kau takut aku merusak ini?" Neko menatap.

"Kau akan terluka, bukan belati yang akan aku khawatirkan, tapi anda akan terluka" Kata Kim, tatapan nya benar benar khawatir.

Tapi Neko malah melempar tatapan tajam, dia menghela napas panjang. "Aku sudah di latih Cheong sendiri mengggunakan senjata berbahaya" Gumam nya lalu berbalik menatap jendela kamar nya itu.

"Jangan beritahu ini pada siapapun" Kata Neko yang langsung melompat turun dari jendela. Kim hanya terdiam menatapnya pergi.

"(Dia.... Padahal dia punya luka dalam setelah kecelakaan itu, apakah dia benar benar bisa menahan luka sesakit itu... Dari awal bertemu dia, dia keberatan jika harus mengandalkan asisten nya sendiri, dan lebih memilih melakukan nya sendiri....)"

Malam itu Neko masuk ke asrama secara diam diam dan masuk keruang kepala sekolah.

"(Sialan... Aku terpaksa harus melakukan ini)" Ia masih kesal dari tadi.

Ketika sudah sampai di dalam kantor kepala sekolah, dia melihat pintu yang tadi di temukan oleh Zuo.

Ia lalu perlahan berjalan ke sana, membukanya sedikit lagi dan berjalan masuk ke sana.

Ruangan nya gelap, sangat gelap sehingga dia juga tak terlihat, hanya matanya yang terlihat merah. Ia melepas kontak lensa nya tadi rupanya.

"(Dimana pria tidak becus itu)" Ia melihat sekitar mencari Zuo. Tak lama kemudian, Dia melihat Zuo di sekap pingsan di sudut.

Dia terikat dan pingsan di sana dengan posisi duduk.

Neko berjalan mendekat dan berlutut menatap nya. Ia melirik tajam dan seketika...

Smack!!

Dia manampar pria tersebut yang akhirnya bangun. "Ack!! Sakit" Ia menatap dengan pipinya berdenyut merah dan terdiam ketika melihat Neko agak dekat dengan nya.

Neko membantunya membebaskannya dengan melepas tali tangan Zuo. Lalu Zuo membuka mata lebar lebar nya. "Neko.." Ia tak percaya karena Neko agak dekat dengan nya, itu karena Neko berlutut untuk meraihnya.

"Hei.... Kau akhirnya ingin mencium ku" Zuo memegang kedua pipi Neko.

Tapi Neko melempar tatapan tajam dan mendorong wajahnya membuat nya terkejut.

Neko berdiri dan menjauh darinya sambil melihat sekitar. "Katakan padaku, apa yang terjadi?" Neko menatap serius.

"Apa? Memang nya apa yang terjadi?" Zuo menatap bingung, sepertinya ia dalam keadaan nge blank. Ia melihat sekitar dan membuat Neko menunggu.

"Ah itu... Hah, aku harus mencegah nya!!" Zuo malah menjadi panik.

-

"Kerja yang bagus Tuan Zuo, mencoba membantu gadis itu ya, tapi Kau justru membantuku" Kata Cheong saat menodongkan pistol padanya, rupanya itu Cheong.

Dia lah yang saat itu melumpuhkan Zuo.

-

Mendengar itu Neko langsung mengepal tangan. "Sialan kau!! Kau tidak sabaran sekali!" Ia berteriak pada Zuo yang terkaku mendengar auman itu.

"Aku harus nya bilang untuk menunggu saja, tapi aku punya maksud lain kenapa aku tidak bilang? Itu karena aku berpikir bahwa kau sudah tahu dan mengerti. Kau berniat membantu ku tapi kenapa kau malah bertindak sendirian!! Dasar tidak berguna!!" Dia kembali berteriak.

"Aku melakukan nya karena memastikan, aku tidak bermaksud memakan semuanya sendiri, aku juga pastinya akan menunggu mu, hanya saja aku tak sadar bahwa ada Cheong" Zuo menatap.

"Cih, ini sudah cukup" Neko menyela, ia lalu berjalan ke titik pintu bawah tanah itu dan membuka pintu bawah tanah itu. "[Cheong...]" Ia mengepal erat tangannya.

"Tunggu Neko, Kau tidak bisa masuk disana, itu terlalu gelap" Zuo mencegahnya dengan menahan tanganya.

