webnovel

Chapter 239 (Display Cat)

Sesampainya di pusat perbelanjaan, di sana mereka masuk ke bagian perlengkapan bayi. Di sisi karyawan wanita, dia menoleh pada pembeli yang akan datang dan rupanya itu Felix dengan tubuh besarnya. "Selamat datang Tuan" Tatap Wanita itu menyambut nya. "Selamat datang di kedai kami, apa ada barang yang ingin di beli, atau Saya bisa bantu carikan" Tatapnya.

Felix terdiam lalu mengatakan sesuatu. "Jangan anggap seolah hanya aku yang datang..." Tatapnya membuat Wanita itu bingung lalu Felix menunjukan bahwa dia menggandeng tangan yang cantik yakni milik Neko.

"Maafkan aku, jangan pedulikan dia" Neko menatap karyawan itu.

"Ah... Maaf, wah... Apa Anda hamil..." Karyawan itu langsung terpukau. "(Dia perempuan yang cantik....) Boleh aku menyentuh nya sebentar?" Tatap Karyawan itu membuat Neko terdiam, tapi dia dengan seenak nya menyentuh dan mengelus perut Neko.

"Ini sangat lucu dan imut, jarang sekali ada wanita hamil di kota ini.... Angka kelahiran sangatlah rendah... Jadi toko ini selalu sepi.... Wah, Sangat imut sekali.... Aku bisa merasakan dia menendang..."

"Hei.... Kau mau aku adukan manajer mu?" Felix menatap, seketika Wanita tadi terkejut dan langsung berdiri tegap. "Maafkan aku Tuan dan Nona... Mari, aku antarkan kalian ke tempat yang di butuhkan bayi, atau kalian bisa memilih sendiri di sini, aku dengan senang hati akan memberikan kalian barang yang sangat bagus...." Karyawan itu berjalan menuntun, tapi Neko mendadak menatap ke arah rak lain membuat Felix juga berhenti. "Kenapa?"

Neko lalu berjalan sendirian dan mengambil sesuatu. "Ini sangat, unyu..." Dia menunjukan sepasang sepatu bercorak dan bergambar bayi harimau yang begitu imut.

"Hm...." Felix menjadi menatap berpikir. "Itu untuk laki laki..."

"Bayi perempuan juga bisa...!" Neko menatap memohon.

Lalu Karyawan tadi datang mengacau. "Oh, pilihan yang sangat bagus, itu adalah sepatu khusus untuk bayi laki lakik maupun perempuan, alias cocok di pakai keduanya... Desain yang sangat imut membuat daya tarik--

"Baiklah, itu cukup" Felix menyela dengan tampak suram, sepertinya dia tak mau mendengar wanita itu yang berisik. "Langsung bungkus saja..." Tambahnya.

"Ah, baik, akan saya proses...." Karyawan itu kembali pergi.

Lalu Felix menatap Neko yang memilih baju bayi juga perlengkapan lain nya.

"Tempat ini, sangatlah kecil..." Felix menatap sekitar, dia bahkan mengambil satu baju bayi, dan siapa sangka, baju bayi itu tampak begitu kecil jika di tangan nya.

"(Ini semua benar benar sangat cocok untuk bayi.... Semuanya tampak lucu...)" Neko menatap bingung. Lalu ia merasakan Felix memegang bahunya dan mengatakan sesuatu. "Jika ragu, pilih lah semuanya saja... Dengan begitu tak akan ada yang salah...."

"Kau bicara seolah dirimu... (Yang banyak uang....)" Neko hanya meliriknya membuat Felix terdiam bingung. "Kenapa? Bukankah itu memang benar, akan lebih enak jika membeli semuanya.... Dimana wanita tadi, aku akan membeli tempat ini" Felix menatap sekitar.

"Sudahlah, aku lebih suka membeli beberapa, ini baik baik saja jika bayinya tidak cocok nanti..." Kata Neko, dia lalu menunjukan boneka kecil yang berbentuk serigala putih membuat Felix terdiam.

"Serigala itu tampak di buat chibi... Untuk apa itu?"

"Ini hanya hiasan untuk bayi... Bukankah ini begitu mirip dengan mu" Neko menatap, hal itu membuat Felix tersenyum kecil. "Terima kasih... Aku harus heran kau mau berbicara hal itu..." Felix malah bangga hanya karena Neko bisa mengobrol dengan nya melalui persamaan boneka.

