webnovel

Chapter 129 (Trusted Guard)

Setelah membawa Neko berjalan, Yohan mengantar nya kembali ke apartemen.

Tapi ketika akan ikut masuk, Yohan berhenti karena Neko juga berhenti, Neko berbalik menatapnya. "Mau apa kau?" Dia menatap datar. Dia seperti tidak mengizinkan Yohan masuk ke apartemen nya.

"E... Em... Masuk?"

"Kau mau apa masuk?"

"E... Untuk bekerja? Aku harus membersihkan tempat mu, tadi belum selesai jadi aku menyelesaikan nya sekarang" Tatap Yohan.

"Ck, bukankah aku sudah bilang bahwa kau sudah selesai membersihkan sebelum kita berangkat tadi? Apa kau lupa?"

"E... Kalau begitu, aku akan menjaga, pengawal mu?"

"Sudah, penjagaan mu sudah berakhir hari ini, kau bisa pulang sekarang" Kata Neko.

"Eh... Tapi ini belum malam"

"Memang nya kenapa jika tidak malam?"

"Karena penjagaan ku berakhir ketika malam, ini belum malam..." Tatap Yohan.

"Sudahlah, pulang saja, aku ingin tidur, aku malas, sebaiknya kembali saja besok" Neko langsung menyela lalu menutup pintu membuat Yohan terdiam di depan pintu.

Dia membuat Yohan seperti anjing kecil yang baru saja di usir dari rumah. "(Hiks... Kenapa dia tega sekali memperlakukan ku begini, aku sudah baik baik menjaga nya, kenapa harus sekarang kau mengusir ku?)" Dia lalu menghela napas panjang lalu berbalik dan berjalan pergi dari pintu itu.

"(Nuna memberiku kesempatan untuk pulang dan pergi dari tugas penjagaan, sepertinya aku bisa langsung laporan ke organisasi Park Choisung)" Pikirnya, lalu dia berjalan pergi dari sana.

Tapi di pikiran nya, terlintas keraguan. "(Aku tidak tahu lagi, apa aku pengawal terpercaya nya... Kenapa ini sungguh sulit, bukankah seharus nya aku tidak ke sana, tidak ke organisasi Park Choisung, tapi... Aku sudah di terima bekerja di sana dan mereka memaksa ku untuk menjadi mata mata karena aku netral dalam mendukung... Tidak seperti sunbae Kim... Tunggu, Sunbae Kim? Kita kira dia dimana dan aku sekarang menjadi penasaran kenapa dia bisa menjadi asisten yang begitu sangat setia pada Nuna? Ha... Sudahlah...)" Dua menggeleng pelan mencoba melupakan beban pikiran itu lalu kembali berjalan akan ke tempat Park Choisung.

Dia memutuskan untuk pergi ke gedung milik Park Choisung dan ketika sesampainya di gedung, dengan lorong yang begitu gelap, tentunya dia berhenti di sana dan berdiri menunggu hingga ada langkah kaki mendekat.

"(Suara ini.... Kenapa suara langkah kaki nya berbeda dengan langkah kaki wanita kemarin? Ini lebih tepatnya langkah kaki seorang pria)" Ia terdiam bingung, hingga suara muncul tepat ketika langkah kaki itu berhenti.

"Yohan kan?" Suara nya pria dengan suara berat.

"(Ah benar, dia pria... Dugaan ku benar bahwa dia pria) Iya... Aku yohan"

"Baiklah, aku di sini sebagai bawahan dari Bos ku, apa yang ingin kamu laporkan?" Tanya suara itu membuat Yohan terdiam sebentar lalu dia menelan ludah dan mengatakan sesuatu.

"Sebenarnya aku sudah bersama dengan Nona Neko, dia sudah di putuskan sebagai gadis yang di cari oleh Tuan Park Choisung dan aku harus apa dengan nya? Apa aku harus bersama nya sampai dia tahu siapa aku?"

". . . Laporan mu kurang akurat, bisa jadi gadis itu bukan di cari oleh bos ku, memang nya kau benar bertemu dengan nya?"

"Apa?! Tapi, rekan mu kemarin mengatakan bahwa aku sudah menemukan nya dan temuan ku sudah jelas benar, kenapa sekarang aku malah diragukan" Yohan menatap tak percaya dan dia hampir memberontak.

