webnovel

Chapter 213 (Display Cat)

5 hari berlalu, Kim membuka pintu Neko.

"Nona Neko... Apa anda ingin menemui Tuan Felix hari ini?" Tatapnya. Neko terdiam dari ranjangnya, lalu berdiri dan melihat jendela.

"[Aku.... Ingin bertemu dengan nya]" Dia mengepal tangan. Tak disangka sangka dia benar benar merindukan Felix.

Kim mengantar Neko ke gedung pertemuan.

"Disini?" Tatap Neko.

"Jika tidak salah, Tuan Felix seharusnya keluar sekarang" Kata Kim lalu Felix terlihat berjalan keluar dari gedung itu tapi Neko malah melihat lain dengan seseorang yang membawa pisau dari jauh menerkam Felix. Seketika Neko terkejut.

Neko melihat orang itu akan menusuk Felix yang keluar dari gedung.

Ia berlari mendekat dan Felix menoleh padanya.

"(Ada apa... Dia berlari... Memeluk ku... Sekangen itu dia)" Dia berpikir lain. Felix membungkukan sedikit badan dan memeluk Neko yang mendekat dan memeluknya.

"Apa.... Hei... Bukan ini maksudku!!!!"

"Lalu apa?" Tatap Felix tapi tiba tiba wajah Felix terkejut dan hal itu juga membuat Neko terdiam dan mengira Felix sudah tertusuk.

Neko melihat ke belakang, tetesan darah mengalir dan orang itu masih di dekat mereka. Tapi untungnya Felix sudah sigap, pisau itu ia tangkap dengan tangan nya sendiri. Hal itu membuat tangan nya mengalir darah.

"K... Kau .... Sudah tahu?" Tatap Neko.

"Aku sudah lebih dulu tahu"

"Tapi tanganmu?"

"Tangkap dia untukku" Kata Felix dengan tatapan serius.

"(Gawat aku harus pergi)" Orang itu melepas pisaunya dan berlari pergi tapi tiba tiba peluru mengenainya membuatnya jatuh. "Akh"

Dan yang melakukanya adaalah Neko yang masih di bawa Felix. Felix memasang wajah tak percaya melihat itu.

"Tembakan bagus, dari mana dapat pistol?" Tatap Felix.

"Aku mengambil dari sakumu" Balasnya membuat Felix terdiam.

"Turunkan aku... Biar kulihat lukamu" Tatap Neko.

"Tidak perlu, ini hanya luka kecil" Balas Felix sambil berjalan.

"Apa.... Itu menetes... Kau bilang luka kecil, cepat turunkan aku!!!"

"Kalau begitu obati disini" Felix menunjukkan tanganya. Neko terdiam memegang lengan Felix.

"Jilat untukku" Tambah Felix.

Lalu Neko melakukan permintaanya meskipun sebentar merasa kurang nyaman.

"Baiklah, itu cukup" Felix menarik tangan nya membuat Neko menatap dengan lidah masih menjulur.

"Jilatan mu lambat...." Tatap Felix dengan senyum kecil. Tapi Neko terkejut ketika melihat leher Felix, dia langsung mengangah, karena melihat tato kalajengking yang berbentuk ukuran tribal hitam.

"I... Ini..." Dia menyentuh leher Felix pelan.

Lalu Felix tersenyum kecil. "Bagaimana? Kau suka?"

"Kau sudah bertanya hal itu di ponsel...." Neko menatap tajam. Tapi ia terdiam ketika melihat di bagian mata kalajengking itu ada dua bekas gigitan taring milik Neko membuat Neko terdiam kaku. "Apa kau sengaja melakukan itu?"

"Kenapa? Hanya memastikan bahwa kau selalu menggigit di tempat yang sama..." Tatap Felix.

Tapi Neko menjadi membuang wajah tak peduli. Felix tidak terpengaruh dengan sikap tak menentu Neko, tapi dia mendekat dan mencium bibir Neko dengan masih menggendong Neko. Ciuman itu membuat Neko terkejut dan dari jauh, tepatnya di bagian mobil, Kim berdiri di luar mobil melihat mereka. Wajahnya penuh kekecewaan. "(Mungkin, aku memang harus mencari wanita lain... Aku harus mencari wanita atau nanti aku di kira Gay)"

Malamnya, Felix berjalan di lorong kamar dan berjalan masuk membuka pintu kamar Neko.