Neko hanya membalas senyuman kecil dan memberikan nya pada Felix. "Aku belajar banyak, kau harus tahu itu..."

"Yah, aku tahu sekali..." Felix memegang bahunya dan berdekatan, mereka memilih baju dengan sangat dekat.

Karyawan tadi mengintip mereka dan tersenyum senyum sendiri. "(Awh.... Pasangan manis.... Tapi aku lebih suka pada bayi di perutnya.... Aku ingin menyentuh nya lagi....)" Dia tampak terlalu banyak ikut campur.

Kemudian ketika sudah selesai, tampak Neko berjalan perlahan ke parkiran dengan Felix yang baru saja membuka bagasi mobil dan memasukan banyak barang tadi. "Apa kau ingin sesuatu?" Ia bertanya pada Neko sambil menutup bagasi.

"Sesuatu....?" Neko menatap bingung.

"Sesuatu, seperti makanan atau apapun itu? Tidak enak jika bepergian tidak membeli makanan" Kata Felix.

"Aku.... (Eh.... Tiba tiba saja....)" Neko menjadi terpikirkan sesuatu, yakni dia terpikirkan kue apel membuatnya menginginkan nya tapi ia menggeleng. "(Kenapa aku terus menginginkan kue apel....)" Ia tampak kecewa.

Felix yang menatap itu menjadi bingung. "Kenapa? Kau ingin kue apel?" Tatapnya seketika Neko terkejut. "Ba... Bagaimana kau tahu?!"

"Selama kehamilan mu, kau terus saja meminta satu hal itu, bukankah wanita hamil tak hanya menginginkan satu barang saja.... Tapi kau selalu meminta kue apel.... Yang paling tidak aku sukai, kau selalu tidak mau mengatakan nya padaku...." Felix menatap tajam membuat Neko membuang wajah malu. "(Permintaan ini benar benar sangat aneh....)"

--

Malam itu, Felix menatap ke ponsel nya di sofa kamar mereka dengan Neko yang duduk di samping nya sibuk memakan kue apel.

Dia bahkan langsung menghabiskan nya. Itu membuat Felix menoleh. "Bukankah kau sudah puas sekarang hm.... Bagaimana rasanya, kau bahkan tak membaginya dengan ku" Tatapnya seketika Neko terkejut.

"A... Aku... Minta maaf.... Itu juga, karena kau tidak meminta" Neko langsung meminta maaf dengan terkejut membuat Felix menjadi terdiam mendengar itu. Dia mungkin jarang mendengar Neko mengatakan hal itu, tapi itu membuat Felix tersenyum kecil dan menghela napas panjang. "Kau harus meminta maaf dengan baik, aku tidak akan memaafkan mu" Dia mempermainkan Neko membuat Neko malah kesal.

"Cih, terserah saja..." Dia membuang wajah.

Hingga tak lama kemudian, lampu ruangan itu telah mati, waktu tidur bagi mereka berdua di ranjang, tapi Neko mendadak membuka mata dengan posisi terbaring dan Felix yang memeluk nya dalam tidur.

Neko terbangun menatap langit langit. Tentunya ia terbangun karena memikirkan sesuatu. "(Kenapa tiba tiba sekali... Aku ingin kue apel lagi.....)" Ia tampak tak percaya, padahal dia baru saja makan dan menghabiskan kue apel. "(Ini bukan aku kan yang minta.... Bayi ini kan yang minta.... Tapi kenapa kau harus merepotkan ku....)" Neko tampak cemas, ia mencoba melupakan hal itu dan akan tidur, tapi tetap tidak bisa. "(Ke... Kenapa tidak bisa....)" Dia tampak kecewa dan hampir putus asa, hingga ia bangun duduk perlahan. "(Aku harus tidur..... Tapi aku ingin makan....)"

Hingga Felix terbangun, ia membuka mata dengan mengantuk dan menatap Neko yang duduk menatapnya juga. "Kenapa? Ada apa? Kau mimpi buruk?" Felix menatap bingung.

"A.... Aku hanya.... Um...."

"Kenapa, apa bayi nya merepotkan mu lagi" Felix menyangga dagunya sambil memegang perut Neko.

"Se... Sebenarnya, aku ingin kue apel lagi... Ma.. Maksudku... Ba... Bayinya yang ingin!" Neko tampak panik untuk meminta.

