webnovel

Chapter 211 (Display Cat)

Hingga hari berikutnya. Neko bangun dari ranjang dengan wajah tidak nyaman.

"(Apa yang terjadi, kenapa aku tidak bisa tidur nyenyak....)" Ia memegang kepalanya. Lalu teringat Felix.

"(Tidak mungkin aku memikirkan nya....)" Dia menggelenh cepat.

Sepertinya dia memang selalu tidur nyaman jika ada Felix di samping nyat, tapi tidak mungkin bukan jika Felix bisa membuat nya kepikiran seperti itu.

Sementara itu Felix berjalan di kota yang ramai dan dingin karena sebentar lagi musim dingin. Dia terhenti karena melihat sebuah toko baju yang unik, dari kaca toko ia bisa melihat sebuah pakaian pelayan wanita hitam putih yang imut. Ia terdiam sambil berpikir memegang dagu.

"(Apa aku bisa membuat Neko menjadi Amai?)"

-

"Hoam... " Neko terlihat menguap di sofa sambil membaca buku, perlahan matanya menjadi kecil karena mengantuk.

"Ini... Karena terlalu bosan, aku terus saja menguap, kenapa aku mengantuk" Ia berdiri dan akan berjalan ke ranjang.

Tapi Felix membuka pintu secara tiba tiba membuatnya menoleh cepat.

"(Kenapa dia pulang cepat?!!)" Neko menjadi bingung. Karena sebelumnya Felix bilang akan pergi esok hari, tapi dia benar benar tepat waktu.

"Bagaimana keadaan mu selama tidak ada aku selama satu hari dan satu malam?" Felix menatap dengan senyuman kecil membuat Neko hanya diam tak peduli.

"Aku membawakan mu sesuatu" Dia menunjukan kotak pakaian yang ia bawa, lalu mengulurkan nya pada Neko.

Neko terdiam lalu mengambil dan membuka kotak itu setelah menerimanya. Ia menjadi terkejut karena itu adalah baju yang di lihat Felix tadi.

"Apa yang kau lakukan?!" Dia kesal.

"Pakailah itu di badanmu, itu pasti akan cocok, aku sudah tahu ukuran tubuhmu" Kata Felix.

"Apa?! Kenapa aku harus!?" Neko tampak kesal.

"Karena kau menarik.... dan pakai ini di telingamu" Felix menunjukan anting drop kristal biru manis padanya.

"(Kau.... Kurang ajar)" Neko menatap kesal.

--

"Sudah kuduga, kau terlihat seperti yang kuinginkan" Kata Felix yang duduk di sofa sambil menatap Neko yang berdiri di depannya. Neko terlihat sangat imut dan manis menggunakan pakaian dan anting tadi.

"Kedepannya kau bisa melepas bajumu tapi tidak dengan anting itu"

"Aku lebih suka warna hijau" Neko langsung mengatakan hal itu.

"Kenapa? Aku memilihkan warna biru kristal untuk anting itu seperti mataku, apa kau menginginkan hijau karena mata seseorang?"

Seketika Neko berwajah terkejut. "A... Apa maksudmu?"

". . . Hanya bicara soal apa yang kau pikirkan mengenai warna" Tatap Felix dengan tatapan mempermainkan.

Neko menjadk harus waspada. "(Sialan.... Aku sedang tak mau mengingat Matthew, tapi warna mata Matthew memang aku menyukai nya... Memang nya aku bisa di paksa suka pada warna lain....) Cih terserah" Neko membuang muka dengan sedikit memerah.

"Bukankah kau harus melayani ku dengan pakaian itu?" Felix menatap. Seketika Neko terkejut menoleh padanya dengan wajah kesal. "Kau! Kau punya pelayan sendiri...!"

"Tapi aku sedang ingin di layani oleh mu...."

"Cih, tak mau" Neko membuang wajahnya lagi.

"Ku dengar, kau ingin keluar dari sini" Kata Felix seketika Neko terdiam dan menoleh padanya membuat Felix kembali tersenyum kecil.

"Baiklah.... Apa yang harus aku lakukan?" Neko menatap. Lalu Felix duduk di samping ranjang.

"Lepas bajuku" Kata Felix seketika Neko terkaku dengan wajah agak merah dan kepalan tangan yang gemetar.