"Hei, itu sudah cukup memberontak nya, kalau begitu tunjukan saja padaku dimana gadis itu sekarang dan jika sesuai, aku akan melaporkan pada Bos" Kata pria itu.

". . .Baiklah, apa yang ingin kau mau supaya aku bisa menjadikan bukti?"

"Bagaimana dengan foto tubuh, kau memiliki nya?"

". . . Bagaimana jika kau ikut aku saja menemui nya? Atau lihat langsung agar kau percaya" Yohan menatap.

"Hm... Bagaimana yah, aku akan terlihat wajahku nanti"

"Apa itu masalah?" Yohan menatap serius.

"Baiklah, ayo" Pria itu melangkah mendekat hingga ia hampir memunculkan wajahnya, tapi ia berhenti sebelum wajahnya benar benar terlihat membuat Yohan menjadi terdiam.

"Maaf, aku tak bisa... Sebaiknya aku percaya saja padamu bahwa kau menemukan gadis yang di cari, lakukan saja tugas mu" Kata Pria itu, sepertinya dia tak jadi ikut Yohan karena resiko dari wajahnya.

"Tunggu, sebelumnya, Bisa aku tahu, apa aku bisa bertemu dengan atasan mu?"

"Kau tak punya kepentingan, hanya perlu jalani tugas ku dulu"

"Tapi, aku harus tahu, apa hubungan mereka berdua sehingga atasan ku tertarik mengawasi gadis yang sedang aku kawal" Yohan menatap.

". . . Hanya sebuah masa lalu, aku harap itu bisa membantu menjawab" Kata suara itu.

"Lalu, apa aku bisa membicarakan hal ini pada gadis itu?"

"Tentu saja tidak kau bodoh! Jika kau sampai membocorkan identitas mu sebagai mata mata milik Tuan Park, kau tak hanya akan di bunuh olehnya, kau juga akan di siksa oleh Tuan Park sendiri. Jadi, jangan buat masalah" Suara itu mengatakan dengan nada yang begitu tegas.

Yohan kembali terdiam, dia lalu menelan ludah dan mengangguk. "Ketika aku sudah selesai, apa aku bisa bertemu dengan Tuan Park itu?"

"Aku akan bilang padanya jika kau memang sangat ingin bicara padanya" Balas suara itu. Lalu dia terdengar berbalik dan berjalan pergi dari tempat itu.

"(Aku tidak bisa berpikir jernih, sebenarnya apa yang aku laporkan di sini, sebenarnya aku bekerja pada siapa, aku benar benar tak mengerti.... Aku menjadi mata mata dari Tuan Park tapi aku akan menghianati Nuna Neko... Bicara soal ini, apa aku pengawal terpercaya nya?)"

--

Sementara itu, tepat nya di sisi lain, ada seseorang jatuh dengan darah keluar dari kepala nya, ia langsung meninggal di tempat dan jika di pandang ke atas, ada pisau di pegang orang dan orang itu adalah Kim.

Kim mengusap keringat nya dan melempar pisau itu. "Sangat susah menemukan informasi dalam persoalan yang minim" Ia berbalik dan berjalan pergi, lalu berhenti di pojokan gang, menyalakan rokoknya, sambil menghembuskan asap dari mulut nya, dia mengusap pipi nya sendiri, pipi bekas luka goresan. Dia terdiam dan kembali menghela napas panjang.

"(Aku sudah lama tidak mendengar kabar dari Nona Neko... Apa dia baik baik saja... Aku yakin dia baik baik saja karena yang menjaga bya adalah Yohan... Tapi, kenapa aku tak pernah bertanya tanya bagaimana bisa gadis itu di jaga oleh orang asing seperti Yohan kecuali, dia dapat di percaya. Selagi aku memusnahkan informasi perlindungan agar organisasi viktor dan yang lain nya tidaj mengincar Nona Neko lagi, aku benar benar khawatir...)" Kim tampak banyak pikiran

Lalu ia memutuskan untuk menghubungi Yohan. Kebetulan Yohan ada di bar Hozer. Dia duduk melamun dan ponselnya berbunyi membuat nya tersadar dan mengambil ponsel nya dari saku. "Sunbae Kim?"