Lalu Felix tersenyum kecil dan berdiri. "Baiklah, tunggulah sebentar...."

"Eh apa?! Apa kau tidak heran kenapa aku meminta kue apel lagi? Bukankah kau tahu aku baru saja makan dan menghabiskan nya tadi" Neko menatap.

"Yah, aku memang harus heran, tapi aku suka sikap mu yang meminta.... Aku akan kembali cepat..." Felix berjalan pergi dari sana, dan kalimatnya itu tadi membuat Neko tersenyum kecil dan tampak tersipu malu. "(Tetap saja.... Ini memalukan....)"

Tak lama kemudian, tampak Felix memberikan suapan kue apel pada Neko yang duduk di samping nya. "Ini.... Bukalah mulut mu" Tatapnya.

"Apa?! Aku bisa melakukan nya sendiri" Neko tak mau membuka mulutnya. Dia bahkan langsung mengambil sendok itu dan memakan sendiri membuat Felix menghela napas panjang meskipun terlihat, bahwa Felix tampak mengantuk. Tapi ia teringat sesuatu. "Oh, aku membeli ini juga tadi" Dia menunjukkan sesuatu, yakni setangkai mawar yang berwarna biru untuk Neko yang terkejut melihatnya. Hal itu membuatnya teringat pada bunga yang di berikan Beum dan menyakiti tangan Felix. Bahkan Neko langsung menghindari itu, sepertinya dia trauma.

"Jangan khawatir, mawar yang ini begitu baik, mawar ini berwarna biru dan begitu menawan, jadi rawat dia... Kau akan tahu kenapa aku membelikan mu ini" Kata Felix membuat Neko terdiam menatapnya, tatapan nya kosong, dia masih tidak menerima mawar itu hingga membuat Felix menambah perkataan nya. "Jika kau teringat pada mawar yang di berikan seseorang, lupakan itu, itu adalah mawar yang beda, sementara ini mawar dari ku dan juga untuk bayi itu, mawar biru, warna biru identik dengan lelaki, jadi mungkin mawar itu bisa mengatakan apakah bayi yang ada di perutmu laki laki atau perempuan" Kata Felix membuat Neko menjadi tak mengerti. "Jadi.... Dia laki laki?" Dia mengatakan nya dengan bingung, tapi ia tetap tidak percaya. "(Aku tak percaya, bisa jadi dia perempuan juga.... Jangan asal menebak bayinya...)"

Hari selanjutnya, Neko masih tertidur di ranjang nya sendirian karena Felix sudah pergi bekerja dari tadi. Sebelumnya Felix terbangun dan melihat Neko masih pulas tidur, ia lalu mendekat mencium kening Neko dan berjalan keluar dari ranjang untuk bersiap ke kantornya.

Neko masih bermimpi pulas, tapi kali ini, mimpinya benar benar berbeda dari apapun itu, yakni ia di tempat yang begitu sunyi dan putih tapi anehnya perutnya tidak besar sama seperti ia tidak hamil padahal di dunia nyata ia hamil.

Neko melihat sekitar. "(Mimpi? Mimpi apa ini?)" Pikirnya dengan bingung.

Tapi sesuatu muncul, ia menoleh dan melihat ada satu mawar biru kecil yang ada di samping bawahnya. Ukuran nya tidak besar, seperti mengartikan seorang anak anak kecil. "Mawar biru? Biru?" Dia menjadi teringat pada Felix, tapi tidak mungkin mawar biru itu adalah Felix, karena mawar itu kecil.

Neko terdiam, ia baru merasa sesuatu dengan senyum kecilnya berlutut menatap dekat dan menyentuh mawar biru itu. "Apa jangan jangan.... Kamu adalah bayi kecilnya?" Kata Neko.

Tapi tiba tiba sesuatu terjadi, di mana bunga kecil itu mengeluarkan sesuatu dari lubang kelopaknya, dia rupanya mengeluarkan darah yang sangat terlihat merah. Neko terkejut melihat itu, mawar biru itu kemudian menghilang dari pandangan Neko membuat mimpi buruk yang sangat menekan. Itu sudah jelas bukan pertanda yang baik.

Tiba tiba Neko terbangun begitu saja dari ranjang nya sambil terengah engah karena mimpi buruk tadi. Ia memegang kepalanya. "(Apa yang baru saja terjadi?)"