"Kau.. Kenapa kau meminta sialan sekali....?!" Dia tampak marah.

"Kau mau meminta sesuatu?" Felix menatap seperti memprovokasi nya.

"(Cih.... Tetap tenang, ini hanya melepas baju.....)" Neko mencoba bernapas tenang lalu berjalan mendekat dan memegang dasi Felix, dia melepasnya perlahan dan membuka setiap kancing di kemeja Felix.

Tapi ketika baru tiga kancing ia buka, tangan Felix memegang tangan nya.

"Aku mulai berpikir sesuatu" Tatap nya dengan serius membuat Neko juga terdiam dengan masih gemetar.

"Apa kau pernah mengatakan sesuatu soal apa yang ada di tubuhku?" Tatap Felix.

"A... Apa maksudmu??"

"Seperti sesuatu yang terlalu mencolok di tubuh ku" Felix terus menatap dekat membuat Neko tak tahu harus menjawab apa.

Lalu ia terlintas ide dan kembali menatap Felix. "(Sepertinya aku memang harus melakukan topik dengan nya...) Ngomong ngomong kau memiliki tato yang unik di punggungmu" Kata Neko membuat Felix terdiam dan berhenti memasang wajah memprovokasi Neko.

"(Itu berhasil.... Dia terpancing....) Aku bahkan selalu mengingatnya setiap malam. Jika kau lihat gambar itu adalah gambar harimau yang bertarung dengan serigala, apa nama tato itu untuk seniman?" Tambah Neko, ia menatap dengan mata yang agak menggoda Felix.

"Kau suka itu, aku bisa membuat satu lagi untukmu di bahuku" Felix menatap sambil membuat Neko duduk di kaki kirinya.

"(Sial... Aku cukup malu mengobrol dengan topik ini, tapi mau bagaimana lagi.... Yng aku hadapi sekarang adalah hewan buas yang lebih besar dari pada apapun....) A.. Aku ingin disini" Neko menunjuk leher Felix dengan jari telunjuk nya.

"Leher?" Tatap Felix lalu Neko tersenyum kecil.

Lalu Felix berpikir serius.

"Kenapa? Ragu letak nya? Biar aku yang tentukan" Neko membuka bibirnya dan menggigit Leher Felix sangat dalam membuat bekas gigitan dua taring itu terbesar dan berdarah.

Neko lalu menatapnya lagi.

Tapi kemudian Felix mengangkat Neko membuat Neko terkejut, tapi siapa sangka, dia meletakan Neko di ranjang membuat Neko terdiam bingung.

Ia melihat Felix kembali menganjingkan kemejanya lalu mengambil mantel nya. "Aku harus pergi" Dia berjalan pergi begitu saja, tapi Neko menjadi tersenyum kecil.

"(Itu berhasil dengan baik....)" Pikirnya, tapi ia melihat dasi Felix di samping nya. Dasi yang berwarna biru tua itu ia ambil dan mencium aroma nya.

"(Ini aroma dia... Bukankah aroma ini begitu hangat...)" Ia menjadi terpikirkan Felix. Tapi ia menggeleng dan seketika membuang dasi itu. "(Sialan.... Hampir saja....)"

Tapi mendadak, Felix kembali membuka pintu membuat Neko terkejut menoleh.

"Ma..... Mau apa?!" Neko waspada.

"Kenapa aku tadi keluar tiba tiba.... Seharusnya aku menikmati baju mu itu" Dia melepas mantel nya dan kemejanya membuat nya telanjang dada dan mendekat ke Neko.

"Tu... Tunggu! Bukankah kau ada pekerjaan?! Pekerjaan?? Akhh!! Jangan!!" Neko berteriak memberontak.

--

Tak lama kemudian, baju yang di pakai Neko tadi di bawah ranjang dan terdengar suara pelan darinya.

"Ahk.... Ah.... Hentikan... Itu sudah cukup...." Neko meremas selimut yang ia tiduri dan posisinya tengkurap. Felix terus mencium punggung nya dan dia masih dengan telanjang dada.

Tangan nya meremas satu dada Neko yang ada di bawah dan satunya memegang perut Neko untuk pinggang yang terengkat.