Tampak di sana, ruangan nya sudah gelap dan Neko tertidur miring membelakangi nya.

Dia menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 7 malam. "(Kenapa tidur awal? Biasanya tidak)" Ia terdiam.

Tapi rupanya, Neko tidak tertidur, Neko membuka mata mencoba pura pura tidur. "(Kuharap dia menyelesaikan pekerjaan nya supaya tidak kemari... Tapi kenapa dia tidak terasa mendekat.... Aku tahu dia ada di depan pintu....)" Neko tampak waspada. Tapi ia mendengar suara Felix berjalan mendekat.

Yang Felix lakukan adalah melepas mantel nya dan kemejanya membuat nya telanjang dada hanya memakai celana panjang nya, lalu duduk di samping ranjang membuat Neko merasakan itu. "(Apa dia akan tidur?)" Jantung nya berdebar kencang.

Lalu ia merasakan Felix terbaring menyelimuti Neko dan dirinya sendiri, dia memeluk pinggang Neko dan ikut terbaring miring membuat Neko terdiam bingung.

"(Huh.... Rupanya dia tidur di sini.... Tapi yang membuat ku bingung adalah, dia tidak ingin bercinta?)" Neko masih bingung dengan mata terbuka dan wajah tak nyaman.

Lalu dia mencoba diam dan tenang, merasakan tangan besar Felix memegang pinggang nya dan perutnya.

"(Mungkin, dia juga lelah.... Akan pekerjaan nya....)" Pikirnya.

-

Esoknya Neko terbangun, dia bangun duduk dan terdiam. "(Kenapa tidurku nyenyak sekali...?)" Ia bertanya tanya dan seketika ia sekilas mengingat selamanya Felix tidur di dekatnya dengan pelukan hangat.

Hal itu membuat nya terkejut dan menggeleng cepat. "(Sial... Aku hanya harus menjalani hidup ku seperti biasanya....)" Ia keluar dari ranjang dan saat itu memang posisinya tak ada Felix.

Hingga pada siang hari, Felix kembali ke apartemen di mana Neko duduk di sofa memasang wajah kosong di sana.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Kata Felix sambil melepas mantelnya dan meletakan nya di kursi.

"Aku tidak memikirkan apapun" Balas Neko tapi Felix terdiam melihatnya dan mendekat padanya.

"Kenapa... Kenapa kau mendekat?!" Neko menjadi berjaga jaga.

"Kau terlalu banyak pikiran" Felix menatap lalu duduk di bawah depan nya.

"Tidak bisa... Kau tidak bisa dekat denganku" Neko akan berdiri tapi Felix menarik lengan nya. Alhasil Neko jatuh dan duduk di pangkuan Felix yang duduk di lantai.

"Kau tidak perlu menghindari ku lagi seperti ini, cukup duduk dan katakan semua yang kau pikirkan padaku" Bisik Felix di telinga Neko lalu dia mencium pipi Neko yang terdiam.

"Aku sangat memikirkanmu... Aku seperti ingin membawamu ke setiap aku pergi, tapi sayangnya terlalu berbahaya di luar sana" Kata Felix yang terus memeluk Neko.

"(Uhk.... Ini menjengkelkan)"

"Sekarang katakan padaku.. Apa yang kau pikirkan?" Tatap Felix. Lalu Neko terdiam sebentar.

Neko memegang tato kalajengking di leher Felix sambil mengatakan sesuatu. "... Apa kau... " Dia berhenti

"Apa kau benar benar ingin aku ada disini?" Tambahnya.

"Tidak masalah jika kau ada disini, jika kau merasa aman kau bisa tetap disini. Aku akan lebih senang jika kau tidak pergi"

". . . Aku... Aku tidak tahu" Neko membuang wajah dengan malu.

"Kau tersipu... Apa karena dekat denganku, kau ingin aku belikan sesuatu seperti anting gantung lagi yang sesuai warna mataku?" Tawar Felix.

"Kenapa kau terus membuatku menyukai warna biru?"

