Thili melanjutkan perjalanannya, ia berjalan hingga malam. Semua bekalnya sudah habis ia makan hanya tersisa sedikit air, ia meminumnya dan pergi tidur.
Pagi hari tiba, ia melanjutkan perjalanan ke kota selanjutnya. Thili mendengar sebuah langkah kaki kuda dan sebuah kereta kuda.
Thili menghampiri asal suara tersebut dan menemukan bahwa itu adalah sekumpulan bandit. Para bandit berhenti dan melihat kearah Thili
Bandit A : oi, ada anak kecil tuh
Bandit B : HEH!! kita bisa mendapatkan dukat lebih banyak kalau kita menangkapnya juga, cepat tangkap dia!!
Bandit C dan A : ok
Thili mundur dan mengerahkan pisau kecilnya.
Bandit A : nak! letakkan senjatamu, jika kau mengikuti perkataanku kau tidak akan terluka
Bandit C : WOI!! tinggal tangkap doang apa susahnya! lagian dia cuma seorang anak kecil!
Saat bandit A menyahut ke temannya Thili segera menyerang lutut sang bandit, bandit tersebut jatuh lalu menikam matanya menggunakan pisaunya seketika menewaskannya.
Bandit C segera menyerang Thili, Thili terpukul jatuh ketanah namun ia mengambil pasir dan menggenggamnya. Saat banit C memukulinya ia melemparkan pasirnya ke matanya.
Bandit tersebut menjerit jerit kesakitan, terlepas dari hal itu bandit B menghampiri Thili dan mencekiknya.
Bandit B : DASAR BAJINGAN KECIL!!!!
Thili : *kof* *kof*
Thili menusuk tangan pria itu, thili kehabisan nafas namun ia segera mengambil pedang bandit A dan menusuk perut bandit B tersebut. Bandit tersebut seketika menjerit kesakitan.
Bandit B : SAKIT!!!! SAKIT!!!! RASANYA PANAS RASANYA PANAS!!!! TOLONG!!! ARRGGG UGGHHH AAAARRHHH!!!!!
Thili mengambil batu yang ada didekatnya dan membunuh bandit C dengan memukul mukul kepalanya hingga tidak berbentuk lagi.
Thili : haaah... haaahhh... dengan ini semuanya selesai....
Thili beristirahat sejenak, ia sedikit terluka. Tanpa diasadari luka tersebut tiba tiba terasa panas, ia menjerit kesakitan namun rasa panas itu hilang seketika dan luka Thili sembuh.
Thili sama sekali tidak mengetahui apa yang baru saja terjadi namun ia menganggap bahwa itu adalah sebuah sihir.
*gruduk* *gruduk* terdapat sebuah bunyi berasal dari dalam kereta, Thili naik kedalam kereta dan melihat sekelilingnya. Ia menemukan tumpukan dukat dan beberapa barang namun disitu ada seorang gadis yang diikat, Thili langsung melepas ikatannya.
Thili : kau tidak apa apa?
Gadis : uhmmm... *menganggukan kepala*
Thili : kalau begitu turunlah dan tunggu dibawah, aku akan mengambil beberapa barang yang diperlukan
Gadis : o.. ok
Thili mengambil air dan makanan serta dukat yang ada dikereta, setelah Thili mengambil apa yang diperlukannya ia turun dan menghampiri gadis tersebut.
Thili : maaf, akulah yang membunuh para pria tersebut
Gadis : tak apa, tapi bukankah lebih baik melepaskan ikatan kuda tersebut? dia sedikit kasihan jika ditinggalkan sendiri
Thili : hmm.. tidak masalah
Thili mengambil pisau dan segera memotong tali kuda tersebut, kuda tersebut melihat kearah Thili dan pergi meninggalkannya.
Gadis : aku lupa memperkenalkan namaku, namaku Luna, Luna Angelica
Thili : namaku Thili, panggil saja Thili
Luna : apa kau tidak memiliki nama marga atau lainnya? hanya Thili saja?
Thili : hanya Thili
Luna : baiklah Thili kau mau kemana?
Thili : aku ingin pergi ke kerajaan terdekat
Luna : oh kalau begitu bagimana kalau ke kerajaan ostrogoth?
Thili : aku tidak tahu jalannya
Luna : ikut aku, kita hanya perlu mengikuti arah jalan ini
mereka berdua berjalan menyusuri jalan setapak tersebut, seketika mereka berdua sampai didepan gerbang namun Luna berpikir bahwa lebih baik masuk melalui pintu rahasianya.
Thili mengikuti semua arahan Luna dan sampailah Thili di sebuah kota yaitu kota ostrogoth. Mereka berdua bersenang senang hingga sore hari.
Thili : aku.. tak punya tempat tinggal
Luna : tak apa apa Thili, ini adalah hari yang sangat menyenangkan bagiku. Dengan bersamamu rasanya aku mendapatkan petualangan yang hebat.
Luna : ikut aku jika kau ingin tidur dikasir yang empuk
Thili mengikuti arahan Luna dan tibalah mereka disebuah panti asuhan yang dikelola pemerintah, panti asuhan tersebut menerima anak buangan dan anak yang sudah tidak memiliki orang tua
Luna : tenang saja kamu bisa tidur di panti asuhan ini
Thili : ta..tapi aku.. aku...
Luna : tenang saja ayahku mengelola panti asuhan ini jadi kau akan baik baik saja, aku akan berbicara pada pemiliknya kau tunggu disini
Thili : iya..
Luna berbicara pada pemilik panti asuhan tersebut dan pemiliknya langsung setuju menerima Thili sebagai anggota keluarganya.
Thili hanya bisa berterimakasih kepada Luna dan menerima bahwa dirinya akan tinggal di sebuah panti asuhan hingga usianya 15 tahun.
Saat itu adalah pertemuan terakhir Thili dengan Luna, Luna pergi entah kemana dan sosok Luna sama sekali tidak pernah muncul selama bertahun tahun.
Thili tidak akan melupakan jasa Luna yang telah memberinya rumah namun dendam dan amarah Thili kian semakin membesar, dia tidak akan lupa peristiwa dimana kakak tirinya bunuh diri akibat gereja yang dulu ia tinggali.
Thili memutuskan untuk menjadi petualang demi mencari informasi dan keberadaan gereja tersebut untuk membalas dendam.
Dimulailah kisah perjalanan Thili untuk membalaskan dendamnya.
Bersambung