"Kau sudah cukup membuat tubuh ku basah dengan liur mu" Neko mencoba memberontak dengan lemas dan lelah karena Felix terus melakukan hal itu dari tadi.

"Ini baru permulaan, kenapa harus merasa begitu.... Tubuh mu meleleh setiap kali aku menjilat tubuhmu dan lihat ini...." Felix menatap punggung atas Neko yang rupanya masih ada bekas luka sayatan tulisan itu.

"Bekas ini perlahan akan menghilang dan punggung mu akan cantik..."

"Mustahil... Bekas itu tak akan pernah hilang karena itu adalah kutukan" Balas Neko.

"Kita hanya harus melihat, mulut siapa yang benar...." Felix mendekat dan mencumbu inya lagi. Sepertinya sampai beberapa jam, dia hanya akan melakukan itu tanpa bercinta.

Esoknya Negan mendengar suara pintu terbuka di dalam kantor, ia menoleh dan melihat Felix seperti biasanya tapi ia menjadi terkejut karena ada yang membuat Felix berbeda yaitu sebuah tato berbentuk kalajengking terukir di lehernya.

"Ehem... Apa ada sesuatu yang membuatmu.... " Tatap Negan menunjuk tato itu tapi percayalah, Negan sedang menunjuk bekas gigitan di dekat tato itu.

"Ini bukan hal yang harus di bagikan" Felix membalas dengan rasa putus asa.

Sementara itu, Neko terbangun di ranjang nya. Ia bangun duduk melihat sekitar dan memegang kepalanya.

"[Aku tidak ingat apapun]" Ia terdiam lalu baru sadar bahwa dia sendiri telah telanjang. Ia menjadi terdiam kaku, lalu seseorang mengetuk pintu.

"Nona Neko..." Panggil seseorang itu yang terdengar dari suaranya adalah seseorang yang seperti di kenal Neko.

"(Huh, siapa itu....? Kenapa suaranya bukan Adnan maupun Syung Ha....?)" Ia bingung sebentar.

"Nona Neko, Anda ingin sarapan lebih dulu, Tuan Felix sudah pergi dari tadi" Tambah suara itu dan seketika Neko baru ingat bahwa suara itu adalah suara dari Kim.

"(Kim? Kapan dia kemari?) A. . . Aku akan ke sana" Balas Neko. Saat ia akan turun dari ranjang, tiba tiba selimut yang mengikat tubuhnya, terinjak oleh kakaknya sendiri sehingga ia terjatuh.

"Ah..." Di susul suara keras membuat Kim yang ada di luar menjadi terkejut.

"Nona Neko... Anda baik baik saja?!" Kim langsung membuka pintu dengan panik dan melihat Neko terbaring di lantai dengan selimut yang menutup tubuhnya.

"Nona Neko... Kau baik baik saja?!" Kim mendekat tapi ia baru sadar ketika melihat bahwa Neko tak memakai baju, di lihat dari selipan selimut yang menutupinya.

"(Astaga.... Pertemuan malah jadi begini....) Ehem... Aku... Akan keluar" Dia mundur perlahan lalu keluar menutup pintu.

Neko terbangun duduk dengan bingung. "[Cih... Ada apa dengan nya, dia tak membantuku berdiri..... Hah tunggu, itu benar benar Kim?! Bagaimana dia bisa ada di sini?! Tapi bukankah pria itu bilang bahwa Kim sudah mati.... Sialan.... Jangan jangan dia menipuku.....]" Neko benar benar kesal.

Sementara itu, Kim di luar terdiam, ia mengingat perkataan Felix.

"[Kau bisa menemaninya... Menemaninya saja ingat itu, jika kau sampai melirik tubuhnya sedikit saja, aku akan membuatmu tak bisa bertemu dengan nya lagi, dan jika kau menyentuhnya aku akan membunuhmu]" Begitulah pesan Felix sebelum Kim di lepas untuk menjaga Neko.

"[Haiz...Maafkan aku Nona Neko.... Aku memang dulu ingin sekali Tuan Felix membunuh ku, tapi entah kenapa dia memundurkan waktu membunuh ku dan ketika datang.... Dia malah bilang bahwa Nona Neko memikirkan ku di saat saat dia ingin mencari pengawal....]" Dia menghela napas panjang. Sepertinya Kim memang di takdirkan sebagai pengawal Neko.