"Apakah kau benar benar keberatan di sini.. Kau milikku, apa kau mencoba mengatakan kalau kau suka hijau sama seperti mata lelaki itu. Di sudah memperlakukanmu seperti ini dan kau masih menyukai warna yang menggambarkan seperti dia" Kata Felix dengan tatapan serius. Lalu Neko terdiam menatap ke bawah dengan kecewa.

"Jangan khawatir, katakan apa yang kau mau, aku akan melakukanya, yang pasti... jangan permintaan yang membuatku melempar mu keranjang lagi" Bisiknya membuat Neko terkejut.

"Aku.... Aku tidak ingin apapun"

"Ouh benarkah" Felix mengangkat Neko dan membuatnya duduk di sofa lalu dia melepas dasinya sendiri membuat Neko menengadah menatapnya.

"Aku akan membuatmu mengatakan apa yang kau inginkan" Kata Felix, ia menutup mata Neko dengan dasinya. Neko terdiam tak merespon apapun dengan mata yang tertutup.

Tapi tiba tiba Neko terkejut karena Felix menekan dadanya dengan tangan kirinya. "Ah.... Apa yang kau lakukan... Sialan" Neko mencoba menahan tangan Felix dengan gemetar.

"Katakan padaku apa yang kau inginkan?" Felix menatap sambil mencium leher Neko.

"Aku hanya ingin .... Pergi" Kata Neko. Lalu Felix terdiam dengan wajah seriusnya.

"Baiklah sepertinya kau butuh pengajaran lagi" Dia menggendong Neko yang terkejut lalu mereka ke ranjang.

"Apa yang kau lakukan!?" Neko yang masih tertutup matanya hanya bisa berteriak panik dan waspada.

"Kau tidak akan mencoba kabur untuk ini" Bisik Felix yang menggigit telinga Neko membuat Neko terkejut dan langsung terangsang.

"Tubuh yang begitu sempurna seperti ini.... Kira kira siapa yang akan menolak huh.... Kau membuka tubuh mu pada setiap pria yang mengenal mu, mengancam mu bahkan menjadikan mu sebagai pajangan yang istimewa... Tapi tidak satupun dari mereka yang kau tunjukan apa yang ada di dalam pahamu" Kata Felix, tangan nya memegang paha Neko membuat Neko terkedut menggigit bibirnya.

"(Sialan.... Jangan lakukan itu.....) Tidak.... Jangan!" Neko berteriak.

Membuat Felix terdiam.

"Jangan tutup mataku... Jangan tutup mataku" Kata Neko dengan gemetar membuat Felix masih terdiam bingung.

"Apa kau ketakutan? Kau takut mata mu tertutup?"

"A... Aku sudah cukup di hadapi kegelapan..." Kata Neko. Hal itu membuat sesuatu terlintas di pikiran Neko soal sesuatu yang membuat mata Neko tertutup saat suatu masalah terjadi, seperti Beum yang menculiknya hingga menyiksa Neko.

Hal itu membuat wajah Felix kesal dan langsung melepas ikatan dasi itu dari mata Neko membuat Neko berwajah agak panik dan berkeringat dingin.

"Kau... Tidak berpura pura?" Felix menatap serius, dia pikir Neko berpura pura soal ketakutan nya.

"Kau pikir ini terlihat seperti pura pura!" Neko berteriak, tapi siapa sangka, matanya berair dan meneteskan air mata membuat Felix berwajah agak terkejut.

Neko memasang ekspresi marah dengan air mata berair dan tetesan yang terus mengalir.

Felix terdiam, dia lalu mengusap air mata itu dari bawah mata Neko dengan ibu jarinya.

"Bukankah kau gadis yang berani, kenapa harus menangis? Meskipun itu terlihat tidak masalah" Tatap nya.

Tapi Neko hanya diam, dia perlahan menutup mata dengan tetesan terakhir. Felix menatapnya dan suasana menjadi sunyi, dia lalu menghela napas panjang.

"(Aku tak tahu apakah dia pingsan atau malah tertidur....)" Ia lalu membawa Neko dengan menggendong nya di dada lalu meletakan nya di ranjang.

Dia menatap wajah Neko yang tertidur. Lalu memegang pipi Neko. "Kau tahu, mungkin ini adalah jalan satu satunya jika kau harus berpikir lari dari sebuah kenyataan, keluar dari jalan buruk dan tidurlah dengan tenang di sini...."