"Yohan" Panggil Kim.

"Ya, Sunbae, apa ada masalah?"

"Bagaimana kondisi nya Nona Neko? Apa dia baik baik saja?"

"Ah, ya, dia... Baik baik saja, jangan khawatir.... Aku bisa menjaga nya dengan baik"

". . . Kau yakin? Kau tidak membuat nya apa begitu? Lalu sekarang kau ada dimana? Apa kau bersama nya?"

". . . Sebenarnya, aku tidak bersama nya sekarang" Kata Yohan dengan nada kecewa, tapi mendadak, panggilan berakhir membuat nya terkejut.

"(Hah!? Dia langsung mematikan nya... Apa yang terjadi! Apa aku membuat nya marah...)" Ia panik hingga tiba tiba ada yang memegang pundak nya dengan sangat keras, yakni Kim.

Hal itu membuat nya terkejut menoleh. "S.. S.. S.. Sunbae.... Kim!!!" Ia langsung gemetar karena Kim memancarkan aura yang sangat marah.

"Berani sekali kau, keluar dari tugas penjagaan, apa kau lupa tugas mu akan berakhir di malam hari, bukan siang bolong begini!" Dia menatap kesal.

"M.. Maafkan aku, sebenarnya, dia yang mengusir ku dan tidak memperbolehkan aku masuk, dia bilang dia ingin tidur jadi... Dia membuat ku harus pergi entah kemana hingga ke bar ini" Yohan menatap, dia tampak polos membuat Kim menghela napas mendengar nya tadi.

"Ck... Baiklah, terserah" Kim duduk di samping nya, lalu Gramp kebetulan mendekat. "Wah Yohan, kau membawa teman?" Tatapnya.

"Gramp, tolong satu gelas lagi untuk sunbae Kim" Kata Yohan, lalu Gramp mengangguk dan berjalan pergi mengambilkan pesanan.

"Ada apa sunbae? Kenapa seperti banyak beban begitu?" Yohan menatap.

"Entahlah, aku sangat susah melindungi informasi Nona Neko karena semakin banyak amatiran yang ingin mengincarnya"

". . . Mengincarnya karena apa? Apa mereka punya urusan tertentu?"

"Tidak, sama seperti dulu, banyak yang mengincar tubuh nya dan yang lain nya" Balas Kim.

Tapi di saat itu juga, Yohan teringat sesuatu. "Sunbae, apa aku bisa bertanya sesuatu?"

"Hm.... Apa?"

Mendadak Gramp datang. "Ini pesanan mu, dan tambahan gratis" Dia meletakan gelas alkohol di depan Kim dan juga sepiring kentang goreng.

"Ha... Aku tak suka kentang" Kim menatap suram.

"Oh, biar aku yang memakan nya terima kasih" Yohan langsung mengambil piring itu.

"Kalau begitu kau harus bayar Yohan karena itu tadi untuk pelanggan baru" Tatap Gramp membuat Yohan terpaku lalu Gramp pergi.

"Astaga, begitu kejinya" Gumam nya.

"Hei, apa yang ingin kau bahas tadi?" Kim menatap.

"Oh, tapi, aku harap kau bisa menjawab nya dengan lengkap" Tatap Yohan.

"Yeah, aku akan berusaha"

". . . Sebenarnya, apa Nona Neko itu memang masih perawan?" Yohan menatap.

Seketika Kim terdiam sebentar dan kembali menghela napas panjang. "Dia masih perawan... Sampai saat ini belum ada yang berani menyentuh bagian bawah nya"

"Tapi.... Kenapa dia seperti...."

". . . Dia sudah tak peduli lagi pada bagian atas nya seperti bagian buah dada, karena itu bisa saja sudah di lihat banyak orang tapi jika bagian bawah nya... Dia tidak mengizinkan nya..."

"Kenapa begitu? Apa dia sedang mencoba mempermainkan seseorang?"

"Hanya ada satu orang saja yang berhasil melihat semua tubuh nya, dia yang menjadikan nya model pastinya harus tahu bentuk tubuh seorang model yang harus ia pahat" Kata Kim membuat Yohan terdiam.

"(Orang itu pasti beruntung tapi dia tidak beruntung karena telah di benci Nuna)"