webnovel

Prolog

Sepasang kaki mengayuh sebuah sepeda perlahan di atas jalanan yang berbatu. Tujuan Wanita itu adalah sebuah rumah sakit besar yang ada di kota Jakarta. Sapaan terdengar dari beberapa petugas di sekitar pelataran rumah sakit saat ia sampai. Baru saja selesai memarkirkan sepeda dan membalas sapaan orang-orang, suara seseorang terdengar memanggilnya.

"Ratna tolong!" Ucap seseorang dengan wajah paniknya. Mendengar itu, Ratna segera berjalan menghampiri panggilan tersebut.

"Ada apa pak?" Tanya Ratna.

"Situasinya cukup pilu, tolong! Pasien dari Korban perang sudah menunggu sejak tadi."

Ratna menjawab, sambil melangkahkan kakinya dengan cepat memasuki pintu Rumah sakit. "Berapa banyak yang mesti aku tangani? Bagaimana dengan pertolongan pertama?"

"Banyak masyarakat yang terlibat konflik dengan sekutu dari Belanda. Saat ini kondisi mereka baru mendapatkan pertolongan pertama, tapi belum ada penanganan lebih lanjut," Jawab pria tua tersebut.

"Baiklah, terima-kasih banyak pak" Sebelum memasuki ruang pasien, Ratna mengenakan jas putih di ruang ganti dan atribut medis lainnya. Setelah dirasa semua yang dipakainya sesuai dengan standar medis, Ratna keluar, lalu berjalan memasuki ruangan pasien. Dia memang sudah berpisah dengan pria tadi di lorong rumah sakit , karena harus bergegas menolong pasien yang terluka.

Keadaan di sini diakibatkan oleh kedatangan tamu tak diundang dari tentara Inggris yang membantu pihak Belanda ke Indonesia dengan tujuan ingin mengambil alih bekas jajahan, yang dulu direbut oleh Jepang. Miris memang, bahkan setelah proklamasi kemerdekaan diumumkan, pun, penjajahan masih terjadi. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh para pejuang di garis depan. Hanya menggunakan senjata seadanya, mereka hanya bisa menahan serangan dan berusaha mempertahankan tanah air tanpa mampu memukul mundur lawan. Kabar mengenai Amerika yang telah meluluhlantakkan dua kota utama di Jepang oleh bom atom telah tersebar luas di seluruh dunia sampai pada kuping para pejuang Indonesia. Konon katanya, jatuhnya bom atom tersebut adalah dikarenakan serangan balasan oleh pihak Amerika atau poros barat atas tragedi Pearl Harbour.

Semenjak itu jepang angkat kaki dari tanah jajahannya dan sekutu dari Belanda mencoba mengambil hasil jajahan tersebut.

Langkah awal yang di ambil Soekarno terhadap Nusantara adalah dengan mendekarasikan kemerdekaan secepatnya, sebelum sekutu mengambil keputusan untuk menduduki Nusantara kembali. Jika saja sekutu berhasil, maka sejarah kelam penjajahan selama tiga abad lamanya akan kembali terulang.

Hari ke hari setelah kedatangan sekutu dimulai dimana pertempuran terjadi diseluruh negeri. Terdengar hantaman dari bambu runcing di kota-kota, perkampungan, pedesaan, hingga pinggiran pantai. Tidak hanya itu, bau bubuk mesiu yang meledak bersamaan dengan peluru yang melaju menusuk organ tubuh juga memenuhi suasana negeri Nusantara ini.

Tentu saja banyak yang mengalami luka berat maupun ringan. Korban jiwa, pun tidak dapat dihindari. Rumah sakit dan poliklinik selalu kedatangan pasien setiap-harinya, dan tentu saja kinerja para perawat dan dokter harus terus dikerahkan untuk mengantisipasi korban jiwa yang terus bertambah.

Ratna selaku seorang dokter magang di Rumah Sakit Tjikini tentu masih perlu bimbingan karena pengetahuannya yang sebatas pertolongan pertama yang ia dapat saat peperangan dengan jepang.

Terdengar suara teriakan kesakitan dari luar ruangan, pintu ia buka, dan ruang darurat dipenuhi dengan orang-orang yang mempunyai luka tembakan di tangan dan pundak, kaki yang hancur karena menginjak ranjau darat, dan kepala pecah akibat benturan dari senapan berlaras panjang.