"Diam lah dan tunggu Aku, biarkan Aku yang mengurus ini, Aku bisa melihat dalam gelap" Neko melepas tangannya dan langsung masuk keruang bawah tanah. Zuo menatapnya dan menjadi terdiam.

"[Dia benar benar sudah kelewatan, Aku akan mencabiknya hari ini]" Neko berjalan menuruni tangga mengerikan dan gelap.

Dia terus menuruni tangga itu sambil berpikir sesuatu. "(Entah siapa yang beragumen bahwa buku itu ada di bawah sini, yang pasti, aku mengetahui jelas itu dari Chairwoman, tapi aku masih bertanya tanya dari mana dia tahu bahwa buku nya ada di sini, mungkin aku bisa bertanya lain kali dan sekarang, jangan sampai ada satu pun yang membaca kalimat di sana. Ini benar benar merepotkan)"

Saat ada di tangga terakhir, Ia melihat ada cahaya api di sebuah ruangan.

Itu seperti penjara bawah tanah namun yang terbentuk hanyalah lorong gelap bawah tanah, sebelum menuruni tangga terkahir, Neko merapatkan dirinya di tembok karena jika dia turun satu langkah terkahir, bisa jadi ada orang di balik itu.

Ia mencoba mengintip perlahan dan mendengar ada beberapa orang berbicara. "(Rupanya benar ada beberapa orang, jika bukan Cheong maka bawahan Cheong sendiri. Dia benar benar tak mau turun tangan untuk repot repot akan hal ini)" Pikir Neko dengan serius.

"Aku menemukan buku-buku apa?"

"Sepertinya tidak bisa dibuka"

"Ini seperti peninggalan lebih baik kita bawa pergi" Kata mereka yang ada di dalam.

"[Siapa mereka...Dari logat mereka sudah jelas suruhan Cheong]" Karena fokus mendengarkan, Neko tak tahu ada orang yang secepat kilat mencekiknya di dinding.

"Hei, ada penyusup!" Orang itu memberitahu mereka. Neko yang tercekik tak bisa lemah begitu saja, Dia menendang orang itu dan memukul dagunya melumpuhkan nya. Neko melihat orang orang tadi berbaju tentara.

"Hei.... Itu hanyalah gadis..." Salah satu dari mereka menatap.

"Gadis? Dia gadis? Apa salah satu mahasiswi?" Mereka saling berdiskusi sementara Neko hanya menatap serius.

"Kita harus membunuhnya, meskipun dia hanya seorang mahasiswi, tapi ini harus dilakukan, dia sudah tahu tempat ini" Salah satu dari mereka menodongkan pisau pada Neko yang masih berdiri.

Lalu satu orang menahan kedua tangan Neko ke belakang.

"Akhh, sialan!! Lepaskan aku!! Aku bukan mahasiswi di sini!! Aku pemilik buku itu!!" Neko berteriak.

Hal itu membuat semua terdiam ketika mendengar perkataan nya tadi.

"Pojok dia" Kata salah satu, lalu salah satu dari mereka itu mendorong leher Neko dan memojok nya di tembok lagi dengan mengangkat lehernya itu membuat Neko tercekik.

"Hei gadis, jangan berangan...." Mereka menatap. Lalu tangan mereka menarik baju Neko dan akan menyobek nya.

Tapi Neko mengambil sesuatu dari ikat pinggang nya dan seketika mengayunkan belati hitam yang ia bawa.

Seketika orang yang mencekiknya ke atas itu terdiam dan terlihat dari belakang nya, kepalanya terbelah menjadi dua, seketika tangan nya melepasnya dan Neko mendarat.

Ia menatap belatinya sendiri dan mengingat kalimat Kim soal melumuri darah ke belati itu untuk mengasah ketajaman nya.

"Yeah, ini sudah kena darah" Tatap Neko.

Semua orang itu menjadi waspada dan menodongkan pistol mereka masing masing.

"Huh? Kalian beraninya senjata jarak jauh, bukankah kalian menganggap ku gadis? Maju saja padaku" Tatap Neko dengan tatapan tajam.

"Cih, kau gadis, meremehkan ku" Salah satu dari mereka melempar pistol nya dan langsung berjalan mendekat dengan cepat akan memukul Neko.

Tapi Neko menghindari nya dengan berlutut dan langsung menendang pria itu, tak di sangka sangka, kekuatan tendangan nya yang bahkan kakinya kecil itu bisa melempar orang itu.

"Aku akan membunuh kalian semua!!!" Teriak Neko.